tag:blogger.com,1999:blog-37187813705419993632024-03-19T18:56:47.925+07:00LiteraVyLiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.comBlogger29125tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-81127224177189578422022-06-15T18:59:00.006+07:002022-06-15T19:55:29.691+07:00Ternyata Saya Tidak Baik-baik Saja <div style="text-align: justify;">Masih perihal kondisi diri pasca kepergian mamah. Sejujurnya belakangan saya kerap mengatakan pada semua orang bahwa saya baik-baik saja, tapi nyatanya tidak demikian. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya baru menyadari belakangan bahwa sejak kepergian mamah saya kerap kali sakit. Hampir setiap bulan ada saja yang saya rasakan. Bahkan saat menulis ini pun saya sedang demam. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dulu saya orang yang jaraaang banget pergi ke dokter. Kalaupun sakit ya tunggu sembuh sendiri, sedangkan sekarang hampir tiap bulan saya ke dokter karena ada saja sakit yang saya derita. Bahkan sampai saat ini suara saya serak sudah hampir tiga bulan, sudah beberapa kali ke dokter. Bahkan ke spesialis yang bukannya sembuh yang ada sakit yang saya rasakan makin parah. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEir8yE3mGiUn7VZ2tn04E_WzFv5LalL1G-WOzvepcnMqDW5PtZwF4pMGMoeAPYi-LM8RNQ6nT6hwGbG-XtqrNjhxqwqLLNqGyVr5nkB1fzeCtvv7VCwb8p6JUaVUKb37NukhFNN-x44DC8U/s1600/1655294927058132-0.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEir8yE3mGiUn7VZ2tn04E_WzFv5LalL1G-WOzvepcnMqDW5PtZwF4pMGMoeAPYi-LM8RNQ6nT6hwGbG-XtqrNjhxqwqLLNqGyVr5nkB1fzeCtvv7VCwb8p6JUaVUKb37NukhFNN-x44DC8U/s1600/1655294927058132-0.png" width="400" />
</a>
</div><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya merasa sudah menerima kepergian mamah, saya merasa sudah biasa saja dengan kehidupan tanpa mamah walau kerap tersiksa rindu. Tapi rupanya tubuh saya mengatakan yang sebaliknya. Dia masih berduka karena kepergian mamah. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tubuh yang diperlakukan dengan lembut sejak bayi. Bahkan di tahun-tahun terakhir kami bersama, kali sering bergantian saling memijat. Itulah salah satu alasan kenapa saya sempat merasa sakit seluruh tubuh di awal-awal keprgian mamah, karena saya merindukan sentuhannya. </div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya baru menyadari hal ini beberapa hari lalu dan belum sempat berkonsultasi lagi dengan psikolog saya. Saya mencari info terkait kondisi yang saya alami dan saya menemukan video berikut ini. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/l9DSm5SXmjo" width="320" youtube-src-id="l9DSm5SXmjo"></iframe></div><div><br /></div><h4 style="text-align: left;">Pengertian Psikosomatis </h4><div style="text-align: justify;">Dalam video tersebut dijelaskan arti dari psikosomatis, gejalanya apa saja, penyebabnya dan beberapa tips mengatasi stress. Karena psikosomatis ini erat kaitannya dengan stress. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan video di atas psikosomatis adalah ketika kamu mengalami sakit fisik karena pikiran dan emosi yang sangat tinggi dan dalam kondisi tertekan. </div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Gejala fisik yang muncul dalam diri setiap orang berbeda-beda. Semua orang bisa mengalami hal ini dengan tingkat keparahan yang beragam dan lama penyembuhannya pun berbeda-beda pula. </div></div><div><br /></div><h4 style="text-align: left;">Penyebab Psikosomatis </h4><div style="text-align: justify;">Penyebab utamanya adalah stress. Ketika stress otak mengirim sinyal ke berbagai organ tubuh untuk mengeluarkan beberapa jenis hormon terutama hormon kortisol, adrenalin dan nonepinefrin. Hal ini menyebabkan organ tubuh bekerja lebih berat dari seharusnya. </div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Banyaknya hormon tersebut membuat organ bekerja lebih keras. Dalam jangka panjang tubuh akan menjadi sakit. Pada dasarnya tubuh memengaruhi pikiran dan pikiran memengaruhi tubuh.</div><div><br /></div><h4 style="text-align: left;">Apa Yang Harus Dilakukan?</h4><div style="text-align: justify;">Yang menarik dari video ini adalah ada tips yang bisa banget buat diaplikasikan ketika menghadapi kondisi ini. Terlepas dari konseling langsung dengan psikolog ya!</div><div><br /></div><div>Berikut tips-tipsnya:</div><div style="text-align: left;">1. Kenali Gejala Stress</div><div style="text-align: justify;">Mendengar hal ini, saya langsung mengulas kehidupan saya beberapa pekan terakhir. Hal yang paling sering saya alami dan semakin tinggi frekuensinya saat ini adalah sulit tidur. Saya kerap kesulitan tidur bahkan harus makan obat tidur dalam dosis rendah untuk bisa tidur. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tahu nggak? Sebenernya saya bukan makan obat tidur sih, tapi obat anti mabuk perjalanan, dramamine. Saya pernah bertanya ke dokter terkait hal ini, dokter tersebut bilang, nggak apa-apa karena dosisnya rendah. Dan saya jarang makan satu, paling setengah atau seperempat. Pokonya agar saya bisa merem aja. Jangan ditiru! Semoga yang baca nggak pernah mengalaminya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal lain yang juga menjadi gejala yang tidak saya sadari adalah saya merasa kelelahan sepanjang waktu. Bahkan dalam aktivitas ringan pun saya merasa lelah. Yang paling signifikan adalah bajkan di kala bangun tidur pun saya merasa lelah, aneh bukan? Harusnya ini sudah menjadi peringatan buat saya, tetapi mengabaikannya</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi secara tidak sadar saya mengabaikan gejala-gejala stress saya. Dan ternyata stress yang menumpuk ini memicu tubuh pada batas maksimalnya sehingga di tahap inilah saya rentan sekali mengalami sakit fisik. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal ini lah yang akan saya benahi sedikit demi sedikit. Setidaknya dari video ini saya paham, bagaimana kondisi saya ini terbentuk. </div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">2. Cari Sumber Utama Stress </div><div style="text-align: justify;">Saya hanya menduga (karena saya belum berkonsultasi lagi dengan psikolog saya) sumber utama stress saya adalah kepergian mamah, lalu kesendirian saya yang kerap kali terasa sangat menyiksa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Masalah rumah, emosi dari masa lalu yang belum selesai, kemarahan dan emosi yang terpendam. dan beberapa hal lain yang sampai sekarang belum ketemu solusinya. Banyak juga rupanya sumber stress saya. Saya baru sadar setelah menuliskannya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mungkin saya sudah berdamai dengan kepergian mamah tapi saya belum menemukan solusi untuk masalah-masalah yang sebagian saya singgung di atas. </div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">3. Tangani Stressnya </div><div style="text-align: left;">Dalam video tersebut ada dua cara dalam menangani stress yaitu : </div><div style="text-align: left;">A. Emotion - Focused </div><div style="text-align: justify;">Mengatasi emosi, ini langkah awal dalam mengelola stress tetapi tetap harus mencari solusi. Menangani emosi saja tidak akan membuat masalah selesai. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: left;">B. Solution -Focused</div><div>Pada akhirnya semua masalah harus dicari solusinya, baik solusi jangka pendek maupun solusi jangka panjang. Ini yang belum saya dapatkan dari keseluruhan sumber stress saya. </div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari video ini, saya lebih banyak mengenal diri saya. Sebenarnya yang harus saya miliki saat ini adalah solution focused, tapi duh ... Sungguh saya cuma bisa ngadu aja sama Alloh pengen diberikan solusi. Tapi qadarullah belum dipertemukan dengan solusinya. Mohon doanya ya semua.</div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Semoga ke depannya saya segera menemukan solusi untuk semu hal terkait- semoga saya ke depannya benar-benar baik dalam artian sesungguhnya dan semoga saya bisa sehat 100% tanpa mengalami psikosomatis lagi. Semoga tak hanya semoga. Aamiin aamiin aamiin ya rabbal alamin.</div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com25tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-37009429646824628772022-06-11T22:43:00.001+07:002022-06-11T22:43:58.658+07:00Fondasi Tahap Dua<div style="text-align: justify;"> Siapa nyana untuk serius ngeblog tidak bisa asal menulis saja. Selain niat yang jelas, kita juga perlu berbagai macam hal, pertimbangan, waktu dan fondasi yang utuh untuk membuat blog kita bisa seperti yang kita harapkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Kenalan sama <i>User Persona </i> dan Empati</h2><div style="text-align: justify;">Masih tentang kelas blog yang saya ikuti bersama Blogpedia yang diinisiasi <a href="https://www.maritaningtyas.com/">Marita Ningtyas</a>, materi selanjutnya mengenalkan kita pada istilah yang baru saya ketahui, <i>user persona. </i>Usersona sendiri, sependek yang saya pahami berdasarkan materi yang diterima adalah karakter yang dibuat untuk menggambarkan target pembaca blog kita. Penggambaran ini bisa dibentuk sesuai gambaran yang kita inginkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah menentukan <i>user persona</i>, maka terget pembaca dan jenis tulisan yang dibuat akan disesuaikan dengan kebutuhan para pembaca. Tentunya banyak dari blogger termasuk saya sendiri yang ingin blognya bermanfaat bagi banyak orang. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan alasan tersebut, saya merasa, user persona ini adalah fondasi lanjutan agar blog yang dibuat semakin terarah. walaupun judulnya random tapi kita jelas menentukan siapa yang diharapkan membaca blog kita</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">Panggilan Kesayangan</h3><div>Melalui materi ini, saya diingatkan untuk memiliki panggilan khusus bagi para pembaca dan pengunjung blog kita. Tak pernah terpikir sebelumnya, sehingga butuh waktu cukup lama untuk menemukan kata yang pas bagi pembaca blog saya. Melalui berbagai pertimbangan saya memutuskan memakai nama :</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipdmcSvik3wB1ySuzwfb25793l0zYJ1_vLUjfofR4MdHysLDsZfdgcSBPZHcPNzyLCx2cbe82tuRVfZ-ZpXQnt09CcboiZEcdWlNOwpI70ic6qNorKd8bflXNWzzz6vM9vpxQd2YXt-t6Lg10znvKto05ADlEGJUQcE8K75CGVva-qm_dCfzCl4dMECQ/s500/sobat%20Vy.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipdmcSvik3wB1ySuzwfb25793l0zYJ1_vLUjfofR4MdHysLDsZfdgcSBPZHcPNzyLCx2cbe82tuRVfZ-ZpXQnt09CcboiZEcdWlNOwpI70ic6qNorKd8bflXNWzzz6vM9vpxQd2YXt-t6Lg10znvKto05ADlEGJUQcE8K75CGVva-qm_dCfzCl4dMECQ/s320/sobat%20Vy.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Agaknya Sobat Vy menjadi pilihan yang cukup akrab bagi saya pribadi, tidak terlalu formal dan berkesan akrab. Karena sejatinya kita saling menegnal di dunia maya yang entah kapan bertemu muka atau tidak. Tapi bisa menghasilkan pertemanan yang solid, layaknya sahabat di dunia nyata. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><h3 style="clear: both; text-align: justify;">Mengenal Sobat Vy</h3><div style="text-align: justify;">Rasanya aneh mengingat kita membuat profil orang yang kita harapkan menjadi pengunjung blog kita. Tapi sedianya, seperti judul tulisan ini, fondasi yang kedua. Kembali ke Big Whynya saya menulis blog dan harapan saya untuk perkembangan blog ini, saya menyusun profil ini berdasarkan harapan saya untuk blog ini, bukan berdasarkan apa dan siapa pembaca blog saya saat ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Karena pembaca blog saya saat ini adalah teman-teman yang tergabung dalam komunitas blog yang sedianya mampir karena keharusan. Sedangkan harapan saya ke depan, saya ingin orang mempir karena mereka menyukainya. Saya menyebarkan link blog ini terbatas pada teman grup blogger dan melalui akun media sosial saya. sehingga saya bisa menebak secara kasar siapa saja pengunjung blog saya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">dalam benak saya, ada tiga karakteristik yang sedianya menjadi Sobat Vy, Marinda, Adrian dan Shannon.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivfVf0Ch62abqmLfQ__9T8EoUq9N7M3yrSSh7GDTev8XeKlvV4AYk0NPaefqqSVtTpOCVyoiTWV-92_BUDNm21cG1qXSZR3dih7Q2hnCbQa-KWpZut5LaRh31NfRgaJtebzZ-G4NIhWIf0NiRTYU9gqVVVKhHWYTtwGtHsACkfUbdCG5JiZYPFwBQFiw/s6912/png_20220611_221422_0000.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="6912" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivfVf0Ch62abqmLfQ__9T8EoUq9N7M3yrSSh7GDTev8XeKlvV4AYk0NPaefqqSVtTpOCVyoiTWV-92_BUDNm21cG1qXSZR3dih7Q2hnCbQa-KWpZut5LaRh31NfRgaJtebzZ-G4NIhWIf0NiRTYU9gqVVVKhHWYTtwGtHsACkfUbdCG5JiZYPFwBQFiw/w445-h212/png_20220611_221422_0000.png" width="445" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><h4 style="clear: both; text-align: justify;">Marinda</h4><div style="text-align: justify;">Wanita rapuh yang memiliki banyak pengalaman hidup, sulit terbuka, mencari ruang bercerita dan merasa sendirian. Dalam fase quarter life crisis ditambah insecure dalam banyak hal menjadikannya pribadi yang pemurung dan menjalani hidup laksana robot. Tidak memiliki teman berbagi dan takut memulai pertemanan. Mencari eksistensi di dunia maya tanpa berusaha membuka diri. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Terdengar sangat pesimis? Jelas. Tapi mereka ada dimana-mana kok, bahkan di sekeliling kita. mereka merasa sendirian dan tak ada yang memahami, maka besar harapan saya kedepannya saya mampu menjadi bagian dari mereka ini, agar mereka tahu, mereka tidak sendirian di dunia ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Adrian</h4><div>Cowok kalem, suka diskusi dan debat serta selalu meluangkan waktu untuk bertegur sapa dengan siapapun yang ditemuinya membuatnya menjadi tokoh yang realistis dan netral. Baik buruk bukan untuk diungkapkan, tapi menghargai sesama dalam ruang maya menjadikannya sosok yang asyik diajak diskusi. Ditambah pengetahuannya tang luas dan cenderung konyol, membuat siapapun betah bercakap bersamanya membahas apa yang dikeluhkan dan dikhawatirkan. Telinganya selalu punya ruang untuk mendengarkan.</div><div><br /></div><h4 style="text-align: left;">Shannon</h4><div>Manusia paling nyantai, nggak mau ribet dan cenderung bodo amat. Menyukaisegala macam diskusi yang berkaitan dengan buku dan film. Betah berjam-jam bercerita tentang banyak hal. mendiskusikan dan mendebat segala sesuatu hingga menimbulkan peemikiran dan pemahaman baru akan hidup. Menyukai teh, ketenangan dan musik. Hari-harinya berwarna dengan banyaknya teman yang dimilikinya dari berbagai lapisan masyarakat dan kalangan. </div><div><br /></div><h3 style="text-align: left;">Membersamai Mereka dan Mengasah Empati</h3><div>Seperti sudah diketahui, blog ini menjadi salah satu ruang healing pasca kepergian mamah saya. Saya ingin ke depannya Marinda-Marinda yang ada disana bisa menemukan rumah dari blog ini. berdasarkan statistik blog saya ,</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc9qg3M2Nk-FVngW7tHhugaekwAC2nW6mSDzeG6cfngvzR3WHnXTdhwfJhaWOcuK1vkbpmQ8RaXw58Dw3RaNEaWu9cbsGYJC12XzlzIlAbd6tc1oBg0tC16m7QRdizgOj7S4aKnFt2uWgyfgYJT0wdYsdXP6LvSwQh8FuHpGmFtWJMGTiiJ3OYsfUjag/s1366/Screenshot%20(7).png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1366" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc9qg3M2Nk-FVngW7tHhugaekwAC2nW6mSDzeG6cfngvzR3WHnXTdhwfJhaWOcuK1vkbpmQ8RaXw58Dw3RaNEaWu9cbsGYJC12XzlzIlAbd6tc1oBg0tC16m7QRdizgOj7S4aKnFt2uWgyfgYJT0wdYsdXP6LvSwQh8FuHpGmFtWJMGTiiJ3OYsfUjag/w438-h256/Screenshot%20(7).png" width="438" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">tulisan yang paling banyak dibaca adalah perihal pengalaman saya dengan psikolog online. Hal ini seolah menyiratkan dalam analisis sotoy saya bahwa banyak yang merasa butuh dan penasaran untuk pergi ke psikolog, hanya mereka takut dan tidak tahu caranya. Karenanya sosok Marinda muncul dalam benak saya. Karena ketika saya hilang arahpun, saya mencari "rumah" dalam bentuk manusia, tempat atau beragam grup, aktivitas dan blog online yang menawarkan penawar untuk perasaan ini. </div><br /><div>Shannon dan Adrian sebagai sosok yang netral dan ceria diharapkan mampu menjadi teman baru magi Marinda, karena sekalipun berbeda secara karakter, Marinda butuh orang seperti Shannon dan Adrian untuk membantunya bangkit dari ketidakberdayaannya. </div><div><br /></div><div>disinilah empati berperan dan memegang peranan penting bagi satu sama lain. Marinda mungkin tetap akan menjadi yang paling diam diantara semuanya, tetapi dia akan menemukan warna dan dunia baru bagi hidupnya. Semoga tak hanya semoga</div><div><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><br /><div><br /></div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-46881482787670462102022-06-08T14:30:00.002+07:002022-06-08T14:58:05.393+07:00Kak Mia My Ghibah Partner<div style="text-align: justify;"><div>Siapa yang suka ghibah? hayoo ngaku! Nggak semua ghibah buruk lho, ada juga ghibah berfaedah seperti ghibahin buku lalu berlanjut membahas segala sesuatu terkait buku tersebut. Atau ghibahin komunitas buku yang diikuti bersama, baik programnya, kelakuan ajaib membernya. Eh ...</div><div><br /></div></div><h1 style="text-align: justify;">Mari Berghibah</h1><h3 style="text-align: justify;">Awal Mula </h3><div>Saya berkenalan dengan Kak Mia melalui sebuah komunitas yang berkaitan dengan buku, yaitu OWOB sebuah komunitas yang mengajak membernya untuk membaca satu buku per minggu.. Kalau penasaran, bisa banget kepoin instagramnya <a href="http://instagram.com/gerakan_1week1book" target="_blank">@gerakan_1week1book</a> . Bermula saling sapa di grup dan kesamaan profesi, menjadikan kami cukup sering berinteraksi. Terlebih pada saat saya mengundurkan diri sebagai admin komunitas tersebut, Kak Mia menggantikan tugas saya. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5ol2cgkAjxD7POR7fXQb35I9JyFA2McvJ-s39LPA-OKWF6iqCFGsGL-VqVK3UlBfAUzA7qc7OhB5jzkVwdX40D6rR73_xlF2SU4EdXEC9bvQJ15KowP9dAg9Enxu9kAAV_hPVe3afNSAlVQzGJJUoZiml_3rE9hQUQmJpvBZjjtMC4xmljTZHvJp26Q/s559/OWOB-removebg-preview.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="559" data-original-width="446" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5ol2cgkAjxD7POR7fXQb35I9JyFA2McvJ-s39LPA-OKWF6iqCFGsGL-VqVK3UlBfAUzA7qc7OhB5jzkVwdX40D6rR73_xlF2SU4EdXEC9bvQJ15KowP9dAg9Enxu9kAAV_hPVe3afNSAlVQzGJJUoZiml_3rE9hQUQmJpvBZjjtMC4xmljTZHvJp26Q/s320/OWOB-removebg-preview.png" width="255" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dan selain Komunitas tersebut, ada beberapa komunitas yang kami ikuti bersama, sehingga semakin banyaklah bahan ghibahan saya dan Kak Mia, termasuk Kelas Blogspedia ini, hehe. Berikut tulisan Kak Mia mengenai OWOB, <a href="https://www.jelajahmia.com/2021/09/kenalan-dengan-komunitas-gerakan-one.html">Kenalan Dengan OWOB</a></div><div><h3 style="text-align: justify;">Kak Mia dan Blognya</h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQJB6aQH2H-Z1bQbBDA8oz7GPz3WPHQR8I-12OnBYbLSWvTSCm94Bn_Y9p52s_u4-oozRjBy3xyX2bMqXcX_5K3CGwc5DEMdBew0IxdxD0ksMSg7cGvLaPrGrhxA_H8_-ghsuJ0aUfmTEbdwgZBKIGKc-SfXc3jkh_rCtYlPj0SYUbFfduCOVZl0-UWw/s500/20220527_173443_0000.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQJB6aQH2H-Z1bQbBDA8oz7GPz3WPHQR8I-12OnBYbLSWvTSCm94Bn_Y9p52s_u4-oozRjBy3xyX2bMqXcX_5K3CGwc5DEMdBew0IxdxD0ksMSg7cGvLaPrGrhxA_H8_-ghsuJ0aUfmTEbdwgZBKIGKc-SfXc3jkh_rCtYlPj0SYUbFfduCOVZl0-UWw/s320/20220527_173443_0000.png" width="320" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya pertama kali mengenal blog Kak Mia ketika beliau menuliskan pengalamannya mengikuti Tanos Challenge, ajakan untuk membaca dan berjalan setiap hari dan tidak lupa ditulis dalam bentuk cerita. selain rutin mengunggah di instagram pribadinya, Kak Mia juga menuliskan pengalamannya ini melalui blognya. Dan kebiasaan mengulas buku di instagram, dialihwahanakan ke blog untuk membahas lebih detil dan jelas buku yang telah dibaca. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk blog Jelajah Mia sendiri saya merasa isi blognya lebih berwarna dari blog sebelumnya, selain lebih banyak dan jelas kategorinya, penataan tampilan yang ciamik juga pengelolaan yang lebih rapi dan teratur. Kalau hal ini sih memang sudah karakter Kak Mia deh kayaknya. Dia tuh rajin banget!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Terbagi dalam lima kategori utama yaitu Jelajah Hidup, Ulasan, Kuliner, Tips dan Fiksi kita dapat menebak bahwa Kak Mia orang yang suka belajar dan konsisiten dalam banyak hal. Dan hal tersebut tidak lantas disimpan sendiri tapi dibagikan melalui tulisan di Jelajah Mia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">Menelusuri Blog Jelajah Mia</h3><div style="text-align: justify;">Blog <a href="https://www.jelajahmia.com/">Jelajah Mia</a> memiliki 16 label ada yang bersinggungan dalam artian satu tulisan terdiri dari beberapa label. Ada juga yang berdiri sendiri. Yuk, kita kulik satu-satu isi blog nya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">#onedayonepost</h4><div style="text-align: justify;">Banyak blogger yang ikut komunitas ini pasti nggak asing ya dengan one day one post, intinya sebuah ajakan agar meluangkan waktu untuk menulis setiap harinya. Boleh tentang apa saja, tidak ada batasan tema, kata atau apapun. Hal ini untuk membangun kebiasaan menulis agar menjadi kebiasaan dan kemampuan menulis semakin terasah. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">1 minggu 1 cerita</h4><div style="text-align: justify;">Tidak berbeda jauh dengan one day one post, hanya saja seperti namanya, label ini berisi cerita mingguan yang sepertinya sudah lama Kak Mia tidak menggunakan label ini</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><h4 style="text-align: justify;">Belajar Blog</h4><div style="text-align: justify;">Tulisan yang masuk ke dalam label ini baru satu postingan mengenai pengalaman Kak Mia memasang <i>Google Search Console </i>. Walau baru satu, tapi yakin deh, setelah kelas blogspedia selesai pasti banyak yang Kak Mia share untuk label ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Cerbung</h4><div style="text-align: justify;">Ada satu cerita bersambung yang terdiri dari tujuh bagian dan menyinggung kuliner dengan judul <a href="https://www.jelajahmia.com/2021/10/rumah-makan-sunda-citraloka-part-1.html">Rumah Makan Sunda Citraloka</a>. Berikut adalah link berisi bagian satu cerbung tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Fiksi dan Jejak Cerita</h4><div style="text-align: justify;">Selain cerbung yang disinggung di atas, ada pula beberapa tulisan fiksi karya Kak Mia yang ada di label ini. Buat yang penasaran, mampir aja ke blognya lalu klik label fiksi atau jejak cerita.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Jejak Buku dan Lifestyle</h4><div style="text-align: justify;">Label ini berisi beberapa ulasan buku, <i>wrap-up </i>buku yang Kak Mia baca dalam sebulan, dan satu tulisan terkait buku kesukaannya Kak Mia. Salah satu buku kesukaannya sama dengan buku favoritku, Totto chan Gadis Cilik di Jendela. Untuk yang punya anak kecil, atau belum menikah tapi berencana punya anak baca deh buku ini! Buku ini memebrikan sudut pandang pendidikan dengan gaya dan cara yang tidak biasa, <i>respect for</i> Kobayashi <i>sensei.</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><h4 style="text-align: justify;">Jejak celoteh</h4><div style="text-align: justify;">Tulisan dengan label ini berisi hal random seperti halnya label #onedayonepost malah beberapa cerita memiliki label yang sama. Karena layaknya kita berceloteh dengan siapapun, tiba-tiba kepikiran A lalu B lalu dijadikan tulisan deh oleh Kak Mia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBjGyc_irKl07j88FOS80wGjQ1fycttNMjNSH1UgSAdb_HeGUMgYGW50tcKEgpJOns6bh8LbqjnKygpzFgYLOZ2jGlDc5Mn9AI8Y6UgGS3dVaEleBDouTc1BET38GUIvpdAJzax4xjE3x-8d0lm8qrYb8ZyD_1ip_qTUV6ezFzTzmMS0RDyd26inh9SQ/s6912/20220528_153746_0000.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="6912" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBjGyc_irKl07j88FOS80wGjQ1fycttNMjNSH1UgSAdb_HeGUMgYGW50tcKEgpJOns6bh8LbqjnKygpzFgYLOZ2jGlDc5Mn9AI8Y6UgGS3dVaEleBDouTc1BET38GUIvpdAJzax4xjE3x-8d0lm8qrYb8ZyD_1ip_qTUV6ezFzTzmMS0RDyd26inh9SQ/s320/20220528_153746_0000.png" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Jejak Nostalgia</h4><div style="text-align: justify;">Berisi satu tulisan yang didedikasikan kepada alm. Eyang Sapardi Djoko Damono yang berpulang tahun lalu. Sebuah tulisan dan penghargaan akan karya-karya beliau yang mengena di banyak orang. Bahkan setiap menginjak Bulan Juni bukankah banyak dari kita lantas mengingat Hujan Bulan Juni yang merupakan karya beliau.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Jelajah Hidup</h4><div style="text-align: justify;">Masih berisi hal-hal random, tapi kali ini amat dekat dan banyak diantaranya yang merupakan pengalaman Kak Mia sendiri, mulai dari kegiatan selama ramadan, tips dan beberapa tulisan yang berkaitan dengan kesehatan mental. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Kuliner</h4><div style="text-align: justify;">Berbeda dengan orang lain yang berlomba-lomba memberikan info tentang makanan kekinian, Kak Mia lebih sering mengajak kita mengingat makanan ketika kecil, generasi 90-an pasti khatam ya kelakuannya kayak gimana. Juga beberapa makanan yang Kak Mia olah sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">OWOB</h4><div style="text-align: justify;">Nah, ini komunitas yang mempertemukan kami. Tulisan satu-satunya ini menyiratkan betapa Kak Mia menyayangi dan nyaman di dalam komunitas tersebut, bahkan rela berlelah-lelah mengurus komunitas tersebut. Salah satu bahan ghibah kami yang disini ini</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Perkenalan</h4><div style="text-align: justify;">Seperti judulnya ada dua postingan yang masuk ke dalam label ini, yang satu menceritakan diri Kak Mia secara personal. Satunya lagi menceritakan tentang <i>personal branding </i> yang memang berkaitan erat dengan citra diri yang ditampilkan ke media sosial.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Ulasan</h4><div style="text-align: justify;">ini yang paling menarik dan bisa banget jadi bahan ghibah, ulasan buku. Walau tidak melulu buku yang diulas disini, ada juga kegiatan atau <i>challenge. </i>Salah satunya challenge yang digagas oleh saya pribadi yaitu Goceng Challenge, gerakan menabung setelah selesai membaca dan dibuka bersama-sama di akhir tahun. Buat jajan-jajan cantik membeli keinginan kit, keinginan ya, bukan kebutuhan hehehe.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">Penutup</h3><div style="text-align: justify;">Sudah merasa mengenal Kak Mia lebih dekat? jika belum, kepoin aja instagram pribadinya <a href="https://www.instagram.com/simiati_nw/">@simiati_nw</a>. berdasarkan <i>my sotoy opinion, </i>kayaknya sebentar lagi labelnya akan nambah seputar kehamilan dan parenting deh, mengingat Kak Mia saat ini tengah berbadan dua tetapi masih tetapi rajin ikutan kelas sana-sini. Semoga kehamilannya dilancarkan, disehatkan ibu dan debaynya dan sehat selamat hingga setelah persalinan kelak. Aamiin aamiin aamiin ya robbal alamin.</div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-75751007170917025722022-06-04T21:00:00.004+07:002022-06-05T21:55:07.519+07:00Tentang Saya, Blog dan Manajemen Waktu<h2 style="text-align: justify;">Kenapa Saya Ngeblog?</h2><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Tugas dan Alasan</h2><div style="text-align: justify;">Saat ini, saya tengah mengikuti sebuah kelas mengenai blog yaitu Blogspedia yang diinisiasi oleh Mbak Marita Ningtyas, pemilik blog <a href="https://maritaningtyas.com" target="_blank">Marita's Palace</a>. Pada tugas pertama kelas ini, peserta diajak untuk menemukan alasan pribadi kenapa kami semua memilih ngeblog?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Ruang Healing</h4><div style="text-align: justify;">Untuk diri saya pribadi, yang menjadi alasan saya menulis di blog lagi adalah sebagai sarana <i>healing</i>, sebagai catatan perjalanan saya paska kepergian mamah. Dalam jangka panjang, setelah tidak lagi berkisah tentang perjalanan kehilangan, saya berencana agar blog itu menjadi sebuah rumah yang bermanfaat bagi banyak orang, walau sejujurnya, saya belum tahu, akan seperti apa dan diisi apa blog tersebut nantinya, tapi saya ingin diri saya pribadi, blog saya dan kepergian mamah, berdampak bagi banyak orang <i>in positif way</i>. Semoga tak hanya semoga.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Impian</h4><div style="text-align: justify;">Di sudut lain pikiran saya, saya ingin LiteraVy menjadi sebuah brand, entah brand apa, lagi-lagi saya</div><div style="text-align: justify;">belum menentukan dengan jelas, tetapi saya merasa sangat ingin memiliki brand sendiri yang</div><div style="text-align: justify;">mempresentasikan diri saya. Saya (kembali ke atas), ingin kepergian mamah saya tidak membuat saya</div><div style="text-align: justify;">terpuruk, tetapi menjadi alasan saya untuk bangkit dan bergerak. Menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi</div><div style="text-align: justify;">banyak orang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Alasan Membuat Blog Pertama Kali</h4><div style="text-align: justify;">Jika menelisik ke awal mula saya membuat blog, saya tidak memiliki alasan khusus mengapa saya</div><div style="text-align: justify;">menulis di blog. Saya sekadar kepo dan ikut-ikutan. Ingin tahu, apa dan bagaimana blog itu, selain itu</div><div style="text-align: justify;">terasa keren aja punya blog sendiri, hehe. Alasan lain saya menulis di blog adalah ingin ikut seru-seruan</div><div style="text-align: justify;">nulis bareng sama teman-teman di salah satu grup wa, hal ini membuat saya jadi berkenalan dengan</div><div style="text-align: justify;">blog dan ada pula sebuah tantangan mengulas buku selama satu tahun, masih di grup wa yang sama</div><div style="text-align: justify;">dengan ketentuan ulasannya harus ditulis di blog, hal ini tentu saja membuat saya setidaknya mengisi</div><div style="text-align: justify;">blog saya sebulan sekali.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tinggalkan alasan lama dan mulai berbenah dengan rumah dan alasan baru yang semoga saja lebih bisa</div><div style="text-align: justify;">bertanggung jawab dan konsisten dalam mengisinya. Kembali lagi, semoga tak hanya semoga.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoer_GyB7b7qo5y8VbXYf78M9BIM-HkGw890xDRGn5UKXlzMJMZbdRGvM98Qg1c0mDGPUCfJSuu54Yo73KhS2mi42B88s3dwt0zfp_8kQRyunuX1_JwG1-FBc7t0TgWpfyEMUPkjnfMPaNmLjk15cZWKugmgYsTeB_QEu_9qCsXg_z_fx_26P5fKbPYA/s600/20220528_221855_0000.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="200" data-original-width="600" height="107" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoer_GyB7b7qo5y8VbXYf78M9BIM-HkGw890xDRGn5UKXlzMJMZbdRGvM98Qg1c0mDGPUCfJSuu54Yo73KhS2mi42B88s3dwt0zfp_8kQRyunuX1_JwG1-FBc7t0TgWpfyEMUPkjnfMPaNmLjk15cZWKugmgYsTeB_QEu_9qCsXg_z_fx_26P5fKbPYA/s320/20220528_221855_0000.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Header baru blog LiteraVy</div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">Terkait Manajemen Waktu</h3><h4 style="text-align: justify;">Optimalisasi Waktu</h4><div style="text-align: justify;">Sejujurnya saya bukan orang yang pintar membagi waktu, saya kerap terlena dengan rebahan dan sulit</div><div style="text-align: justify;">melawan kemalasan. Beberapa waktu belakangan saya sudah mulai menyusun rencana terkait</div><div style="text-align: justify;">manajemen waktu dan pengembangan diri. Semoga dengan ditulis dan diutarakan seperti ini tidak</div><div style="text-align: justify;">lantas menjadi sebuah angan-angan belaka dalam artian ada tindakan nyata dari rencana ini.</div><div style="text-align: justify;">Masih terkait dengan brand LiteraVy tadi, saya merasa harus mempelajari banyak hal terkait hal tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Memaksimalkan media sosial berarti saya harus meluangkan waktu untuk berselancar di dunia maya</div><div style="text-align: justify;">untuk membangun <i>awareness</i> orang terkait Literavy, baik dalam media instagram, tiktok, twitter, blog</div><div style="text-align: justify;">dan podcast. Hal tersebut tidak bisa tiba-tiba saja terbentuk, saya harus membangun kebiasaan baru.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mulai dari meluangkan waktu untuk berolahraga terkait kesehatan saya, lalu meluangkan waktu untuk</div><div style="text-align: justify;">eksplorasi canva dan photoshop juga seni fotografi demi tampilan yang lebih <i>eye catching</i>, mempelajari</div><div style="text-align: justify;">tiktok karena saya asing sama sekali dengan flatform ini tapi tidak bisa diabaikan karena orang banyak yang menggunakannya. Selain itu tentu saya perlu meluangkan waktu untuk menulis. Waktu tersebut saya plotkan setiap malam dalam rentang 30 menit sampai satu jam. Sudah terealisasikah? Beluuuum, semua masih sebatas wacana. Semoga saja tidak menjadi wacana <i>forever</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Manajemen Waktu dan kendala Pribadi</h4><div style="text-align: justify;">Sebenarnya, akar dari membagi waktu adalah skala prioritas dan melawan kemalasan. Itu sih yang aku
</div><div style="text-align: justify;">rasakan. Jika kita merasa butuh dan memprioritaskan sesuatu pasti kita akan menyempatkan waktu untuk melakukannya, seperti membalas chat si doi misalnya, hehe. Hal tersebut kunci utamanya di diri</div><div style="text-align: justify;">sendiri sih. Kadang kita sibuk, tapi nggak produktif. Padahal nggak apa-apa nggak sibuk yang penting
</div><div style="text-align: justify;">produktif. Iya nggak sih?
</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal-hal seperti ini tidak punya lasan lain selalin memaksakan pada diri sendiri untuk memegang teguh
</div><div style="text-align: justify;">komitmen yang telah dibuat demi pengembangan diri. Orang lain tidak bisa memaksakan sesuatu pada
</div><div style="text-align: justify;">diri kita karena ketika kita terpaksa melakukan sesuatu selain timbul ketidak nyamanan juga kan muncul ketidaksukaan terhadap hal tersebut baik terhadap hal tersebut maupun orang yang memaksa kita.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Memang ada beberapa tipe orang yang harus dipaksa agar kita menjadi lebih baik dan berdisiplin dalam
</div><div style="text-align: justify;">banyak hal tetapi tidak berlaku bagi semua orang. Ada yang semakin dipaksa, dia malah semakin
</div><div style="text-align: justify;">berontak dan menentangnya. Inilah perlunya kita mengenal diri kita sendiri, agar kita paham metode
</div><div style="text-align: justify;">atau cara seperti apa yang cocok agar kita menjadi lebih berdisisplin dalam membagi waktu, juga dalam
</div><div style="text-align: justify;">hal menulis blog ini. Karena untuk masalah konsistensi, tidak hanya berlaku untuk blog saja tapi untuk segala aspek kehidupan. Menurut buku Atomic Habbit, kebiasaan baik yang menjadi konsistensi kita</div><div style="text-align: justify;">menjadikan diri kita yang baru, karenanya perlu dibangun kebiasaan berulang dan terus menerus agar
</div><div style="text-align: justify;">kita menciptakan diri kita yang baru.
</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semoga apa yang ditulis dan diharapkan disini tidak sekadar omong kosong dan tetap menajdi alasan
</div><div style="text-align: justify;">saya untuk melangkan dan memperbaiki diri dari banyak aspek. Semoga tulisan ini selalu jadi pengingat ketika saya melenceng atau alfa dari tujuan menulis</div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-1297865081729445902022-06-03T11:36:00.002+07:002022-12-31T19:09:00.516+07:00Saya Ingin Menikah<div style="text-align: justify;">Dari waktu ke waktu, alhamdulillah saya semakin stabil. Walau rindu tak pernah usai, walau tetap ada malam-malam merasa sepi dan membutuhkan mamah, tapi setidaknya intensitas saya menangis dan berpikir negatif semakin jarang. Saya semakin terbiasa menjalani hari tanpa mamah. Semoga saya bisa secepatnya menuntaskan hal-hal yang berkaitan dengan mamah.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Sejak mamah pergi dan menjalani hidup sendiri ada banyak momen kesendirian yang membuat saya merasa sepi dan hampa. Di saat seperti itu, saya berpikir saya membutuhkan pendamping. Selayaknya manusia normal, keinginan menikah sudah ada sejak bertahun silam, hanya saja kepergian mamah menguatkan keinginan tersebut. Sendirian hidup di rantau, kehilangan satu-satunya hal yang membuat nyaman, jauh dari yang disebut sanak saudara dan tidak ada tempat bertumpu. Tidak mudah. </div><div style="text-align: justify;"><br></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwTGupcrH8xrQnmCHMAJGh48UnmvQqjwWBu9W8vT9IMIohp8xDDVaFb4iWDSsTjzF1QNxejbMeKxfKiLQB1peu6IysGE9wa2BVwgKIL0H0ELRPf785iTrIlbqLt9dCY8Aj-V_LasLHhSb5etI82oyz1mjNbzLRsI4jRz1MYJyMcmhEpW-cS4iPZ1niYA/s1080/png_20220612_145004_0000.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwTGupcrH8xrQnmCHMAJGh48UnmvQqjwWBu9W8vT9IMIohp8xDDVaFb4iWDSsTjzF1QNxejbMeKxfKiLQB1peu6IysGE9wa2BVwgKIL0H0ELRPf785iTrIlbqLt9dCY8Aj-V_LasLHhSb5etI82oyz1mjNbzLRsI4jRz1MYJyMcmhEpW-cS4iPZ1niYA/s320/png_20220612_145004_0000.png" width="320"></a></div><br><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Sekalipun usia saya sudah menginjak kepala tiga, tetapi tidak lantas menjadikan semuanya mudah. Ada banyak malam sendiran yang terasa sepi dan sesak tanpa tempat berbagi. Tentu saja saya memiliki Alloh SWT, tapi bagi yang lemah iman seperti saya, butuh sosok manusia yang membuat saya merasa aman dan nyaman, hal yang manusiawi bukan?</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Semasa hidup, mamah saya bukan orang yang rewel menyuruh saya menikah dan saya bersyukur sekali karena hal tersebut. hanya saja mengijak usia 25, setiap lebaran dan ulang tahun mamah selalu menyampaikan doa secara langsung agar saya segera menemukan jodoh saya yang menyayangi saya dan terbaik untuk saya. Pun ketika saya berusia 30, mamah tak lantas mengomeli saya untuk segera menikah, mamah sangat menyadari bahwa jodoh, anak dan kematian adalah hak preogratif Alloh. Dan saya pun tak lantas berdiam diri menanti jodoh.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">minta dikenalkan, dating apps, forum taaruf, mencoba hubungan baru, semua saya coba karena saya sadar semua perlu diusahakan. Tapi sekali lagi, Alloh belum berkehendak saya menemukan pria yang dimampukan menjadi sandaran saya, pelindung saya, imam saya. Semoga Alloh segera mempertemukan kami. Bismillahirahmanirrahim.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Selalu ada tanya, mencari yang seperti apa? saya selalu menjawab <i>first thing first, </i>nyambung dulu diajak ngobrol deh! Yang lainnya menyusul. Saya menyadari bahwa saya cenderung sulit didekati tapi saya mudah akrab dengan siapapun yang memiliki interest atau bahan obrolan yang nyambung dengan saya. Saya betah meladeni bicara berjam-jam untuk membahas banyak hal jika saya cocok dengan orang tersebut, tapi jika tidak. Hanya sebatas sapa ramah saja saya sanggup meladeninya. Apakah sesaklek itu di pertemuan pertama? jelas tidak ada kesempatan yang saya berikan. Hanya ini patokan pertama saya dalam banyak hal.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Karena berdasarkan pengalaman saya yang tidak banyak, sebelum lebih lanjut ke visi dan misi serta hal-hal lain menyangkut pernikahan, keuangan, anak dan seks mendapatkan lawan bicara yang nyambung sepadan dan bisa memahami satu sama lain adalah hal yang menyenangkan. dilanjut dengan menciptakan pola komunikasi yang baik, transparan dan relevan merupakan sebuah awal hubungan yang baik. Sekali lagi, ini dalam pandangan saya. </div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Hal lain yang mungkin tidak disadari banyak orang tapi penting adalah pemahaman satu sama lain terkait mental health, pola asuh masa kecil, trauma dan hal-hal di masa lalu yang masih berdampak hingga kini. Ribet? iya. Pantes nggak ada yang mau! Jahat sekali anda! bukankah lebih baik memahami banyak hal di awal daripada menyesal kemudian.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Terkait tanggung jawab adalah hal yang sangat bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari, saya berpikir jika dia bertanggung jawab pada Tuhannya, pada keluarganya, pada pekerjannya dan pada dirinya sendiri maka insya Alloh dia akan bertanggung jawab pada saya dan keluarganya kelak. Semoga tak hanya semoga. Apalagi kelakuan manusia sekarang sungguh bikin geleng-geleng kepala dan membuat kita merasa takut, masih adakah orang baik di dunia ini? </div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Terkait umur, saya membatasi diri dengan mengharapkan pria sengan usia sekitar 27 - 40 tahun. Duda anak satu nggak masalah, selama urusan sengan mantan istrinya sudah selesai dan mantan dan keluarganya tidak ikut campur dalam kehidupannya. Dan dipastikan dia bertanggung jawab pada anaknya, tidak hanya secara materil tapi juga moril dan meluangkan waktu untuk bersama anknya. Saya sempat bereknalan dengan duda anak satu yang tidak pernah mengunjungi ankanya, hanya memberi nafkah saja. Sungguh, jika dia paham bahwa luka pengabaian itu berdampak panjang, dia sedianya meluangkan waktu untuk tetap terkoneksi dengan anaknya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Apakah salah jika saya ingin menikah karena saya merasa tidak sanggup sendiri? merasa tidak ada tempat berbagi? merasa tidak ada tempat bertanya sebelum mengambil keputusan? terserah orang berkata apa, toh mereka tidak mengerti bagaimana rasanya bingung, hampa dan sekuat hati merapalkan doa agar kesendirian ini segera berlalu. </div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Karena tulisan ini dari sudut pandang saya dan saya belum menemukan Mr. Rightnya saya, maka semua sudut pandang dan keinginan ini berdasar pada diri saya. Lantas bagaimana dengan pasangan saya kelak, tentu saya tidak bisa menjelaskannya disini. Karena akan ada banyak komproni, mengalah, menurunkan ego dan mempertahankan pendapat di masa perkenalan dan pernikahan kelak.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Ketakutan akan kegagalan, terlebih orang tua pernah gagal. Ketakutan bertemu dengan lelaki yang tidak baik, ketakutan mendapat lelaki yang pemarah, tukang selingkuh dan banyak lagi ketakutan lainnya agaknya wajar dirasakan semua orang, termasuk saya. Tapi berhusnudzon padaNya menjadi satu-satunya cara saya meyakini bahwa saya akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan saya. </div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Tanpa mengurangi rasa hormat dan tidak enak hati, semoga saya segera dipertemukan dengan Mr. Right nya saya. Jika ternyata Mr. Rightnya saya dipertemukan melalui teman pengunjung blog ini, saya tentu bahagia, karena saya tidak tahu melalu jalan mana Alloh mendatangkan dan mendekatkan jodoh saya bukan? feel free to contact me at my instagram account @vitoxvy. Saya tidak menjanjikan apa-apa, marilah kita berteman dan saling mengenal terlebih dahulu. Jikapun tidak berjodoh semoga bisa tetap menjadi teman baik. </div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-86115186762559547932022-05-11T22:27:00.004+07:002022-06-12T15:04:54.091+07:00Pengalaman Konsultasi Online dengan Psikolog (Part 2)<div style="text-align: justify;">Selepas pengalaman yang kurang nyaman kala pertama kali konsultasi dengan psikolog, tidak lantas membuat saya kapok. Berkaca dari pengalaman beberapa teman dan <i>influencer</i> yang saya ikuti bahwa tidak mudah menemukan psikolog yang cocok, maka saya hanya merasa bahwa pencarian saya belum selesai. Seminggu selepas kepergian mamah, saya merasa saya butuh untuk berkonsultasi dengan psikolog selain karena saya hidup sendiri selepas kepergian mamah, tidak ada sanak saudara yang dekat dan orang yang bisa saya jadikan pegangan, juga karena pikiran dan perasaan saya kala itu ingin segera menyusul mamah. Saya merasa tidak ada gunanya saya hidup tanpa mamah, saya kehilangan dunia saya, saya kehilangan pegangan saya, saya tidak tahu harus apa dan bagaimana. Saya sudah bersikap seperti robot, menjalani hari-hari saya tanpa pemikiran dan harapan apapun, hanya sebatas menjalani dan berharap kematian segera menjemput. Saya sadar ini salah, saya sadar saya butuh pertolongan, saya sadar saya tidak sanggup menghadapi semuanya sendirian. Teman dan sahabat sekalipun ada di saat tertentu, tetap memiliki kehidupan sendiri yang tidak bisa menjadikan saya sebagai fokus utamanya, padahal sedianya ketika mamah ada, sayalah fokus utama dalam hidupnya, begitupun sebaliknya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2PCcZfCOPUPq97GrnZObkASBjVhbmcVQdXA96yEOsIqwYCb9iYsttUYqaaxB0IaYfIxf_fg7dHqwr3yKrypLFlmgJ5hWvel-yNdPwH8bkMaoN0QZroLxzA9iTV9Z0-VH1rU4AXLUCQC5AG6iBLUjU0P_CZUXVxP5g8LcCdTU8-pQzDA0gdrgcd0UyTg/s1748/png_20220612_150345_0000.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1240" data-original-width="1748" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2PCcZfCOPUPq97GrnZObkASBjVhbmcVQdXA96yEOsIqwYCb9iYsttUYqaaxB0IaYfIxf_fg7dHqwr3yKrypLFlmgJ5hWvel-yNdPwH8bkMaoN0QZroLxzA9iTV9Z0-VH1rU4AXLUCQC5AG6iBLUjU0P_CZUXVxP5g8LcCdTU8-pQzDA0gdrgcd0UyTg/s320/png_20220612_150345_0000.png" width="320" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berbekal tanya pada teman yang mengalami situasi serupa, saya mencoba untuk membuat janji konsultasi dengan psikolog di salah satu flatform media sosial yang bergerak di bidang <i>mental health</i>, cukup mendadak karena saya daftar di siang hari dan menjadwalkan hari itu juga untuk berkonsultasi. Alhamdulillah qadarullah permintaan saya disetujui dan sore itu juga saya berkonsultasi dengan beliau melalui zoom. Konsultasi pertama saya langsung merasa nyaman, beliau menanyakan apa yang membuat saya merasa butuh bantuan psikolog, saya sampaikan keadaan saya dan pikiran-pikiran yang membebani saya. Seorang teman yang psikolog pernah mengatakan bahwa untuk mencapai hasil maksimal kita harus jujur dengan kondisi kita dan itu yang saya lakukan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pertemuan kedua 13 November 2021, saya meminta konsultasi karena saya merasa limbung dan nelangsa banget, perasaan tidak ada gunanya saya hidup menghampiri lagi walaupun keinginan untuk mati tidak lagi sebesar sebelumnya. Pada pertemuan ini, sepertinya saya memasuki mode katarsis (maaf jika salah) dimana saya secara sadar menekan dan memeluk luka saya, “meremasnya” lalu secara sadar juga saya merasa sakit tapi setelahnya saya merasa lega. Dengan beberapa metode dan pertanyaan yang tepat saya dibimbing untuk berhadapan langsung dengan luka saya, luka yang saya tahu tidak akan pernah sembuh tetapi di titik ini saya menyadari bahwa saya akan berdampingan selamanya dengan perasaan ini. Selepas konsultasi selesai saya merasa lelah luar biasa dan tidur cukup nyenyak dan merasa lebih baik keesokan harinya. Pertemuan ini membuat saya menyadari beberapa hal, yang pertama beliau adalah pendengar yang baik, ketika saya berbicara, beliau hanya mendengarkan tanpa sekalipun mengintrupsi, jika kita berbicara bersamaan, beliau pasti mengalah dan mempersilakan saya menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pertemuan ketiga, seminggu kemudian. Saat itu saya masih berada dalam keadaan kacau, berusaha untuk waras, tegar dan baik-baik saja walau nyatanya tidak. Alhamduliiah aktivitas sehari-hari sudah normal tetapi perasaan masih naik turun. Salah satu hal yang membuat saya sulit bangkit adalah saya melewati hal ini sendirian, sedangkan saya merasa tidak sanggup sendiri, hal tersebut saya kemukakan juga pada beliau. Yang membuat saya semakin nyaman dengan beliau, selain pendengar yang baik, beliau tidak pernah menyuruh dan mendikte saya, beliau membuat saya berpikir dan bangkit dengan dan oleh saya sendiri. Di pertemuan ini saya sangat menyadari bahwa beliau mengarahkan saya untuk semakin mengenal diri saya dan mencari semua jawaban dan kekuatan melalui diri saya, bukan dari pihak lain. Karena sekalipun membersamai, belum tentu mereka mendampingi dan membantu. Hingga pada akhirnya, semua solusi dan kekuatan ada di dalam diri kita, sesuatu yang kerapkali saya atau malah kita semua abaikan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pertemuan-pertemuan selanjutnya masih saya lakukan dengan intensitas yang semakin jarang, saya tidak selalu baik-baik saja. Seringkali saya tiba-tiba down tapi beberapa metode terapi yang beliau ajarkan cukup membantu saya melewati hari-hari buruk. Ada saat tertentu saya menghubungi beliau ketika baik-baik saja, untuk evaluasi dan membenahi hal-hal yang semerawut dalam diri saya dan rasanya menyenangkan dan melegakan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari pengalaman tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa semua yang sudah diatur olehNya sedemikian apik, hingga saya bertemu dengan beliau di saat terburuk di hidup saya dan membantu saya melewati fase tersebut. Bayangkan jika saya bertemu psikolog yang judgemental atau tidak cocok dengan saya ketika saya terpuruk, rasanya semakin tidak baik hati dan pikiran saya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sependek pengalaman saya dengan psikolog, saya merasa cocok psikolog dengan tipe pendengar yang baik, memiliki dasar dan boundaries yang sama, dalam hal ini islam sebagai fondasi diri. Selain itu, berbagi dengan professional yang tepat membuat saya lebih memahami dan menyayangi diri saya bahkan di saat yang sulit ini. Sekalipun masih ada waktu saya tidak baik-baik saja, tapi saya lebih percaya bahwa semua akan normal pada waktunya. Di tahap ini juga saya menyadari bahwa sedih dan terpuruk itu adalah bagian dari kehidupan, bahwa proses <i>grieving</i> yang lama adalah normal karena setiap orang memiliki cara dan waktu sendiri untuk berduka dan pulih. Sekalipun memiliki pengalaman yang sama tapi luka dan cara orang menghadapi situasi tersebut tentu akan berbeda, karenanya entah orang menganggap saya sulit untuk <i>move-on</i>, saya sadar salah satu alasan kenapa saya sulit untuk <i>move on </i>adalah <i>bonding</i> saya dan mamah sangat kuat, terlebih hidup berdua saja dan saling mengandalkan satu sama lain membuat saya kehilangan banyak hal dalam satu waktu. Saya tidak berharap orang mengerti dan saya tidak peduli pendapat orang karena saya tahu dan sadar bahwa ini bagian dari proses. Tentunya dengan usaha dan keinginan untuk tidak selamanya tenggelam dalam kesedihan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya juga disadarkan bahwa sekecil apapun pencapaian kita harus belajar mengapresiasi diri. Saya teringat saya berkata bahwa saya bangga pada diri saya sendiri karena bisa nggak nangis selama tiga minggu, biasanya selalu ada waktu dimana saya menangis setiap minggunya. Sesuatu yang bisa jadi sepal bagi orang lain bahkan cenderung lebay, tapi tidak buat saya. Berada di titik normal dengan rentang waktu semakin panjang adalah pencapaian yang luar biasa karena itu membuktikan bahwa saya berproses. Tidak hanya terpuruk dalam kesedihan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Metode dan terapi yang diajarkan dan dipakai selama konsultasi berlangsung tidak saya sertakan disini karena penanganan setiap orang tentu saja berbeda dan setiap psikolog akan menyesuaikan metode dan jenis terapi yang digunakan. Sedikit yang bisa saya share terlepas dari pengalaman saya bersama psikolog adalah meditasi, hal tersebut membantu sekali meredakan ketegangan dalam banyak waktu (sekalipun jika sudah tidak membantu, saya lantas meminta konsultasi), menyadari dan menikmati setiap nafas yang dikeluarkan, sepele tapi berdampak besar bagi saya pribadi. Luangkan saja waktu tiga sampai lima menit untuk fokus pada pernafasan anda. Semoga mengubah ketegangan dan kecemasan menjadi lebih tenang. Boleh banget dicoba ya!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pengalaman “menyenangkan” bersama psikolog ini semoga bisa menjadi gambaran bahwa memang tidak mudah menemukan psikolog yang tepat. Tetapi ketika sudah menemukan dan dengan pertanyaan dan metode yang tepat membuat saya semakin mengenali diri. Jadi, walau belum tentu langsung bertemu psikolog yang tepat, tapi jangan ragu untuk tetap mencari dan berproses karena sejatinya usaha kita untuk pulih adalah perjalanan panjang yang jika bertemu orang yang tepat akan memudahkan segalanya. Dan stigma hanya orang sakit jiwa yang butuh psikolog rasa-rasanya sudah tidak relevan lagi dengan tingkat awareness yang semakin tinggi terkait <i>mental health</i>.</div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-26775705905785495102022-04-17T12:34:00.002+07:002022-06-01T19:37:37.263+07:00Pengalaman Konsultasi Online dengan Psikolog (Part 1)<div style="text-align: justify;">Jika sebelumnya saya lebih banyak bercerita entang perjalanan saya selepas kepergian mamah, maka di tulisan kali ini saya ingin membagikan pengalaman saya berkonsultasi dengan psikolog di masa silam. Yang pada tulisan selanjutnya akan saya ceritakan tentang peran psikolog yang membantu saya untuk pulih selepas kepergian mamah. Cerita ini masih flashback, menceritakan pengalaman lama yang cukup membekas untuk saya. </div><div><div style="text-align: justify;">Mental health belakangan menjadi isu yang marak dibahas dimana-mana. Sisi positifnya orang menjadi aware dengan berbagai permasalahan terkait mental health, sisi negatifnya orang sering salah kaprah mendiagnosis diri sendiri dan mental health kini kerap dijadikan alasan atau pembenaran bagi kebiasaan buruk seseorang. Seperti yang baru-baru ini heboh tentang curhatan mahasiswa yang mengaku mental healthnya terganggu dengan banyaknya tugas perkuliahan yang dia terima, padahal sejatinya kuliah dan dan seluruh aspeknya termasuk tugas yang berjibun merupakan bagian dari proses dan setiap mahasiswa mengalaminya. Lelah, burn out dan merasa terbebani jelas banyak yang mengalaminya, tapi tidak otomatis mental healthnya terganggu kan? Tapi tulisan ini bukan akan membahas hal tersebut, tulisan kali ini membahas tentang pengalaman saya berkonsultasi online dengan psikolog.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sependek pengalaman saya, saya terhitung berkonsultasi dengan tiga psikolog. Dua psikolog pertama, saya berkonsultasi melalui aplikasi chat dengan dokter. Untuk yang ketiga dan masih berkonsultasi sampai sekarang saya mendapatkan kontaknya melalui salah satu komunitas yang bergerak di bidang kesehatan mental. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Konsultasi pertama saya dengan psikolog, terjadi di tahun 2018, saat itu saya merasa penat dengan banyaknya masalah yang ada di hidup saya, motivasi mulai menurun dan merasa lelah dengan keseharian saya. Dari teman yang memiliki latar belakang psikologi, saya merasa sudah saatnya saya menemui psikolog. Mengingat di tempat saya tinggal tidak ada akses ke psikolog, saya memutuskan mencoba berkonsultasi online menggunakan salah satu aplikasi caht dengan dokter, kebetulan sebagai pengguna baru saya menikmati dua kali konsultasi gratis melalui aplikasi tersebut. Pada sesi yang berlangsung selama 2 x 30 menit tersebut saya ditanya tentang hal yang mengganggu saya setelah menggambarkan secara ringkas situasi saya, mulailah psikolog tersebut menanggapi, saat pertama membaca chatnya saya langsung merasa tidak nyaman, alih-alih menanyakan lebih jelas kondisi saya jika penjelasan saya kurang jelas, psikolog tersebut malah langsung menghakimi dan menyalahkan saya di beberapa aspek, sehingga saya yang sedang tidak baik-baik saja merasa semakin terpojokkan dengan kata-katanya. Saya sempat menyampaikan bahwa saya tidak nyaman dengan kata-katanya lalu beliau malah menyuruh saya introspeksi diri, lhaa? Helo, yang lagi cerita ini kondisinya lagi nggak baik dan sensitive, kenapa malah dihakimi dan disuruh mikir? Karena waktu juga habis, saya tidak berniat melanjutkan sesi konsultasi tersebut, malah menandai psikolog tersebut karena caranya menghadapi saya yang saya rasa tidak menyenangkan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pengalaman tersebut tidak membuat saya kapok, karena beberapa teman mengatakan bahwa bertemu dengan psikolog yang tepat itu perlu perjuangan, tidak bisa langsung menemukan yang sesuai dengan value yang kita pegang dan bisa menerima kondisi dan pemikiran kita. Masih menggunakan aplikasi serupa di tahun berkutnya, saya mencoba berkonsultasi satu sesi. Saat ini saya merasakan kelelahan yang amat sangat dan pikiran negative yang terus mengganggu. Psikolog yang kedua ini tidak judgemental seperti yang pertama, saya diberi beberapa tips dan arahan agar pikiran saya lebih kalem dan tidak terlalu sering overthinking. Saya cukup merasa terbantu dengan psikolog kedua ini, walaupun sarannya banyak yang sudah saya lakukan tapi setidaknya saya tidak merasa dihakimi dan psikolog ini fokus pada solusi untuk saya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Salah satu kelemahan berkonsultasi secara online melalui chat adalah kita seakan diburu waktu dan ada ketrerbatasan komunikasi sehingga bukan tidak mungkin apa yang hendak kita sampaikan tidak sampai pada oaring yang kita hubungi. Dan karena ada limit waktu per sesi, ada perasaaan diburu-buru dalam menyampaikan poin yang ingin kita sampaikan. Selanjutnya memang harus ada kesamaan value antara psikolog dengan kita selaku pasien. Pengalaman tidak mengenakan dengan psikolog yang judgemental sangat membekas hingga kini, sehingga walaupun tidak kapok tapi saya menjadi lebih hati-hati dan mencoba memetakan dulu seperti apa psikolog yang saya hadapi. Sanagt tidak enak rasanya ketika kita membutuhkan bantuan tetapi orang yang kita minta bantuan malah menyalahkan keadaan kita. Ini tidak menggneralisir psikolog yang ada, karena pada pengalaman selanjutnya saya menemukan psikolog yang tepat dan nyaman. Pada tulisan selanjutnya saya akan menceritakan pengalaman saya menemukan psikolog yang cocok bahkan masih terus berkonsultasi hingga saat ini sejak saya kepergian mamah tercibta saya yang sangat membantu saya. Nantikan di tulisan selanjutnya ya.</div></div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-87928509415027160472022-03-24T18:37:00.003+07:002022-06-01T19:36:53.011+07:00Saat ini ...<div style="text-align: justify;">Saya beranjak pulih, iya. Tapi berhenti merindukan Mamah? Jelas tidak mungkin. Selasa 22 Maret 2022, saya menangis lagi setelah 29 hari saya normal. Pekerjaan yang menumpuk dan tidak ada teman bicara menjadi pemicu saya mengalami hal ini. Perasaan tidak mengenakan ini tidak muncul tiba-tiba, sejak Sabtu saya merasa kesepian, ketika seharin itu saya tidak bertemu dan berbicara dengan satu manusiapun. Sejak bulan lalu, Sabtu menjadi waktu saya untuk menikmati aktivitas leha-leha. Sehingga saya membebaskan diri dari aktivitas pekerjaan dan domestik hingga siang hari. Hal ini cukup membantu saya memulihkan mood dan kondisi saya. </div><div style="text-align: justify;">Saya menyadari pula sejak kepergian mamah, masa menjelang menstruasi membuat mood saya memburuk dengan mudah dan intensitas kesedihan meningkat drastis. Ditambah kenyataan bahwa bulan ini pekerjaan sedang menumpuk. Jika dalam situasi normal saya melakukan banyak upaya agar saya merasa lebih baik. Maka saat ini, dengan kesadaran akan situasi saya, baik pengaruh eksternal dan internal saya memutuskan untuk menerima saja hal ini sebagai penyerta siklus bulanan saya. Tidak mengenakkan memang merasakannya, tapi alih-alih melawan perasaan yang memang konsisten dalam beberapa bulan terakhir, sebaiknya saya mengubah sikap saya menghadapinya. Saya sedih, iya. Nelangsa, banget. Bingung karena nggak ada teman bicara, jelas. Tolong, jangan ceramahi saya mencoba mencari teman bicara, karena sedianya semua orang memiliki kesibukan dan prioritas masing-masing yang nyatanya bukan aku. Terlebih teman-teman yang sudah berumah tangga. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat menulis ini, saya tidak sedang baik-baik saja. Tetapi saya dalam kondisi normal, hanya kelelahan dan sedih. Itupun tidak meratap. Saya hanya membiarkan diri saya menangis dan merindukan mamah saya lebih dari biasanya. Saya bilang saya dalam kondisi normal karena saya tidak dalam keadaan memikirkan hal buruk yang mengarah pada menyakiti diri sendiri. Jika melihat situasi bulan-bulan sebelumnya. Saya akan berangsur normal paling lambat dalam 5 hari, insya Alloh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya yang hidup sendirian sejak kepergian mamah, belajar untuk lebih banyak memahami diri dan kebutuhan pribadi, terutama terkait mental. Karena orang lain tidak akan sepeduli itu pada saya, sekali lagi, setiap orang punya prioritasnya masing-masing. Bukan tidak peduli, hanya banyak hal yang menjadi batas kepedulian seseorang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekali lagi saya belajar untuk lebih memahami diri, untuk bertoleransi pada beberapa hal yang memang tidak lagi sama di hidup saya. Izinkan saya untuk mengatakan saya bangga pada diri saya sendiri sudah sampai di titik ini. Karena ketika mamah pergi saya merasa saya akan terkurung dalam perasaan sedih selamanya. Tapi nyatanya tidak. Saya terus bergerak, menjadi produktif dalam beberapa hal, termasuk dalam menulis blog, karena ini adalah media healing saya, media saya untuk menyampaikan progress yang nyata di kehidupan saya. Dan untuk pengingat kelak bahwa saya tidak diam saja menghadapi kehilangan ini. Bahwa saya melakukan banyak hal untuk membuat diri saya pulih. Juga sebagai sebuah catatan kisah untuk dibaca lagi kelak atas sebuah kejadian yang mengubah diri, hidup dan pandangan saya dalam banyak hal. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mah, neng kangeeeeeeeeeeeeen banget sama mamah. Doanya dari semua yang membaca semoga amal ibadah mamah saya diterima disisiNya, dilapangkan kuburnya dan dimudahkan hisabnya kelak, aamiin aamiin aamiin ya robbal alamin. Al fatihah ...</div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-14320067909506508972022-03-05T16:13:00.004+07:002022-06-01T20:15:01.723+07:00Mah, You Are Strong Woman!<p style="text-align: justify;"> Mah, Kangeeeeeeeeeeeen. Banget!</p><p style="text-align: justify;">Saya sudah menulis beberapa minggu lalu, bahwa aku akan mengatakan betapa hebatnya mamah. Saya punya mimpi, dunia harus tahu bagaimana baik dan kuatnya mamah. Dunia harus tahu, mamah sudah mendidikku dengan sangat baik sehingga mereka akan turut bangga padamu, Mah. </p><p style="text-align: justify;">Saya selalu merasa, terlebih di tahun-tahun terakhir hidupnya, mamah hanya hidup untuk aku. Segala perhatian, kasih sayang, pikiran dan waktunya dihabiskan untukku dan bersamaku. Mamah tidak banyak bersinggungan dengan orang, karena enggan ditanya seputar kehidupan pribadinya. Mamah menutup rapat privacynya dari dunia luar kecuali padaku. Mamah mengurus dan memanjakanku sepanjang hidupnya. Sepertinya sebagian orang mengenalku dengan label "anak mama", yang hingga usia kepala tiga masih suka diantar mamah kesana-sini, yang masih disiapkan ini itu, yang masih suka di telepon jika pulang terlambat, yang walaupun jarak rumah dan tempat kerja dekat selalu telepon tiap waktu, entah untuk sekadar bercerita, menanyakan kabar kucing, bertanya mau dibelikan apa, atau hanya sekadar minta dijemput. semesra itu saya dan mamah. Bonding kami terlalu kuat, sampai rasanya dunia runtuh ketika beliau berpulang. Dulu ada rasa risih dengan perlakuan mamah, tapi setelah mamah berpulang, saya menyadari bahwa saya menikmati moment-moment itu.</p><p style="text-align: justify;">Ah iya, saya mau bicara hebatnya mamah kan?</p><p style="text-align: justify;">Saya selalu merasa saya tidak akan pernah bisa sekuat mamah. Merantau ikut suami dan membesarkan anak dengan seseorang yang tidak bisa diandalkan. Menutup rapat kekurangan pasangan dari keluarga dan berjuang mati-matian agar kebutuhan hidup terpenuhi. Belajar potong rambut, merias pengantin hingga membuat kue dan bol dari tidak bisa sampai mahir. Belajar menjahit dari tidak bisa hingga mukena dan seprai buatannya masih bisa kupakai hingga sekarang. Mamah adalah pembelajar otodidak yang ulet dan saya harusnya bisa lebih dari beliau. Kegigihan mamah dalam belajar sesuatu yang baru di usia berapapun, adalah semangat yang perlu ditiru semua orang, iya kan? </p><p style="text-align: justify;">Banyak masa terburuk dalam hidupnya yang saya saksikan sejak kecil. Disalahkan ipar dan tidak dibela sampai menangis, keguguran 3x dan melahirkan 2x tapi bayi meninggal setelah lahir. Ya Alloh, betapa kuat mamah saya. Jika orang hanya mengalami satu kehilangan, mamah saya sampai 5x. Dan beliau tetap tangguh merawat saya dan menjalankan perannya tanpa kurang apapun. Duh, mah ... Betapa istimewanya engkau dalam menghadapi hal-hal sulit dihidupmu. Terlebih kehilangan anak yang engkau kandung. Mah... Terimakasih telah menjadi kuat. Dengan pasangan yang tidak kooperatif, saya tidak tahu bagaimana mamah berjuang untuk dirinya. Karena saya masih terlalu kecil untuk mengerti bahwa mamah kehilangan dan butuh teman atau pendamping. Ah, maafkan Neng mah, tidak menjadi penopangmu saat engkau merasakan sedih yang dalam. Kehilangan orang tua, Kakek di tahun 2008 dan nenek 6 tahun kemudian, dengan perasaan berdosa karena jarang mengunjungi dan belum sempat membahagiakan. Saya sudah cukup besar ketika ini terjadi, tapi tidak cukup mengerti dan paham untuk mendampingi. belakangan, sebelum berpulang mamah kerap mengatakan mamah lelah. Mamah kerap menangis mengatakan rindu pada orang tuanya dan kami berpelukan, menangis bersama. Karena aku cukup lama menjadi satu-satunya cucu Engki dan Ibu (aku memanggil nenek dengan sebutan Ibu) yang sangat disayang. Aku cukup ingat bagaimana pintar dan cerewetnya Ibuku dan betapa humorisnya Engkiku. Hingga sakit, mengambil keceriaan mereka. Aku pun merindukan mereka dengan sangat. </p><p style="text-align: justify;">Aku selalu kagum dengan cara mamah menyimpan kisah pilunya sendiri. Di satu sisi (aku menyadari belakangan) ini berakibat buruk pada mental health nya tapi di sisi lain, mama sanggup menampakkan image yang tegar dan baik-baik saja di pandangan umum. Aku selalu kagum dengan cara berpikir mamah dalam menghadapi masalah yang bisa solutif tanpa mengorbankan orang lain. Aku nggak bisa kayak gitu. Aku selalu kagum pada kesabaran mamah dalam menghadapi segala hal di hidupnya dan dalam menaghadapiku yang bebal ini. Terimakasih untuk pembelajaran hidupnya, Mah.</p><p style="text-align: justify;">Semoga kelak, dunia tahu betapa kuatnya mamah dan betapa mamah telah mendidikku dengan sangat sangat sangat baik, hingga kelak berguna bagi banyak orang. Semoga tak hanya semoga ya mah, bismillahirahmanirrahim. Semoga Mamah, Ibu dan Engki tenang disana dan semoag kelak ada rezeki untuk menghajikan kalian dan berbuat banyak hal atas nama kalian. Mohon bantuan doa dari semuanya ya.</p><p style="text-align: justify;">AL fatihah untuk Mamah, Ibu dan Kakek saya.</p><p style="text-align: justify;">Terimakasih.</p><p style="text-align: justify;"><br></p><p style="text-align: justify;">Note : setiap kali menulis di blog ini, selalu berderai air mata. entah karena rindu, entah karena teringat betapa istimewanya mamah dan betapa beruntungnya aku mendapatkan ibu seperti beliau. Karenanya saya hanya sanggup menulis seminggu sekali. Untuk menyimpan memori tentang mamah dan mengukir perjalanan saya selepas kepergian mamah.</p>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-65078748246014591912022-02-28T20:27:00.007+07:002022-06-01T20:15:22.459+07:00Menjalankan Wasiat Mamah<p> Beberapa minggu belakangan, saya mengabarkan bahwa saya dalam kondisi stabil dan semakin bisa beradaptasi dengan keadaan. Kamis kemarin saya down lagi, ada sesak dan rindu yang menyiksa. Saya menangis hingga dua jam. setealh 23 hari saya lalui dengan senyuman, tanpa tangisan dan perasaan lainnya, tanggal 24 kerinduan itu pecah dan terasa menyiksa. Ya Alloh, tempatkan Mamaku di syurgaMu ya Alloh, aamiin ya robbal alamin. Saya rasa penyebab lainnya saya merasakan hal tersebut sepertinya pengaruh hormon, jadwal bulanan saya datang dan membuat emosi saya kandas seketika, setelahnya Alhamdulillah aku merasa lebih baik. </p><p>Sejak awal minggu saya merasa bimbang, karena saya harus memutuskan untuk pergi ke Sumedang atau tidak. Jadi, ketika mamah masih ada, mamah sempat bilang " Neng, bulan Februari kita ke Sumedang yuk! Nenek Tati (Adik dari alm. kakek), tantenya Mamah) mau nikahin cucunya. Kita disuruh kesana" aku bilang "Hayuk mah, asal mamah sehat dulu!" kondisi mamah sudah sakit. Qadarulloh, mamah sekarang sehat banget, nggak ngerasain sakit lagi. Bulan lalu, nenek pun berulang kali mengatakan aku harus hadir ke pernikahan cucunya dan saya sanggupi. Tapi karena kasus omicron meningkat dan sedang banyak banget yang sakit, saya merasa ragu apakah saya akan berangkat atau tidak. Kecenderungan untuk tidak berangkat, ada. Bahkan beberapa kali terpikir untuk tidak berangkat. Saya terus memohon petunjuk pada Sang Maha Kuasa, agar keputusan yang saya ambil tidak salah. Saya takut malah membawa penyakit pada orang sekitar sepulang dari sana. </p><p>Entah bagaimana, di hari kamis. tante yang saya telepon mengatakan bahwa dia tidak akan hadir karena tante yang satunya tengah sakit, makin ragulah saya untuk datang. Tapi keesokan harinya, beliau mengabarkan bahwa beliau akan berangkat. Dilema menjadi. saya terus meminta petunjuk pada Alloh SWT. Mulanya saya berencana untuk berangkat hari Jumat siang, tapi karena satu dan lain hal, saya tidak jadi berangkat. Tetapi entah bagaimana, malamnya saya merasa yakin untuk berangkat. semua keraguan dan ketakutan itu menghilang entah kemana. Akhrnya Sabtu pagi saya memutuskan untuk berangkat ditemani seorang murid. sebenarnya saya tidak masalh pergi sendiri, tapi mengingat ini kepergian jauh pertama saya tanpa mamah, saya merasa butuh teman agar tidak melulu nangis mengingat mamah. </p><p>Akhirnya berangkatlah saya pukul 09.14 WIB dan tiba di tempat pukul 16.30 karena harus berganti kendaraan dan macet juga. Alhamdulillah, mungkin memang ini petunjuk dari Alloh saya harus kesana, saya bersyukur bertemu dengan orang-orang yang mengenal mamah, keluarga mamah dari pihak kakek, memperpanjang silaturahim. Alhamdulillah. Setidaknya aku bisa membuat mereka tidak melupakan mamah dan menjadi kenal sama aku, alhamdulillah. semoga silaturahim ini tetap terjaga dan teu pareumeun obor istilah sundanya mah. </p><p>Aku masih mengingat sebagian besar dari mereka, ada yang kutemui terakhir kali ketika Sd dan SMP, iya aku masih ingat. mereka bahkan terheran-heran dan berkata "Oh, pernah ketemu ya? atuh udah lama banget ya". Yaaaaaaaaaaaaaa... dulu aku masih imut-imut dan sekarang semakin imut, hehe. Alhamdulillah Alloh memberi ingatan yang bagus sehingga saya bisa menyapa mereka tanpa salah menyebutkan nama. </p><p>Ada ketenangan tersendiri karena memutuskan berangkat dan menjalankan wasiat mamah. Terima kasih ya Alloh untuk keyakinan yang diberikan. Mah, neng udah ketemu saudara-saudara mamah ya! Bismillahirahmanirrahim semoga silaturahim ini tidak terputus ya. semoga tetap bisa memanjangkan kebaikan mamah melalui bersilaturahim dengan saudara jauh. Bismillahirahmanirahim.</p>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com42tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-2550492653974768322022-02-21T18:39:00.002+07:002022-06-01T20:15:39.725+07:00Catatan Kerinduan<div>Empat bulan telah berlalu, rasanya seperti sudah lamaaaaaaaa sekali, aku merindukan dirinya setiap waktu. Seperti yang kerap kutuangkan dalam blog ini. Merindukannya kadang sesakit itu, hingga seluruh tubuh terasa ngilu dalam arti sebenarnya. Aku berjuang untuk sampai di titik ini, stabil dalam tiga minggu belakangan. Hal-hal yang kuupayakan dan pertolongan Alloh tentu saja tak henti aku syukuri. Baik berupa teman dan murid yang selalu ada atau bahkan rasa lapar yang menggila saat aku kesulitan untuk bangun tapi perut oleh Alloh dibuat meronta-ronta sehingga aku terpaksa bangun atau makan sambil menangis. Iya, rasa lapar adalah salah satu hal yang saya syukuri sejak kepergian mamah. Seperti yang sudah kusampaikan sebelumnya, sejak kepergian mamah, aku yang cenderung susah makan malah lebih teratur makan sejak kepergian mamah, karena Alloh dengan baiknya menjaga rasa lapar aku dan di waktu-waktu tertentu menjadi alas an saya untuk memaksakan diri bergerak. Terimakasih Ya Alloh.</div><div><br></div><div><br></div><div>Tujuh tahun terakhir, aku benar-benar menghabiskan banyak waktu berdua saja dengan mamah. Aku sudah sampai di titik pemikiran bahwa aku harus lebih menurut apa kata mamah dan ikutin apa maunya mamah. Walaupun sejatinya sebagai anak aku nggak pernah berhenti merepotkan mamah, terlebih waktu sakit lama tahun lalu. Belum puas rasanya karena aku belum banyak berbuat untuk mamah selain selalu ada disampingnya. Aku kangen, mah!</div><div><br></div><div><br></div><div>Kamu tahu apa yang kurindukan dari mamah selain sosoknya? Candaan yang hanya kami yang mengerti. Selalu bahagia dan spesial rasanya ketika ada seseorang yang memiliki bahasa tersendiri denagn kita. Candaan dan obrolan yang hanya kita berdua yang paham dan tertawa bersama tanpa orang lain paham kenapa kami tertawa.</div><div><br></div><div>Aku kangen diantar-jemput sama mamah, siapa yang sampai tahun 2021 masih diantar jemput pakai sepeda sama mamahnya? Aku. Sejak tidak memiliki sepeda motor, mamah berganti menjemputku memakai sepeda, padahal jarak rumah ke sekolah sangat dekat. Aku sempat mengutarakan untuk tidak usah dijemput, tapi dalam perbincangan itu aku menangkap bahwa mamah senang melakukannya dan merasa berguna untukku. Karena sudah sejak lama mamah tidak bekerja dan aku menanggung semuanya. Maka mamah yang memang Acts of servicenya jawara banget, suka kalau aku minta dijemput. Bahkan murid-muridku tahu, aku suka dijemput mamah pakai sepeda. Banyak dari muridku yang mengingat hal itu dan itu kenangan manis. Beberapa bahkan mengatakan mereka iri, bahwa mereka tidak sedekat itu dengan ibunya. Mereka tidak semesra itu dengan ibunya. Aku dulu hanya tertawa saja. Tapi kini, itu adalah hal yang kurindukan. </div><div><br></div><div><br></div><div>Dimasakin mamah. Aku bisa masak sebatas untuk diriku sendiri, dalam pembagian tugas harian pun, memasak adalah tugasnya mamah, bukan aku. Kecuali di dua bulan terakhir hidupnya, aku memasak full untuk mamah. Karena mamah tidak bisa makan sembarangan. Aku benci jika pagi-pagi tiba-tiba rindu dan ingin dimasakan oleh mamah. Atau sesederhana tinggal makan, Aku rindu, Mah. </div><div><br></div><div><br></div><div>Perdebatan dan pembicaraan konyol kami, tentang selebritis, acara TV, politik atau apapun. Kami kerap mengomel bersama atau memperdebatkan hal yang sama berkali-kali. Tapi kami tidak pernah bosan dan tetap mengulangi perdebatan tersebut.</div><div><br></div><div><br></div><div>Kangen nonton barengn mamah. Mamah tipe orang yang berpikiran terbuka dan bisa menerima hal-hal dan pemikiran baru. Mamah mau aja aku ajak nonton film atau drakor sehingga mamah lebih aware sama situasi dan perkembangan saat ini. Walaupun mamah kerap kesulitan mengingat nama actor yang bermain. Keanu Reeves kami sebut Mang Nunu, Ji Chang Wook kami sebut Healer, Lee Min Ho kita sebut City Hunter, Bruce William kita sebut Hese paeh, what a syalalala memang sama mamah tuuh. </div><div><br></div><div><br></div><div>Aku kangen dibangunin mamah, bukan dibangunin alaram. Walau mamah sering kesal karena aku susah dibangunkan. Tapi aku kangen diomelin pagi-pagi sama mamah. Aku kangen kami membahas kejadian sehari-hari. Bagaimana aku di sekolah, apa yang mamah tonton, ada kejadian apa di rumah, bagaimana tingkah kucing-kucing kami. Aku kangeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen. Kangen. Kangen. Kangen. Kangen sekali. </div><div><br></div><div>Ada banyak lagi hal-hal yang kurindukan tentang mamah. Tak pernah jauh dari mamah membuat kami adalah pusat hidup satu sama lain. Tapi tak bisa kupungkiri, banyak sekali pelajaran yang sudah mamah berikan dan tanamkan pada aku yang bebal dan keras kepala ini. Bekal untukku kini hidup tanpanya. Bekal untuk insya Alloh ke depannya membuat dunia tahu, sebaik apa mamahku. Seberapa kuat mamahku.</div><div><br></div><div><br></div><div>Sekali lagi, terima kasih sudah mau membaca coretanku tentang mamah, minggu depan, insya Alloh aku ingin ercerita tentang betapa kuatnya mamahku. Betapa dia adalah wanita tangguh yang sesungguhnya. I love you, mom! I miss you, really really really really miss you, so badly<br></div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnAzW1glQDNyPVEx7Ae6wVF2DNm3VFaH0ZNUq7-2E2y4t1ZCmtfbnVqYEVQdV3JIk1SZuJfHpRdPmOrxIobM8selDF7Dc7c8RcNj4MZ0VXiHoYFay9Hli4wijUeGK6KTOrcqpt966VWMfw/s1600/1645443571406571-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnAzW1glQDNyPVEx7Ae6wVF2DNm3VFaH0ZNUq7-2E2y4t1ZCmtfbnVqYEVQdV3JIk1SZuJfHpRdPmOrxIobM8selDF7Dc7c8RcNj4MZ0VXiHoYFay9Hli4wijUeGK6KTOrcqpt966VWMfw/s1600/1645443571406571-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Al Fatihah nya buat mamah 🙏</div><div>بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ </div><div>الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ </div><div>الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ </div><div>مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ </div><div>إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ </div><div>اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ </div><div>صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ</div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com41tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-57683817987383208792022-02-14T10:09:00.005+07:002022-06-01T20:16:01.724+07:00Perjalanan IniHalo semuanya, semoga selalu dalam keadaan sehat dan dimudahkan segala hal yang sedang dihadapinya. Situasi sekeliling saya sedang banyak yang sakit baik itu batuk, pilek maupun demam. Beberapa teman di luar kota juga dinyatakan "+". Semoga semua segera sembuh dan pulih seperti sediakala. Aamiin aamiin aamiin ya robbal alamin.<div><br /></div><div>Seperti biasa, saya menulis kembali pengalaman dan perjalanan saya dalam mengatasi kehilangan mama. Minggu ini, alhamdulillah saya lalui dengan aman. Tidak ada drama tangis, sedih dan sakit badan karena naik turun perasan. Alhamdulillah. Ada beberapa momen, meneteskan air mata kerinduan saat sendiri maupun selepas sholat dan berdoa. Tapi rasanya kali ini berbeda. Ada kesunyian yang syahdu dalam menerima perasaan ini. Ada rasa tenang yang sepi dalam menghadapinya. Semoga perasaan ini tetap bertahan dan membuat saya semakin kuat.</div><div><br /></div><div>Saya merasa banyak upaya yang saya lakukan untuk menghadapi semua ini. Saya suka minta ditemani murid, main bersama mereka, memadatkan aktivitas hingga malam, menambah aktivitas seperti menulis tiap minggu di blog, merutinkan olahraga pagi dan yoga, tetap bekerja selayaknya biasa. Kebiasaan membaca saya sudah mulai menemukan ritmenya lagi, bulan lalu saya berhasil menyelesaikan empat buku beserta ulasannya di instagram. Sebagian tentu tahu saya bisa membaca sampai dua puluh buku dalam kondisi normal. Ada pula beberapa hal yang masuk dalam daftar rencana saya tapi belum juga saya lakukan seperti membuat podcast tiap minggu, skin care an rutin dan menulis artikel. semoga ke depannya tidak hanya wacana dan bisa menjadi jalan memeroleh sampingan selain gaji. Doakan ya!</div><div><br /></div><div>Ada banya orang dan situasi yang membuat saya sampai di titik ini. Sekalipun kadang masih ada ruang hampa dan kebimbangan dalam menjalani semuanya, saya merasa situasi beranjak pulih dan saya harus mulai menatap dan menapaki jalan hidup ke depannya. Bismillahirahmanirrahim. Saya tidak ingin jumawa dngan mengatakan saya sudah pulih, saya bahkan tidak tahu definisi pulih itu seperti apa, tapi dua minggu ini, adalah dua minggu paling aman yang saya rasakan sejak kepergian mama. </div><div><br /></div><div>Mengutip dari buku Finding Meaning : Mencari Makna di Balik Dukacita, sedianya kematian seseorang meninggalkan makna bagi orang-orang sekelilingnya dan yang mengetahui kematiannya. Saya pun berharap kepergian mamah kelak akan meninggalkan arti bagi banyak orang, saya memiliki mimpi mendirikan yayasan, panti asuhan, rumah belajar atau apalah agar semua orang tahu betapa baiknya beliau semasa hidupnya. agar kepergian beliau tidak menghentikan hidup saya tapi membuat saya bisa melakukan hal berguna atas nama beliau ke depannya. Semoga cita-cita ini tak hanya semoga tapi ada jalan, upaya dan kemudahan bagi saya untuk benar-benar mewujudkannya. </div><div><br /></div><div>Saya merasa harus menuliskan ini, agar kelak ke depannya, ketika saya merasa tak ada gunanya lagi saya hidup, saya masih punya cita-cita untuk mengharumkan nama mamah. Semoga Alloh meridhoi dan membuka jalan yang selebar-lebarnya untuk cita-cita ini kelak.</div><div><br /></div><div>Terima kasih untuk dukungan dan kesetiaannya mengunjungi dan memberisemangat lewat blog ini. Sebuah ruang untuk saya mengungkapkan perasaan dan perjalanan saya menghadapi kepergian mamah. Sebuah jalan untuk menuju pulih, sebuah usaha untuk berbagi. Terimakasih, kalian semua baik dan berharga bagi saya. Terimakasih.</div><div><br /></div><div>Seperi biasa, tidak bosan saya meminta kesediaan dan sedikit waktunya untuk membacakan al fatihah untuk mamah saya tersayang.</div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;">بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ </div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;">الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ </div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;">الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ </div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;">مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ </div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;">إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ </div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;">اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ </div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: right;">صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ</div></div></blockquote>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-49891444945539170782022-02-07T16:50:00.002+07:002022-06-01T20:17:15.254+07:00Beginilah ....!Jika minggu sebelumnya saya merasa kembali ke titik nol. Minggu ini Alhamdulillah saya baik-baik saja. Saya tidak banyak menangis karena merindukan beliau. Rindu tetap ada, tapi sewajarnya. Saya tetap berusaha menghadirkan yang terbaik yangs aya bisa untuk beliau dalam bentuk doa dan semacamnya. <div><br></div><div>Maafkan jika teman-teman merasa bosan dengan tulisan saya yang itu-itu saja. Tapi saya memaksakan diri untuk menulis, sebagai sarana stress release dan sebuah pengingat kelak, bahwa saya mengalami fase naik turun ketika menghadapi kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidup saya. </div><div><br></div><div>Saya melewati waktu demi waktu saya dengan tidak terduga. Adakalanya ketika baik-baik saja saya keesokan harinya menangis dan merindukan beliau hingga terasa sakit seluruh badan. Adakalanya saya tertawa riang berkisah tentang beliau. Semua masih saya proses dan saya upayakan semampu saya. Bismillahirrahmanirrahim Alloh selalu membersamai. Alloh selalu menghadirkan teman-teman terbaik untuk saya. </div><div><br></div><div>Semoga saya bisa lebih legowo lagi ke depannya. Saya tahu, saya akan selalu merindukan Mama, saya tahu saya tidak akan berhenti merapalkan doa untuknya sebagai tanda sayang saya. Tapi saya juga tahu, waktu saya telah habis dengan beliau. Semoga kelak saya dimampukan untuk berkumpul kembali bersamanya dalam keadaan yang sangat baik. Insya Alloh, tolong Al Fatihah nya ya buat Mama saya. Terimakasih 🙏</div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com33tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-46624382142709838002022-01-31T11:37:00.004+07:002022-06-01T20:17:56.912+07:00Kembali Ke Titik Nol<p> Seiring berjalannya waktu, beberapa minggu kemarin saya merasa sudah semakin pulih dan sanggup menapaki hidup baru. Tapi entah kenapa, minggu lalu bahkan sampai saat ini, saya merasa kembali ke titik nol. Titik dimana saya pertama kali kehilangan Mama. Bangun tidur dengan badan terasa remuk, sulit tidur, nangis berkali-kali dalam sehari, merasa tidak berguna dan semacamnya.</p><p><br /></p><p>Hal-hal tersebut sebelumnya sudah berhasil saya atasi. kesulitan tidur saya atasi dengan yoga dan kemarin hal tersebut entah kenapa tidak lagi terlalu berpengaruh. Saya tetap tidur menjelang tengah malam dan terbangun dalam keadaan badan terasa remuk. saya berusaha beraktivitas senormal mungkin, bahkan menambah aktivitas, berusaha keluar dan berjalan-jalan. Tapi entah kenapa kali ini pun tidak berhasil. Beberapa saran dari psikolog saya seperti <i>art therapy, thought mindfullness dan Worry Self Monitoring </i>entah kenapa tidak lagi membantu saya. Padahal sebelumnya saya terbantu dengan metode-metode itu. Saya kembali banyak menangis, merindukan Mamah lebih dari sebelumnya.</p><p><br /></p><p>Selasa dan Rabu minggu lalu merupakan waktu terburuk saya, semua aktivitas saya kerjakan sambil menangis. Tidak, saya tidak diam, tapi segalanya terasa menyesakkan. Aku membutuhkan mama. Aku merindukan, sangat sangat merindukan Mama. Dan kesendirian ini terasa lebih menyakitkan daripada sebelumnya. AKu kembali ke titik tidak tahu harus apa dan bagaimana. Aku rapuh!</p><p><br /></p><p>Kamis, aku sibuk mempersiapkan 100 hari kepergian Mamah, baru kali ini setelah sekian lama aku bisa tidur lelap dan sebelum pukul 22.00. Tapi keesokan harinya, suasana hati tetap buruk, saya masih banyak menangis. Saya melakukan beberapa kegiatan yang biasanya membuat saya menjadi normal dan stabil. Saya menangis parah, hanya lelah yang saya dapatkan. Saya ke makam mamah, hanya kerinduan yang semamin memuncak. Saya membereskan dan mengubah letak isi kamar, hanya kelelahan yang didapat. Padahal hal-hal tadi biasanya mampu menetralkan hati dan perasaan saya yang muram dan tak menentu.</p><p><br /></p><p>Aku tahu aku tidak bisa begini selamanya, aku harus bangkit dan menata hidup. Aku harus membuat dunia tahu, baiknya mamah aku sekalipun mamah sudah tak ada lagi di dunia ini. Sejak kepergian Mamah, saya tahu waktu saya dengan beliau sudah habis dan saya tak pernah meminta beliau untuk hadir lagi, karena beliau telah menemui takdir penghabisannya. Tapi minggu kemarin, saya ingin mamah ada dan menemani saya kembali. Saya rindu Mamah. Saya kangeeeeeeeeen Mamah. Tolong saya!</p>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-12483499299301050492022-01-24T10:26:00.002+07:002022-06-01T20:17:26.970+07:00Menata Langkah<p> Aku masih dalam kesedihan. Aku masih belum baik-baik saja. Aku masih bergerak menuju pulih. Tidak berniat untuk selamanya terpuruk. saya merasa menurut saya sendiri, saya sudah mengusahakan banyak hal untuk pulih. Terlepas dari orang merasa saya terlalu lama terkurung dalam kesedihan, terserah!</p><p>Saya tidak peduli orang berkata demikian tanpa membantu saya untuk pulih. Saya tidak peduli orang mengatakan hal tersebut karena memandang saya lemah. Terserah!</p><p>Kamu tidak tahu rasanya menjadi saya, </p><p>Kamu tidak mengalami yang saya alami</p><p>Kamu belum pernah mengalami kehilangan</p><p>Kalaupun kamu kehilangan, kamu punya support system yang mendukung dan menjadi alasan kamu untuk tetap hidup</p><p>Kamu, tidak ditelan kesendirian selepas kamu kehilangan</p><p>Dan mungkin, kamu tidak sedekat itu dengan orang tua kamu ketika mereka ada</p><p>Iya, saja jahat mengata-ngatai kamu semua. Karena kalian tidak menemani, tidak membersamai, tidak membantu tapi meminta saya segera pulih. Rasanya seperti seluruh badan babak belur tapi udah diminta untuk berlari, hell no! Tolong mengerti saya, segala sakit dan perihnya serta keluhan saya.</p><p>Hal tersebut adalah yang saya rasakan di minggu-minggu pertama kepergian mama. Banyak sekali orang yang mmenyuruh saya segera bangkit tapi lupa membersamai dan membantu saya. Lupa bahwa saya sedang terluka sangat parah. Lupa kalau saya hanya hidup berdua dengan mama dan saya harus kehilangannya. </p><p>Tapi, terimakasih ya Alloh untuk mereka yang kau kirim untuk membantuku.</p><p>Terimakasih ya Alloh untuk semua yang menemani di saat-saat sedihku</p><p>Terimakasih untuk yang selalu ada baik online maupun offline membarsamai saat aku tak baik-baik saja</p><p>Terimakasih untuk semua dukungan yang membersamai sejak mamah tidak ada. </p><p>Terimakasih, Alhamdulillah</p><p>Bismillahirrahmanirrahim. Semoga ke depannya aku baik-baik saja dan siap menjalani hidup, aamiin aamiin aamiin ya robbal alamin.</p><p><br /></p>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-38126229306494387172022-01-20T11:54:00.004+07:002022-06-01T20:20:27.288+07:00It's Been Three Months<p> Tiga bulan telah berlalu sejak mama pergi dari kehidupanku. Alhamdulillah, aku semakin terbiasa dan beranjak stabil. Ketakutan masih ada, terutama ketakutan aku sakit. Dan bagaimana jika paru-paruku kambuh dan menjadi lebih parah, astagfirullah al adzim, semoga tidak pernah terjadi ya! Doakan aku sehat selalu.</p><p>Aku masih takut sendirian. Ada banyak masa, aku tak ingin sendirian, aku ingin ada yang menemani. Dan itu masih sering terjadi. Alhamdulillah, walau tidak selalu, ada banyak waktu selalu ada murid yang menemani, selalu ada teman yang bersedia di telepon dan selalu ada hal-hal yang bisa kukerjakan dalam mematahkan ketakutan akan kesendirian, insya Alloh ... Alloh selalu membersamai. </p><p>Masa depan dan bagaimana aku ke depannya adalah misteri, tak hanya buatku. Tapi untuk semua. Karenanya kuharapkan, ku panjatkan doa, semoga sselalu diberkahi dan dilimpahi kebaikan dan kekuatan dalam menjalani semuanya. </p><p>Aku masih sering tiba-tiba menangis, entah karena rindu, entah karena sepi, entah karena takut sendirian. Tangisan yang hadir semakin jarang, tapi adakalanya rindu membuncah tak terhingga, memeluk seluruh relung hati dan jiwa, tak ada obat yang mampu meredakannya. Hanya tangisan yang menjadi satu-satunya pelepas untuk meringankan sesak di dada. </p><p><i><span style="color: #6aa84f;"><span> </span>Mah, neng kangen! Mah, neng nyaah ka mamah! Mah ... Mah ... Mah ...</span></i></p><p>Ada banyak upaya yang kulakukan untuk membuatku baik-baik saja. Ada banyak hal yang kuhindari atau bahkan kulawan batas diri hanya demi aku merasa aman dan nyaman, karena inilah new normalnya aku. Tanpa Mama lagi. </p><p><i><span style="color: #93c47d;"><span> </span>Selalu doakan neng ya mah. Semoga neng kuat, semoga neng sehat <span> </span><span> </span>selalu, semoga neng nggak sendiri lagi ke depannya. </span></i></p><p>Ada banyak hal yang kupikirkan dan menanti untuk diputuskan, ada beberapa hal yang menjadi prioritas, ada banyak hal yang kuharap akan dimudahkan dan dilancarkan untukku. Bismillah ya! Semoga semua baik-baik saja. Semoga apapun yang terjadi kelak, aku mampu melewati semuanya.</p><p>Alloh Maha Baik </p><p>Alloh Maha Baik</p><p>adalah mantra yang kerap kuucapkan ketika aku merasakan bahwa Alloh sangat baik dan memelukku dengan erat. Atau hal serupa kurapalkan dan kuyakini ketika aku merasa diri, hati dan pikiranku tidak baik-baik saja. Ketika dunia terasa gelap dan suram. Kadang aku masih merasa seperti itu. </p><p>Ah, dunia memang tidak akan sama tanpa Mama disisiku.</p><p>Aku tak pernah mempertanyakan kenapa Mama dipanggil secepat ini, aku juga tak pernah meminta mama dihidupkan lagi. Walau aku ingin mama membersamaiku seperti dulu lagi. Karena, aku tahu ... waktuku dengan mama telah selesai. Waktuku dengan mamah tak akan terulang lagi.</p><p><i><span style="color: #93c47d;">Terima kasih ya Alloh telah menjadikan Mamah sebagai mamaku</span></i></p><p><i><span style="color: #93c47d;">Terimakasih Mah, sudah menyayangi, merawat dan membesarkan Neng selama 32 tahun ini. </span></i></p><p><i><span style="color: #93c47d;">Terima kasih mah, telah selalu sabar dan berbesar hati untuk anakmu yang sekeras ini</span></i></p><p><i><span style="color: #93c47d;">Terima kasih mah, karena aku tetap merasa cukup kasih sayang walaupun mamah menjadi orang tua tunggal</span></i></p><p><i><span style="color: #93c47d;">Terima kasih mah, untuk kasih sayang, tetap merawat dan selalu memprioritaskan aku dalam hidupmu</span></i></p><p><i><span style="color: #93c47d;">Terima kasih Mah ...</span></i></p><p><i><span style="color: #93c47d;">Terima Kasih ...</span></i></p><p><i><span style="color: #93c47d;">Terima kasih</span></i></p><p><br /></p>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-55809433421356817902022-01-14T12:23:00.006+07:002023-07-12T05:48:35.787+07:00Please, Jangan Bilang ini!<div style="text-align: justify;">Masih dalam upaya saya melepaskan, merelakan dan berdamai dengan kepergian mama, ada beberapa hal yang menurut saya menyakitkan dan mengganggu sekali diri saya pribadi ketika di hari-hari pertama kehilangan mama. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi dan tidak merujuk pada sumber apapun.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Siyalnya, pertanyaan ini seolah dilazimkan dan memasyarakat untuk dibahas dan ditanyakan pada mereka yang tengah berduka. Mulanya saya pribadi tidak terlalu menganggap besar masalah ini, sampai saya mengalami sendiri. Karenanya, penting bagi saya untuk menuliskan ini dan mengingatkan pada semua yang membaca, please ... jangan tanyakan hal-hal berikut kepada yang sedang berduka :</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">1. Menanyakan kenapa dan bagaimana beliau meninggal</div><div style="text-align: justify;">Pertama kali ditanya kenapa dan bagaimana beliau meninggal, saya masih bisa menjawab. Tetapi di hari kedua menghadapi puluhan pertanyaan serupa membuat saya merasa sangat lelah. Saya bahkan berkata pada teman saya " Aku capek ngejelasin gimana mamah meninggal. Rasanya setiap kali ngejelasin tuh semakin sakit rasanya!". Terlebih posisi ketika saya menerima kabar duka tersebu, saya benar-benar dalam posisi sendiri tanpa siapapun yang menemani. Bahkan hingga saat ini, saya masih mudah ketrigger dengan kabar duka. Ini pertanyaan yang terkesan normal dan biasa saja, tapi sungguh ini melelahkan dan menyakitkan serta apa gunanya sih buat yang nanya? emang dia sepeduli itu bagaimana Mama saya meninggal? <i>so, please! stop asking that damn question!</i></div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">2. Udah, jangan nangis lagi!</div><div style="text-align: justify;">Dalam situasi berduka, kita bahakn tidak bisa mengontrol diri kita dan terkadang air mata tiba-tiba keluar, terlebih di awal-awal masa kehilangan. Jangan minta dia berhenti menangis, karena dia sedang mengekspresikan perasaannya. Setiap orang perlu waktu untuk bersedih dan meluapkannya. Bahkan saya pribadi hingga dua bulan kepergian beliau masih mengalami naik turun perasaan. Masih sering tiba-tiba menangis, down dan terpuruk. Tidak setiap waktu, semakin lama semakin jarang. Yang saya butuhkan pada moment itu adalah saya ingin ditemani, tidak ditanya dan tidak dilarang menangis. Toh, saya tidak setiap waktu menangis, tapi ketika saya kembali down, temani saja. Atau tanya pada mereka, apa yang mereka inginkan? apakah mereka ingin ditemani seperti saya atau ingin didengarkan bercerita tentang orang yanng meninggal tersebut atau dihibur hingga dia lupa kesedihannya.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">3. Nanti almarhum nggak tenang disana. </div><div style="text-align: justify;">Kata-kata tersebut lazim diucapkan pada keluarga yang sedang menangis dan merasakan kesedihan karena ditinggalkan. Tentu saja dalam hal ini konteks menangis adalah menangis normal, tersedu-sedu. Bukan tangisan yang meraung, meratap dan membabi buta, tentu saja bukan.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Bagi saya pribadi, ketika menangis dan orang malah berkata "Nanti mamah malah ga tenang disananya!" itu semacam penghakiman menyakitkan hanya agar saya berhenti menangis. Tidakkah kamu mengerti bahwa saya menangis karena semua itu rasanya sesak. Dan salah satu cara agar tidak sesak adalah dengan menangis. Bukan ingin membebani orang yang telah berpulang. Yang telah berpulang, telah selesai urusannya, tapi yang ditinggalkan perlu waktu untuk berdamai dan menerima kehilangan tersebut. Izinkan mereka bersedih, izinkan mereka mengambil waktu untuk meluapkan emosi mereka, bukan malah menghakimi dengan mengaitkan dengan yang sudah berpulang.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">3. Aku ngerti kok apa yang kamu rasakan!</div><div style="text-align: justify;">Kalimat manis yang membuat saya tersenyum suram mendengarnya, terlebih kata-kata tersebut keluar dari mulut mereka yang mengucapkan kata-kata di atas. Sejatinya, tidak ada yang benar-benar memahami kesedihan kamu selain diri kamu sendiri. Kata-kata tersebut baru bisa diterima ketika diucapkan oleh orang yang mengalami hal yang sama dan berjuang susah payah untuk kembali pulih. Karena biasanya, mereka dengan pemahaman dan pengalaman serupa, akan lebih mengerti ketika kamu masih tetap menangis berminggu-minggu setelah kepergiannya. Masih bimbang dan tidak tahu bagaimana harus melangkah serta takut menatap masa depan. Memiliki keinginan untuk menyusul yang telah berpulang. Mereka dengan pengalaman serupa, baru bisa memahami dan bahkan tidak mengatakan hal tersebut. Itu lebih dari cukup untuk membuat saya merasa, saya tidak sendirian.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">4. Ikhlasin ya!</div><div style="text-align: justify;">Hellloooooo! Memang ikhlas semudah itu? katakanlah kamu kehilangan barang kesayangan, setidaknya berhari-hari kamu masih keingetan kan? Apalagi kamu kehilangan seseorang yang telah membesarkan kamu, bersama dengannya berpuluh tahun dengan bonding yang sangat kuat. dalam hitungan hari kamu minta saya langsung pulih? buat saya itu jahat banget. Rasanya seperti badan babak belur dan bonyok terus orang-orang minta kamu lari? Rasanya kepayahan dan letih sekali. Momet itu juga membuat saya merasa, tidak ada orang yang mengerti saya.</div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Catatan di atas adalah gambaran perasaan saya di tiga minggu pertama saya kehilangan mama. Saya sadar sesadar-sadarnya bahwa waktu saya dengan mamah telah selesai. Tapi saya butuh proses yang panjang untuk menerima dan memmbuat "new normal" di hidup aku. Pada saat seperti itu, saya pribadi lebih suka ditemani tanpa dihakimi dan "dipaksa" untuk lekas pulih kembali. Saya perlu waktu. Karena seperti sudah saya singgung sebelumnya, saya tak hanya dihadapkan dengan kehilangan, tetapi juga kesendirian selepas kepergian mama. Entah untuk orang lain, tapi setidaknya, jika ingin membantu, tanyakan apa yang dia butuhkan? ditemani? dibiarkan sendirian? dimasakin sarapan? dipijat? atau apa? agar kamu bisa membantu sesuai dengan kebutuhannya. </div><div style="text-align: justify;"><br></div><div style="text-align: justify;">Saya masih berproses dan berusaha untuk bangkit. Dan menuliskan pengalaman ini adalah upaya saya untuk itu. Agar kelak, ketika saya sudah berpijak lagi di bumi, sudah beradaptasi dengan normalnya saya yang baru, saya bisa membaca ulang ini sebagai catatan perjalanan saya untuk kembali pulih. Dan semoga catatan ini bermanfaat bagi yang membaca, Terimakasih. </div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-29357432223090368402022-01-09T22:43:00.002+07:002022-06-01T20:21:03.219+07:00Apa Yang Harus Saya Lakukan?<p style="text-align: justify;"> Dalam upaya saya untuk menghadapi "new normal"nya aku selepas kepergian mama. Sampai saat ini aku masih berusaha bertahan hidup saja. Kondisi saya masih naik-turun, kadang stabil, kadang sedih hingga menangis sesegukan, kadang biasa saja. Saya masih berjuang hari demi harinya. </p><p style="text-align: justify;">Saya tahu saya nggak bisa seperti ini selamanya, saya harus menentukan langkah ke depan. Saya harus mempunyai rencana hidup jangka pendek dan jangka panjang. Bukan untuk apa-apa, tapi agar ketika pikiran untuk mati melintas, aku punya alasan untuk tetap bertahan. Karena saat ini, qadarulloh saya masih sendiri. Saya belum memiliki pasangan dan anak yang bisa menjadi salah satu penopang dan alasan terbesar untuk hidup. Alasan untuk diri sendiri rasanya saat ini terasa lemah bagi saya pribadi.Saya merasa perlu memiliki alasan lain yang cukup kuat untuk bertahan atau kegiatan lain yang membuat hidup saya lebih berarti. Semoga Alloh mebukakan jalan selebar-lebarnya, aamiin.</p><p style="text-align: justify;">Menulis blog kembali sembari menceritakan perjalananku dalam "melepaskan" mama adalah salah satu upaya saya untuk tetap waras dan bertahan di tengah hidup yang tak menentu ini. Saya menuliskan beberapa hal yang sedianya menjadi resolusi tahun ini agar saya memiliki alasan untuk tetap hidup. Seorang teman yang bijak berkata " Kamu harus tetap hidup sekalipun kamu nggak punya alasan untuk itu. Sesederhana kamu belum dicabut nyawanya sama Tuhan, artinya kamu harus tetap hidup!" </p><p style="text-align: justify;">Saya masih berusaha untuk berjuang, bertahan, menata diri dan hati, mempertahankan mood, memperbaiki diri dan hal lain yang terkadang membuatku lelah atau malah hanya membuatku tak tahu harus berbuat apa hingga aku tetap diam tak melakukan apapun. Setidaknya saya berusaha bertahan. Karena, saya bahkkan tidak tahu serapuh dan sekuat apa saya saat ini. Karena hidup sendiri, setelah biasanya segalanya berdua dengan mamah, sangatlah sulit. Banyak ketakutan dan hal-hal yang terasa memeluk erat ketika tidak ada sosok manusia lain di samping.</p><p style="text-align: justify;">Menikah masih salah satu hal yang aku masukkan ke daftar keinginan, walau sejak tahun lalu tidak lagi saya jadikan resolusi. Tapi sekali ini, izinkan saya meminta doa agar jodoh saya segera didekatkan dan niat saya diluruskan. saya tak ingin kesendiran saya menjadi alasan utama untuk segera menikah sehingga terburu-buru atau keliru dalam mengambil keputusan.</p><p style="text-align: justify;">Saya masih berusaha untuk stabil, saya berusaha memperbaiki diri dan saya berusaha menjadi saya yang lebih baik. Jika ada kegiatan yang sekiranya bisa saya ikuti tanpa mengganggu pekerjaan saya, feel free buat ngajakin aku yah! hehe. Contact me at instagram @literavy , agar saya sembuh dan tumbuh dengan berbagai ilmu baru di waktu bersamaan, semoga! Bismillahirahmanirahim.</p>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-73176546929630848922021-12-28T12:48:00.002+07:002022-06-01T20:21:20.461+07:00Perjalanan Melepaskan Part 3<div style="text-align: justify;">Semua pasti paham jika dalam perjalanan melepaskan, merelakan kehilangan dan kepergian seseorang bukanlah perkara mudah. Ada banyak tahapan, proses dan perjalanan panjang yang berbeda-beda bagi setiap individu yang melewatinya. Saya pribadi cenderung mengeluarkan semua beban yang menghampiri dengan bercerita, menangis dan mengikuti segala macam pikiran dan perasaan yang berkecamuk dalam diri. Di fase ini saya merasa tidak mengenal diri saya sendiri. Karena tubuh dan pikiran saya seolah mengambil alih semuanya tanpa bisa saya kendalikan. Walau tidak mengarah ke hal-hal buruk, tapi semua gejolak perasaan yang tak menentu kadang membuat saya kelelahan. Ada masanya saya berhadapan dengan banyak orang pun rasanya sangat lelah, tapi saya benci melewati waktu sendirian. Saya ingin selalu ada yang menemani dan mendampingi saya, tanpa jeda. Walau ternyata Tuhan berkehendak lain, adakalanya ketika kondisi saya sedang buruk dan perasaan kehilangan menguat, Tuhan menempatkan saya sendiri, tanpa teman, tanpa murid, tanpa ada orang yang bisa saya telepon. Dan itu membuat saya lelah selelah-lelahnya. Aku nggak mau sendirian, aku takut. Dan perasaan itu masih kurasakan hingga kini. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tapi Tuhan tetap baik, ada banyak waktu Dia mengirimkan banyak sekali malaikat berwujud manusia untuk menemaniku menapaki hari demi hari. Dan entah mengapa, untuk seseorang yang kehilangan satu-satunya teman dan penopang hidup, saya dibuat sadar sesadar-sadarnya sejak menerima kabar kepergian mamah, saya tahu bahwa waktu saya dengan mama telah habis, saya sadar tidak akan bisa bersama lagi dengan mama, saya bahkan dibuat sadar oleh Alloh, siapa saja orang yang membantu, mendampingi dan sekadar muncul disaat kepergian mamah. Mungkin Tuhan sengaja membuat saya sadar, agar saya ingat bahwa banyak yang peduli dan membantu saya ketika saya tak tahu bahkan harus berbuat apa. Tuhan membuat saya sadar, agar saya ingat untuk selalu berbuat baik pada semua orang yang ada di sekitar saya. Dan saya harus berterimakasih dan bersyukur atas kemudahan yan Alloh berikan pada saya ketika mamah sakit sampai berpulang. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ada banyak daftar orang yang harus kusampaikan berjuta terimakasih atas kesediaannya mendampingi, menemani, mendengarkan dan tetap sabar membersamai baik secara virtual maupun nyata. Maka pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan rasa terimakasih saya yang sebesar-besarnya kepada : </div><div style="text-align: justify;">Bang Ammar dan istrinya, sahabat saya, Iyan yang mau repot membantu dan mengantar ketika mamah sakit dan mulai tremor tanpa henti. Alhamdulillah berkat bantuannya, mamah bisa diperiksa di faskes 1 untuk kemudian dirujuk ke RS Pandega. Mengantar dan menemani sampai malam, bahkan membelikan beberapa keperluan Mama. Juga mengabari pak RT dan tetangga bahwa Mamah berpulang, Iyan dan Ma'is adalah orang pertama yang hadir menemani ketika saya bersama jasad mamah dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Bersama Iyan dan Ma'is saya memandikan mama. Alhamdulillah aku memandikan mama di RS sehingga yang memandikan hanya saya, Iyan, Ma'is dan dua petugas RS. Karena kebiasaan disini jika jenazah dimandikan, orang umum melihat. Saya dan mamah tidak mau itu, kami sering berkomentar bahwa tidak baik memandikan jenazah dilihat orang banyak. Alhamdulillah... Alhamdulillah sekali. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Teman, murid dan rekan sejawat di SMKN 1 Pangandaran yang ketika mendengar kabar kepulangan Mama, mereka bergegas menemani dan mendampingi, membantu mengurus administrasi, memastikan jenazah dan segalanya terurus dengan baik, membantu menyolatkan, membantu membawa keranda dari RS ke mushola, dari mushola ke pemakaman, membantu menguburkan mamah. Menemani sampai malam, ikut yasinan, dan memastikan saya dalam kondisi aman untuk ditinggalkan. Saya mengingat setiap detail kejadian sejak mama meninggal, saya ingat siapa saja yang datang, ikut menyolatkan dan siapa saja yang datang ke pemakaman. Termasuk murid-murid yang datang dan turut berdoa. Saya ingat semuanya, saya sangat sadar untuk orang yang kehilangan satu-satunya pegangan hidup. Bahkan saya ingat ketika orang salah menyebutkan nama mamah ketika jenazah akan dibawa ke pemakaman. Seolah tugas saya saat itu hanya mennagis dan berduka, selebihnya Tuhan mengirim banyak sekali orang baik untuk mengurus segalanya. Mungkin Tuhan membuat saya sadar agar saya sadar betapa baiknya mama semasa hidup sehingga orang memudahkan prosesnya. Saya ingat mama berkata Kakek orang baik, nggak pernah menyusahkan orang, sehingga ketika meninggalnya, segala sesuatunya mudah. Alhamdulillah mama pun mengalami hal yang sama. Dan juga Tuhan ingin saya ingat bahwa ada banyak dari mereka yang peduli pada saya dengan cara mereka sendiri. Dan saya harus menjadi orang baik karena mereka pun baik sama saya tanpa diminta. alhamdulillah, terimakasih untuk kemurahanMu ya Robb. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mang Kirno dan Bi Nina yang bahkan sampai sekarang 40 harinya mamah masih saya repotkan. Orang yang kerap memperhatikan saya dan kebutuhan saya setiap harinya sejak kepergian mama. Mereka saudara karena keadaan, mereka saudara karena merekalah tetangga yang paling dekat dan rela membantu tanpa diminta. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Adi Sumiadi, teman, sahabat, musuh, mantan dan cinta nggak kelar-kelar dalam hidup saya. Yang merelakan waktunya untuk datang jauh-jauh dari Jakarta ketika kondisi mamah memburuk dan berujung menemani saya hingga lima hari pertama kepergian mamah dengan caranya yang entah bagaimana menyamankanku. Yah, dia selalu tahu cara membuatku nyaman. dia selalu tahu menekan right button dalam hatiku, sehingga sesuatu yang terasa menyedihkan dan menyakitkan, bisa kulewati dengan baik karena kehadirannya. walaupun sejujurnya keadaan menjadi buruk dan saya merasa limbung ketika dia pergi dari sisi saya, kemballi ke tempatnya. Saya sadar, saya bukan siapa-siapanya yang berhak meminta dia untuk tinggal dan selalu ada di samping saya, tapi melewatkan waktu terburuk saya bersamanya, cukup menenangkan dan membuat saya tetap berpijak. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Anak-anak tingkat XII yang ketika hari pertama saya masuk, mereka sangat tenang, tidak gaduh dan meyakinkan bahwa mereka menyayangi saya. menemani malam-malam saya agar tidak sepi, membuat saya tertawa, menghibur saya dengan caranya mereka. I owe them that much. Terutama Siti dan Tesa yang seringkali menghabisaakan waktunya bersama saya dan membantu saya mengurusi banyak hal, semoga Alloh membalas kebaikan kalian semua dengan masa depan yang cerah dan kekuatan menjalani hidup. Kisah tentang kebaikan kalian sudah saya tulis di<a href="http://literavy.blogspot.com/2021/11/dear-aphpi-angkatan-18.html" target="_blank">sini</a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tari dan Teh Yuli yang menampung saya untuk menginap dan membiarkan saya berlinang air mata dan bermata sembab. Menyediakan tempat yang nyaman untuk saya terlelap di waktu yang masih berat bagi saya. Iis, Yani dan Irma yang merelakan waktu dan kupingnya berjam-jam untuk mendengarkan saya tiba-tiba menangis, berbicara hal yang tak jelas, lalu menemani dan menghibur saya. Telinga mereka sungguh luar biasa bagi saya bahkan hingga saat ini. Karena banyak sekali momen saya merasa takut akan kesendirian ini dan hal tersebut membuat saya merasa lebih baik jika ada teman bicara. Risma, adek tersayang yang sebelum hamil juga menjadi pendengan dan teman cerita yang selalu istimewa. Mampu membuat saya terbahak-bahak di tengah tangis. Sehat-sehat dan lancar ya kehamilannya. Saya mendoakan kebahagiaan, kesehatan dan kemurahan rezeki bagi kalian yang selalu menyempatkan diri untuk ada dan menemani di sela rutinitas yang tak padat. Terima kasih, terima kasih dan terima kasih.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dukungan moril dan materil, doa dan penghiburan yang tak lepas dari mereka yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Paket-paket penawar duka dari teman online yang bahkan bertemu pun belum. Dek Aini, Kak Zuzu, Mbak Ayu ... kiriman kalian menghangatkan hatiku. Teman-teman online yang dengan sukarela membalas chatting dan memahami kondisi saya, genk zigeum tempat saya mengungkapkan pikiran terburuk saya bahwa saya ingin mati. Psikolog saya yang alhamdulillah di waktu yang sulit ini lagi-lagi Alloh mengirimkan orang yang tepat dan mampu memahami tanpa membuat saya merasa dihakimi, serta berbagai tips dan peer yang walaupun makinn banyak tapi membantu saya menjalani hari-hari yang bagi saya tidak mudah.. Terima kasih, terima kasih, terima kasih untuk semuanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bibi saya, Bi Ni yang menjadi pengganti mamah, walau jauh selalu menyempatkan untuk bertanya dan mengabari saya. Walau untuk menelpon kami masih batasi karena terbiasa berujung tangis, tapi setidaknya saya punya tempat lain untuk meminta doa. Juga bagian dari keeeluarga besar mamah yang kerap menghubungi, menanyakan kabar dan meyakinkan kalau saya sanggup, lagi-lagi hanya terimakasih yang bisa saya haturkan untuk semuanya. Semoga Alloh melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan bagi kalian semua.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagitu banyak bantuan yang Alloh beri untuk saya dalam menghadapi dan menjalani kesendirian ini. Dengan banyaknya bantuan yang Alloh beri dan siapkan, mungkin secara tidak langsung Alloh berkata bahwa saya tidak perlu khawatir. Semoga saya semakin kuat ke depannya, semoga saya mampu menghadapi kesendirian ini dengan baik dan produktif. Semoga kesendirian ini tak bertahan lama dan Alloh menanugrahkan pasangan yang baik dan memahamiku kelak. Bismillah ... </div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-34451253967269855462021-11-25T15:23:00.002+07:002022-06-01T20:21:39.876+07:00Dear APHPi angkatan 18<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg63ritQEiIJA8bWNpFfPMlXRHFS-kgZ3EcNkDv1H9KEGZtV_b-ninqhMWALp7PDcLf4I8Ck31wgcho5UwJ2KrApVNMxVDMDMrXsavx0Pba8OsGllU0AdIh99aafgiD4KcIJajEfKbCEtwD/s1600/1637828588484438-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg63ritQEiIJA8bWNpFfPMlXRHFS-kgZ3EcNkDv1H9KEGZtV_b-ninqhMWALp7PDcLf4I8Ck31wgcho5UwJ2KrApVNMxVDMDMrXsavx0Pba8OsGllU0AdIh99aafgiD4KcIJajEfKbCEtwD/s1600/1637828588484438-0.png" width="400">
</a>
</div>Hi kalian, i love you !! <div><br></div><div>Pada kesempatan ini izinkan saya mengungkapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kalian. Makhluk-makhluk manis dengan segala tingkahnya yang yeaaah, sometimes bikin pening kepala, hehe. Tapi bukan itu fokus utama tulisan kali ini. Saya menulis ini sebagai pengingat, bahwa Tuhan mengirimkan banyak malaikat saat saya terpuruk, kalianlah malaikatnya.</div><div><br></div><div>Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kalian, terutama buat murid-murid terbaik saya, XII APHPi 2 yang sejak hari terburuk di hidup saya selalu ada, ikut menyolatkan mama, turut mengantarkan mama ke peristirahatan terakhirnya, memahami kesedihan saya dengan tidak ribut di hari pertama masuk sekolah, turut menangis ketika saya sedang merindukan mama, menemani saya beres-beres rumah dan barang peninggalan mama (ini mah banyaknya anak APHPI 1. Tesa, Lani, Rini 😘), menemani nginep di kosan, menemani ke makam setiap minggunya, memberi saya banyak ruang untuk menangis dan terpuruk serta memastikan saya baik-baik saja dengan caranya mereka sendiri. Bagi saya, kalian telah menunjukkan sisi humanis kalian dalam cara yang sangat istimewa tanpa kalian merasa telah melakukan hal yang besar. Percayalah, yang kalian lakukan itu, sangat sangat sangat berarti buat saya. I Will never forget it. </div><div><br></div><div>I thank God for give me all of u as my guardian angels in many various kind. I just know that God send all of u in the right time. I wolud love to call all of u as "Angel", malaikat-malaikat baik yang mengulurkan tangan pada saya yang siap untuk mati detik itu juga. Tapi kalian salah satu alasan yang membuat saya bertahan dan memiliki sedikit alasan untuk bertahan hidup. Kalian adalah penguat yang tak pernah saya bayangkan. Seberapa pun buruk dan menyebalkannya hari kalian suatu saat nanti, tolong ingat. Kalian pernah menjadi alasan seseorang untuk tetap bertahan hidup, ketika orang tersebut tak merasa lagi memiliki alasan untuk hidup. Sekali lagi, saya cuma bisa bilang, terimakasih.</div><div><br></div><div>Tak akan cukup rasanya terimakasih yang saya sampaikan untuk kalian semua. Atas semua kebaikan, pengertian dan dan sikap kalian yang bagi saya sangat menopang diri yang kehilangan pijakan ini. Semoga Tuhan membalas kalin dengan kemudahan dan kelancaran menghadapi kehidupan ke depannya. Tetaplah menjadi kalian dalam versi yang lebih baik. Semoga Alloh, dunia dan kehidupan mendukung dan mengantarkan kalian mendekat menuju cita-cita dan impian kalian. Tetap dan semoga selalu menjadi orang baik yang menghangatkan hati banyak orang. </div><div><br></div><div>Jika di hari guru banyak orang mengungkapkan terimakasih pada gurunya, maka di hari guru ini bagi saya, kalian adalah guru saya. Yang mengajarkan betapapun menyebalkannya saya, kalian tetap baik sama saya. Tetap menolong saya dan mendoakan di saat terpuruk. I love you to the moon and back, all of u are my teachers in different way. </div><div><br></div><div>Kalian berharga. Sungguh, aku sayang kalian. </div><div>Terimakasih untuk segalanya, terimakasih juga untuk triple brithday surprisenya, it means a lot for me. </div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8wqtlClnWJx_Ix89tt9jJHpTYYww3Da2G9m3NQbIVpZl9jMUKqpEYUjUojyoZHOSr1kYoxlWXUs2LTIIgaXuWK_58RcIJnsUeE-r9vIWM7MCklVyvFVp5gxex3Lklxig5xFa54pI9wUKh/s1600/1637828584925814-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8wqtlClnWJx_Ix89tt9jJHpTYYww3Da2G9m3NQbIVpZl9jMUKqpEYUjUojyoZHOSr1kYoxlWXUs2LTIIgaXuWK_58RcIJnsUeE-r9vIWM7MCklVyvFVp5gxex3Lklxig5xFa54pI9wUKh/s1600/1637828584925814-1.png" width="400">
</a>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4-wKDZArR5uKmh3EpOANy7rpGZKNkS4n7AwgHhVRZEalI36AxqGvLBNAPwY-CkNhMVuIeGcxOnLzCwSbfDW51Rqs7HLZTt5DhJC_Amh51w5zLMD5hLmcnmSGchavmm4yQoGj4UHUUgYPX/s1600/1637828581169707-2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4-wKDZArR5uKmh3EpOANy7rpGZKNkS4n7AwgHhVRZEalI36AxqGvLBNAPwY-CkNhMVuIeGcxOnLzCwSbfDW51Rqs7HLZTt5DhJC_Amh51w5zLMD5hLmcnmSGchavmm4yQoGj4UHUUgYPX/s1600/1637828581169707-2.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div>Dari saya, </div><div>Manusia Penjaga Lab APHPi </div><div><br></div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-52464811162319286452021-11-07T23:07:00.002+07:002022-06-01T20:22:02.780+07:00Perjalanan Melepaskan Part 2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx9ginWpFvdNZECkHdQXxoiFhWYPQd2ZYx3EUGcqPQwbHAh3eXX3Xc9wDlmEqxC8WhtJPnkNpUPcJzAeMWqnRYxU3l3MzAUH5K-fDiYQm9A69a-L8ggrktBN2n_XFb1LuG56vPUJp7ySxt/s1600/1636301252555772-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx9ginWpFvdNZECkHdQXxoiFhWYPQd2ZYx3EUGcqPQwbHAh3eXX3Xc9wDlmEqxC8WhtJPnkNpUPcJzAeMWqnRYxU3l3MzAUH5K-fDiYQm9A69a-L8ggrktBN2n_XFb1LuG56vPUJp7ySxt/s1600/1636301252555772-0.png" width="400">
</a>
</div>Sejak kepergian mama saya menyadari bahwa beliau tidak akan kembali, tidak akan hadir lagi menemani saya. Membayangkan dan mulai menjalani hidup tanp beliau, terasa sakit dan menakutkan. Semu orang tahu betapa "anak mama"nya saya, semua tahu saya dan mama selalu bersama. Teman, sahabat, murid yang mengenal saya 90% juga mengenal mama saya. Baginya saya adalah pusat dunia dan bagi saya beliaulah pusat dunia saya. Dapat terbayangkan betapa kehilangannya saya. <div><br></div><div>Saya tidka menfikan bahwa saya sangat beruntung memiliki banyaaaak sekali teman yang peduli, orang yang memahami dan mau aku repotkan hingga detik ini. Dia yang menemani di hari-hari awal kepergian mama, mereka yang tak putus mendampingi baik dekat atau jauh, mereka yang menyediakan telinga, mereka yang melihat saya menangis berulang kali, mereka yang menemani secara virtual dan membersamai dengan caranya mereka, psikolog yang cocok dengan saya. Saya bersyukur dan berterima kasih atas semuanya. Mereka tidka bisa selalu membersamai saya dan memperlakukan saya sebagaimana mama memperlakukan aku, mereka punya kehidupan sendiri yang dunianya tetap berputar ketika saya merasa dunia saya terhenti. </div><div><br></div><div>Saya sedang membiasakan diri untuk semuanya, saya sedang membiasakan diri untuk apa-apa sendiri, walaupun jika merunut ke belakang, Tuhan telah mempersiapkan saya jauh-jauh hari. Saya sedang membiasakan diri tidak ada lagi yang menjadikan saya pusat dunianya. Saya sedang membiasakan diri untuk tidak menangis ketika hari terasa tidak baik. Saya sedang membiasakan diri untuk tidak ingin dipijat hampir setiap hari sebagaimana yang sering kami berdua lakukan, saling memijat satu sama lain. Saya sedang berusaha menatap, menata dan menjalani hidup dengan keadaan saya yang sekarang. </div><div><br></div><div>Sejujurnya saya meras tidak ingin dan tidak sanggup menjalani semuanya sendirian, saya takut akan banyak hal, saya benci harus mengambil keputusan bahkan untuk diri saya sendiri, walau lagi-lagi kalau saya merenung, saya tahu, Tuhan telah sedikit mempersiapkan saya dalam hal ini. Saya benci ketika orang berkata "Apa keputusan yang kamu ambil?". Saya terlalu lelah untuk itu. </div><div><br></div><div>Saya tidak tahu apakah saya terlalu banyak berdrama atau terlalu banyak memaksa untuk segera baik-baik saja. Tapi rasanya semua seperti tidak nyata, rasanya aku masih sangat lelah untuk menghadapi semuanya. Rasanya ... Sesulit ini ... </div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-37868553372657622002021-11-06T06:20:00.004+07:002023-07-12T05:47:47.205+07:00Perjalanan Melepaskan Part 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR6ir_Y2Oa8hEGTJgG4yN65uJeQPKx174MKmvmtaKpOtrD8oDRkML1X4Bqdo6HNmHkhKPrEmtQFYQtaaBO4l9maIg98b3WSoUTKjh5z9QyharHHd1BPw8k-dOzaPd59IUg6XE4qOKRjG5y/s1600/1636154445199292-0.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR6ir_Y2Oa8hEGTJgG4yN65uJeQPKx174MKmvmtaKpOtrD8oDRkML1X4Bqdo6HNmHkhKPrEmtQFYQtaaBO4l9maIg98b3WSoUTKjh5z9QyharHHd1BPw8k-dOzaPd59IUg6XE4qOKRjG5y/s1600/1636154445199292-0.png" width="400">
</a>
</div>Selasa, 19 Oktober 2021 saya kehilangan jiwa saya. Mama dipanggil olehNya pada pukul 14.40. Hingga saat ini, saya masih berjuang untuk melanjutkan hidup tanpa kehadirannya. Sebagai anak tunggal yang apa-apa diurus mama dan selama hampir 32 tahun jaraaang bgt berjauhan, bisa dibayangkan betapa kehilangannya saya ini. <div><br></div><div>Sudah hampir tiga minggu berlalu, tapi saya menjalani hidup masih dengan perasaan ngambang, merasa saya hanya harus melanjutkan hidup tanpa tahu lagi alasannya apa. Kondisi mental saya naik turun tanpa saya pahami alasannya. Saya sedang tidak mengenal diri dan tubuh saya sendiri. </div><div><br></div><div>Hari-hari kadang terasa berjalan amat berat, karenanya saya memutuskan untuk menjadikan pengalaman saya menjadi sebuah catatan perjalanan melalui media blog ini. Saya paham saya tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, tapi ini tidak mudah bagi saya, keadaan ini diperparah dengan kenyataan selepas mamah pergi saya benar-benar harus menjalani hidup sendirian. Hal itu membuat hidup terasa lebih berat. Terimakasih Tuhan telah mengirimkan teman-teman dan lingkungan yang baik, tapi toh mereka punya kehidupan sendiri juga yang aku tak bisa selalu merepotkan mereka. </div><div><br></div><div>Entah sampai kapan aku akan berhadapan dengan situasi yang menyedihkan ini. Tapi saat ini, saya menyediakan ruang bagu hati, diri, jiwa dan tubuh syaa untuk sepenuhnya meresapi pengalaman yang paling tidak mengenakkan ini. Agar saya, pada saatnya kelak, memaknai ini sebagai proses penerimaan dengan utuh. </div><div><br></div><div>Semoga saya bisa meneruskan berkisah tentang proses ini, bukan untuk memamerkan kesedihan. Tetapi sebagai catatan perjalanan dan pengingat, agar semoga saatnya kelak, aku bisa berdiri tegak dengan kaki sendiri dan menatap masa sekarang sebagai sebuah titik balik. Semoga tak hanya semoga.</div>LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com29tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-9637848730582470742020-04-20T10:46:00.003+07:002022-06-01T20:22:57.380+07:00AADC dan Support System yang Gagal<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">Sepertinya terlalu basi ya, bikin review
tentang film yang tayang bertahun-tahun lalu. Tapi nggak apa-apa kok, saya juga
<i>ndak</i> niat bikin rangkuman atau <i>review</i> tentang film itu. Saya
hanya ingin bercerita tentang sesuatu yang bikin saya iri, ngenes dan baper
dari film itu. Persahabatan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaTkKaltMaQn2HPzS86zBUI6EnCnkpSjIlV4_YpHhtLAi8H6FhNnp3damUrRvszN4jsnjFtO5Zy7kLRYemorc7dAjQEtJUpTQAW0rLKGZvv-LYxstxoYL3qTXmMeSVUlFBBUGWn9hcCDFj/s1600/aadc+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="155" data-original-width="326" height="152" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaTkKaltMaQn2HPzS86zBUI6EnCnkpSjIlV4_YpHhtLAi8H6FhNnp3damUrRvszN4jsnjFtO5Zy7kLRYemorc7dAjQEtJUpTQAW0rLKGZvv-LYxstxoYL3qTXmMeSVUlFBBUGWn9hcCDFj/s320/aadc+1.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Apa sih sahabat
itu? saya mulai lupa apa artinya sahabat sepertinya, hahaha. Btw, udah pada
nonton AADC 2 kan? Anggap udah ya, biar cepet. Soale Sabtu – Minggu kemaren AADC
1 dan 2 sudah tayang ulang untuk yang kesekian kalianya di salah satu TV
swasta (18 - 19 April 2020). Ya walupun banyak dipotong-potong nggak jelas. Hahaha. Ada moment
dimana Cinta berantem sama Carmen gegara Carmen “ngotot” pengen Rangga ketema
sama Cinta tapi Cintanya antara ingin dan nggak ingin sampe akhirnya marah dan
mengucapkan hal yang menyakitkan Carmen. Ketika Carmen sudah reda, Cinta minta
maaf dan ada kata-katanya yang kurang lebih kayak gini “ ... Gue sama lo tuh
ngalamin hal yang sama, cuma bedanya gue jauh lebih beruntung. Lo semua ada
buat gue, sementara pas lo yang lagi ngalamin, kita semua lagi pada sibuk
sendiri-sendiri “. Memang Carmen menyatakan bahwa yang salah bukan
teman-temannya yang lagi sibuk. Tapi dianya yang salah pilih teman. Tapi
please, izinkan saya untuk menyalahkan mereka. Lha kok gitu? Karena gini, ada <i>moment</i>
dimana saya “jatuh” seperti Carmen. <i>Am i playing as a victim?</i> Katakan
saja “YES!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">Setiap manusia sebagai mahluk sosial
membutuhkan manusia lainnya dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam menghadapi
kehidupan yang terkadang tidak mudah, setiap manusia butuh sesuatu yang disebut
<i>“support system”</i>. Dalam benak saya, <i>support system </i>adalah
orang-orang, teman atau kelompok yang akan selalu ada dalam setiap masa dalam
hidup kita. Terlebih ketika kita terpuruk. Terlepas salah atau benar, itu
pandangan saya yaaa. Tidak selalu keluarga, walaupun kebanyakan sih biasanya
dari kalangan keluarga. Tapi sebagai mahluk yang sedang terpuruk, kadang kamu
butuh orang-orang yang juga mengerti kamu, di luar lingkungan keluarga. Inget
ya, baca ini jangan baper dan pake sudut pandang kamu, tapi pake sudut padang
orang yang katakanlah <i>hopeless.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><i><br /></i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://roadtogrowthcounseling.com/how-to-build-a-support-system/" target="_blank"><img alt=" Support System" border="0" data-original-height="224" data-original-width="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2o0kUb4kMwb00dFx-jPfBgkx12BRaTdwD9RwUcPEdzZk3L7tptfnfFEocH6aIUuJZCSJEWEYEOoayE0qKv6osdHg6Jjl8Tyb4FTiyzLhdDhorxMKzOyS42iyuTDtbEjVzAQzdaVqJkepi/s1600/support+system.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">Balik lagi ke AADC yuk, inget nggak AADC 1,
moment ketika Alya mencoba bunuh diri? Sebelum memutuskan bunuh diri, bukankah
Alya mencoba menelpon Cinta untuk sekedar bercerita, tapi Cinta menolak karena
mau jalan sama Rangga. Lalu apa yang terjadi? Alya mencoba bunuh diri kan?
Karena tidak ada orang yang bisa diajak bercerita. Dan di tengah moment yang
sangat buruk dalam hidup kita, fikiran yang ada hanyalah bahwa kita tidak
diinginkan, tidak ada yang mengerti kita dan merasa tidak ada jalan keluar,
pemikiran bunuh diri kadang memang hinggap dan merasa itu adalah satu-satunya
jalan buat mengakhiri semua. Lalu apakah pemikiran bunuh diri itu tiba-tiba
muncul dan langsung dilakukan? Saya rasa enggak. Gini, Alya kan masalahnya udah
numpuk banget tuh, dari mulai ortunya suka berantem sampe dianya disiksa
bapaknya. Emaknya nggak mau ninggalin bapaknya dan semua udah nggak kuat
ditanggung Alya. Terus, sebagai usaha terakhir dia telpon Cinta itu kan? Setelah
Cinta “menolak” ia tidak berkata apa-apa, tapi langsung aja mencoba bunuh diri.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">Sama halnya dengan Carmen, ketika
sahabat-sahabatnya, <i>support system</i>nya sibuk dengan urusannya
masing-masing. Dia berlari ke teman-teman lain yang sayangnya “salah” dan
memperkenalkannya kepada narkoba. <i>See? </i>Semua menjadi buruk hanya karena
satu alasan kan? Bagaimana jika mereka ada di samping Alya dan Carmen ketika
itu? saya rasa hal buruk tadi nggak akan terjadi. Karena ada orang-orang yang
dia yakini akan peduli dan selalu di sampingnya. Itulah kenapa saya beri judul
tulisan ini, <i>support system</i> yang gagal. Persahabatan mereka membuat kita
iri, dan ingin rasanya punya sahabat seperti mereka yang selalu ada. Tapi toh
memang tidak ada yang sempurna. Ada kalanya mereka “mengabaikan” sahabatnya
dengan alasan sibuk. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">Apakah hal tersebut bisa dimengerti? Menurut
saya ini kembali ke sudut pandang dan tingkat perasaan orang yang sedang <i>down</i>
tersebut. Kenapa begitu? Karena dalam situasi terendah di hidupmu, merasa
diinginkan dan dibutuhkan adalah hal terpenting yang membuat kita merasa layak
untuk hidup. Ketika kamu bangkit dari keterpurukan itu, mereka yang sibuk itu
bisa jadi langsung peduli lagi pada kamu yang sedang jatuh. Tapi di tengah
situasi terpuruk, ada dua hal yang mungkin kita ambil sebagai sikap. Yang pertama
seperti Alya dan Carmen lakukan, memaafkan dan tetap kembali bersama
teman-temannya. Yang kedua, merasa kecewa dan tersakiti hingga merasa mereka
bukanlah orang-orang seperti yang kamu fikirkan dan harapkan. Terdengar sangat <i>drama
queen</i> bukan? Bagi saya tidak. Bayangkan pada situasi kamu tidak bisa
berfikir jernih, kamu minta tolong untuk “diselamatkan” dan mereka hanya
berkata bahwa mereka sibuk. Cukup parah untuk membuat semakin terpuruk orang
yang sedang di titik terendah hidupnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">Kita bisa menghakimi dengan berkata bahwa orang
yang dalam kondisi tersebut lemah iman dan tidak dekat dengan Tuhan. Silakan
saja berpedapat apapun. Bisa jadi yang anda tuduhkan adalah benar. Karena
kondisi keimanan manusia tidak selalu sama, selain itu ada momen dimana kamu
benar-benar jauh dari Tuhan, bahkan jauh pula dari manusia. Dan penghakiman
yang diberikan akan membuatnya semakin terpuruk. Karena kepalanya sedang penuh
dengan hal-hal negatif.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap pada
teman yang sedang seperti itu? Entahlah, saya bukan orang yang tepat untuk
berbicara tentang solusi, tapi paling tidak, menurut saya jangan pernah
lepaskan dan selalu dampingi setiap teman yang sedang ada dalam kondisi
terburuk hidupnya. Jangan pernah lupa selalu menyisipkan waktu untuk menyapa
dan menanyakan kabar teman-teman kalian. Karena bukan tidak mungkin, yang dia
butuhkan hanya sekedar sapaan “hai, apa kabar?”. Kalau kata L-MEN sih, <i>trust
me, its work!</i>. Kita kadang tidak tahu ketika seseorang berada dalam
masalah, karena bisa jadi dia tidak mau bercerita padamu tentang masalahnya,
tapi percayalah, orang yang sedang putus asa selalu memberi “sinyal” bahwa
mereka sedang bermasalah dan pasti lebih caper. Tapi tetap bedakan ya, antara
yang “<i>crying for help</i>” sama yang alay, lebay dan dikit-dikit ngeluh,
dikit-dikit drama. Kamu pasti bisa bedain kan? Ya kalau kamunya peka sih,
eeeeaaaa hahhaha.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">Balik lagi ke AADC, bukan nggak mungkin dalam
hidup pun kita akan dapet temen seperti yang cinta punya, bahkan lebih baik
dari mereka. Tapi saran saya, alangkah lebih baiknya jika kita tidak
mengandalkan mereka dalam banyak hal. Karena seperti yang saya alami, akan ada
momen dimana mereka sibuk dan katakanlah tidak punya waktu untuk dirimu. Sebaik
apapun kamu sama mereka. Tetaplah percaya pada kemampuanmu sendiri dan Tuhan
akan selalu ada. Seburuk apapun kamu memperlakukan dan melupakanNya. Sahabat,
orang yang akan selalu ngerti dan ada buat kamu pun tetap puya kehidupan
sendiri yang tidak melibatkan kamu di dalamnya. Kecuali kayak Milli yang
akhirnya nikah sama Mamet, itu kan bisa disebut sahabat jadi patner hidup. Eh
tapi yang asyik dari AADC tuh, mereka membawa persahabatan mereka bersama
pasangan mereka, jadi yah nambah teman gitu. Amannya karena mereka sama-sama
cewek ya, akan lebih <i>amazing</i> lagi jika bersahabat beda kelamin dan bisa bikin
semua jadi teman tanpa ada cemburu, sukaaaa banget nih sama yang beginian.
Soale ada aja tuh pasangan yang “membatasi” hubungan pasangannya dengan masa
lalunya, baik itu teman sejenis apalagi beda. Hadeuh... dikira hidup nggak
butuh temen apa? Dikira hidup Cuma butuh dianya doang apa? Gemeeezzz eike sama
laki model beginian. Sebagai cewek yang udah nikah, bisa mikir dan tau
konsekuensi pernikahan, pasti tahulah bahwa hal tersebut ditakutkan memancing
perselingkuhan. Tapi toh kalau memang bisa dipercaya dan tidak merugikan semua
pihak, apa salahnya coba? Ah, ini tentang prinsip dan sudut pandang. Jangan
jadi perdebatan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJKoYlLSwSPRijzaciBQ9NvgUeMYDIxJwGLE3xq8MP88aXb_kbDaTozpVT2gSa7kyRsREYjVbSpG42TnY0cEEZMpcL9KYQ1RV_8KI1VI3oFCdDUnNeuPe2xSkOolVTclfJcpJeyIyftZ2D/s1600/aadc+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="360" data-original-width="640" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJKoYlLSwSPRijzaciBQ9NvgUeMYDIxJwGLE3xq8MP88aXb_kbDaTozpVT2gSa7kyRsREYjVbSpG42TnY0cEEZMpcL9KYQ1RV_8KI1VI3oFCdDUnNeuPe2xSkOolVTclfJcpJeyIyftZ2D/s320/aadc+2.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">AADC yang memang fokus di Rangga dan Cinta
tetap menampilkan sisi manusiawi yang disebut persahabatan, dimana hal itu
tidak selalu berfungsi dan adakalanya gagal. Tak usah kecewa itu hanya cara
Tuhan menunjukkan pada kita siapa orang-orang yang dekat dengan kita. Siapa
yang benar-benar peduli dan hanya berkata peduli, dan menunjukkan pada kamu
bahwa kamu bisa tumbuh dan menjadi lebih baik dengan melewati semuanya
sendirian. Yang paling buruk dari <i>support system</i> yang gagal adalah mereka
bukanlah <i>support system</i> yang sesungguhnya dan hilangnya kepercayaan orang yang
benar-benar menggangapmu istimewa karena menggangap kamu akan selalu ada di
setiap momen di hidupnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN">Tulisan ini ditulis setelah nonton AADC dan
momen pasca ngerasa desperate banget sama hidup (Maret 2017). Ketika semua masih terasa belum
baik – baik<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>saja, dan kamu tidak punya
teman yang bisa dijadikan sandaran. Tulisan ini akan sangat berbau pembenaran
dan <i>drama queen</i>. Tapi saya perlu menulis dan membagikannya, bukan untuk
mendramatisir hidup, tapi untuk terapi bagi saya pribadi dan sebagai upaya
memberikan sudut pandang dari diri saya yang sedang rapuh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<br />LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-78049387948917566932020-04-06T10:05:00.003+07:002022-06-01T20:23:39.862+07:00Ghibah Harry Potter Part 1<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah Sekian lama blog ini berkarat, rasa-rasanya aku kangen untuk ngisi blog untuk mengatasi kegabutan #diRumahSaja tanpa harus ngomongin CoVid19 yes, abisnya pening kepala baca berita tentang hal tersebut. lama-lama nganu juga diem di rumah, Hiks. Jadilah aku memutuskan untuk membahas hal yang kusukai salah satunya ya Harry Potter ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setuju nggak sih kalau ngomongin Harry
Potter tuh nggak ada habisnya? Selalu ada hal baru setiap membaca ulang bukunya
atau menonton filmnya. Karenanya aku percaya sebuah teori yang mengatakan bahwa
mama Rowling menyimpan horcrux di setiap bukunya sehingga membuat kita selaku
pembaca terpesona sebagaimana Tom Riddle muda memperdaya Ginny melalui buku
hariannya. Karenanya membaca ulang Harry Potter nggak pernah bikin bosen dan
jenuh, malah selalu nggak sabar untuk membaca dari buku ke bukunya. Kamu gitu
juga nggak sih? atau aku aja yang terlalu lebay?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Lalu kita ghibahin apa nih kali ini? Kebetulan
dua bulan belakangan aku baru selesai baca serial Harry Potter entah untuk yang
keberapa kalinya. Dan ada beberapa hal yang mengganggu pikiranku. salah satunya Bibi Petunia di film rambutnya hitam ya, kalau di buku
sih pirang kan yak? Tapi entah karena kesan di film cukup kuat, entah karena
aku nonton film duluan dibanding bukunya, aku ngerasa susah aja menggambarkan
Bibi Petunia dengan rambut pirang. Malah kebayang Merylin Monroe coba? Kan
nganu yah. Hahaha.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Hal yang paling kusuka dari buku satu
adalah, semuanya masih tampak polos dan tidak banyak pertentangan disana-sini.
Jiwa anak-anaknya masih kerasa banget, karena selain mereka baru lulus SD, pembaca pun baru diajak berkenalan dengan Dunia Harry Potter ini, walalupun di akhir udah mulai kerasa ya
peningkatan karakter masing-masing tokohnya dengan beberapa hal yang harus mereka hadapi. Tapi kebayang nggak sih
jadi Potter, sebelumnya kamu bukan siapa-siapa, lalu dalam satu malam
kedatangan Hagrid, jlegeeer, kamu adalah penyihir yang menyebabkan keruntuhan
penyihir hitam sekian tahun lalu. Kaget dong? Berasa mimpi nggak sih? yakin lebih dari kaget tuh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Yang tak ku mengerti adalah bagaimana
Harry bisa tumbuh menjadi anak baik dengan perlakuan keluarga Dursley yang
seperti itu? lingkungan terdekat sangat berpengaruh kan pada sikap kita
kedepannya? Kemudian tidak pernah diceritaan teman-teman SD nya Harry, ya kan
walaupun dia disekolahkan di sekolah yang biasa, dia tetep sekolah kan? Pasti
punya lah satu temen, toh Harry bukan tipikal yang ansos gitu. Terus ... terus
... kok pihak Hogwarts bisa tahu ya kalau suratnya itu belum satupun dibaca
Harry? Sampai-sampai Paman Vernon harus keluar kota kan demi menghindari
kejaran surat-surat ini? Hal ini sedikit banyak mengingatkan aku pada konsep
takdir dan rezeki, kalau udah takdir/rezekinya sebagaimana berkelit pun bakalan
nyampe juga, dengan cara yang Tuhan kehendaki.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Hal lain yang kupikirkan, Harry kayak
Voldemort nggak sih yang menandai “musuhnya”? dari awal walaupun dengan cara
yang salah, Draco ngajakin temenan kan? Dan cara dia ngajak temenan kayak gitu
karena dia lihat contoh donk bagaimana ortunya memperlakukan orang lain? <i>Yeeekan?
See</i>, lingkungan sangat berpengaruh sama <i>attitude</i> anak? Jadi, balik
lagi ada yang bisa jelasin bagaimana Harry tetap menjadi anak baik dengan
lingkungan yang membully dia tanpa henti?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Oh iya, bagaimana cara Hogwarts memilih
dan menseleksi orang untuk menjadi guru disana? Aku sih nangkepnya nggak ada
pendidikan setara universitas disana, jadi kamu harus cari pengalamanmu sendiri
dan meningkatkan kemampuanmu di bidang yang kamu sukai dan kuasai baru kemudian
bisa melamar dan menjadi guru di Hogwarts? Lalu bagaimana Quirell bisa
terpilih? Penggambaran dia di buku payah banget, apalagi untuk seorang guru
Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, <i>ndak</i> meyakinkan gitu. Dan apakah
Dumbledore tidak bisa “mendeteksi” keberadaan Voldemort di kepala Quirell?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pernahkan kalian memiliki teman serupa Hermione yang beneran juara kelas banget dan paling takut kalau nilainya jelek? positifnya sih Hermione ini ngga menghalalkan segala cara yes untuk menjadi yang terbaik, cuma gayanya aja yang menag agak nganu terutama di film pas part "Wingardium Leviosa" pasti inget dong?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">hal lain yang bikin dulu pengen banget kesampean tuh punya sekolah kayak Hogwarts, di kastil, bangunan tua, luas. Tapi sekarang mah <i>ogah cyn,</i> bayangin aja kalau ada perlu sama temen, muterin Hogwarts butuh berapa lama coba? mending kalau kita semua punya <i>Marauders Map, </i>Kalau ngga, <i>rempong alemong cyyn. </i>Kalau kamu? apa yang jadi keinginanmu ketika membaca atau menonton Harry Potter untuk pertama kalinya?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Cermin tarsah, jubah gaib, yaampun, mungkin nggak sih ke depannya bakalan ada di dunia nyata? kalau iya, au pengen tahu sebenarnya hasrat terdalamku apa sih? hehehe. dan jangan lupa yaampuuun, Keluarga Weasley yang super duper amazing huwow tralala dengan segala campuran karakter dan keunikannya masing-masing, <i>we love them so much.</i> ya ngga sih? kebayang maen ke the burrow lalu ternganga dengan semua peralatan sihir yang ada di rumah itu? <i>hell, i love magic.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Jangan lupakan Hagrid, raksasa baik hati yang pertama kali mengungkapkan jati diri Harry bahwa dia penyihir. dan oarng pertama yang memberi Harry hadiah seumur hidupnya. <i>He so cute</i> di buku ini. dan ya, menemukan identitas menjadi sebuah hal penting tersendiri bagi Hary yang selama ini hidup dalam "ketidakbahagiaan". Dengan identitasnya dia jadi memiliki banyak hal dalam hidupnya, rumah (Hogwarts selalu menjadi rumah baginya), keluarga (kehangatan keluarga weasley yang selalu menerimanya dengan tangan terbukan dan pelukan Molly adalah hal terdekat Harry tentang keluarga bukan?), teman (nggak cuma Hermione dan Ron ya!), musuh, hehe, petualangan dan bolela kumasukin disini ya, Harta. piss.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Emang orang makin nambah umur makin rese
ya, hahaha. Ini buktinya aku jadi banyak mempertanyakan hal-hal gaje kayak
gini. Padahal biasanya kunikmati aja ceritanya. Ini juga dinikmati sih, tapi
isi kepala ga tau nih, tetiba nanya banyak aja gitu, padahal nggak butuh jawaban
juga, aku hanya butuh suamiku Sirius Black kembali, hahaha. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Demikian sekumpulan ghibah penuh
pertanyaan tanpa jawaban season satu kali ini, jika ada yang mau comment dan
ngajak diskusi bolellla komen di bawah atau kunjungi ig <a href="http://www.instagram.com/literavy" rel="nofollow" target="_blank">@literavy</a> . Ditunggu ya!<o:p></o:p></span></div>
<br />LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3718781370541999363.post-12910144507535662392018-09-18T22:17:00.002+07:002022-06-01T20:24:02.300+07:00Mas dan Kalian, Pembelajaran Paket Lengkap dari Tuhan <br>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Nyadar nggak sih aku tuh mahluk ribet yang
apa-apa dipikirin dan seringkali berprasangka dan berpraduga sampe kadang bikin
ribet pikiran sendiri? Hahaha, that's me yaaah. Udah lama ya aku nggak cerita di
blog, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kali ini aku ingin bercerita
tentang paket pembelajaran lengkap yang dikirimkan Tuhan dalam triwulan
terakhir ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Aku adalah mahluk yang selalu percaya
bahwa tak ada sesuatu yang kebetulan, bahkan debu masuk ke mata kita pun atas
izinNya tho? Apalagi datangnya seseorang dalam kehidupanmu, nggak mungkin cuma sekedar
hadir tho? Entah itu kamu mengenalnya sekilas atau bahkan mengenalnya lebih
dalam. Pun kehadiran Mas dan kalian dalam beberapa bulan belakangan yang
membuat hidup dan diriku lebih “normal” daripada sebelumnya. Beneran deh,
swear!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kalian tentu menyadari aku bukan orang
yang mudah akrab dengan orang-orang yang tidak kuinginkan atau dengan kata lain
mereka yang tak cocok denganku. Aku cenderung pemilih dan mengikuti kata hati
dalam berteman maupun dekat dengan seseorang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sebagai orang yang cukup tahu kisah
hidupku, aku tak malu mengatakan bahwa aku cenderung asosial dan membatasi diri
untuk dekat dan terikat dengan orang-orang, aku cukup menyadari itu hingga
BOOOOM, Tuhan menghadirkan kalian dalam hidupku, yang entah bagaimana, kalian
seperti mengeroyokku untuk melihat dunia dari sudut pandang yang sama sekali
berbeda. Mengajakku untuk tidak berdiam di sarangku lagi, menuntunku untuk
belajar membuka diri pada oang-orang baru tanpa merasa dipaksa tapi karena
memang aku yang memutuskan dan tetap merasa nyaman. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Mas, dan kalian Bu Bos Iyan Siti Royani, Ika Nur Widiautami dan Putri Herisma Ilhami Purnamasari terima kasih
telah mengajarkanku banyak hal dalam tiga bulan terakhir. Usia perkenalan kita
lebih dari itu sebenarnya (kecuali Mas) tapi pembelajaran yang kuterima sungguh
lebih dari sekedar pertemanan tanpa arti. Kalian dengan gayanya masing-masing
telah menuntunku untuk belajar tersenyum pada dunia yang ternyata tak sesuram
yang selama ini kutempati. Terimakasih telah mengajarkan padaku bahwa tidak
apa-apa membagi kisah hidup pada mereka yang mau mendengarkan, terimakasih juga
telah menjadi bagian dari support system baru di hidupku. Semoga kita tetap
berteman sampai kapanpun yeeee. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pada masa sebelumnya, Tuhan memberikanku
sesuatu yang kusebut “Paket Pembelajaran Loving My Self", pada masa itu Tuhan mendekatkan
aku dengan orang-orang yang percaya pada kemampuan dan kelebihan dirinya
sendiri dan mendekatkan aku pula dengan orang yang menerima semua kegajean,
pemikiran tak biasa aku, serta hal-hal gila dalam otakku. Dengan adanya mereka
aku belajar banyak untuk mempercayai dan mencintai diriku sendiri tanpa syarat,
setelah sebelumnya, dengan berbagai kejadian dalam hidupku, membuatku merasa
kecil dan kadang merasa tak berguna. Berkat orang-orang yang Tuhan kirimkan
baik lewat dunia nyata dan maya, aku “menyembuhkan” hal itu dan bergerak dari
tempatku beranjak sebelumnya. Jika sudah seperti ini, bagaimana bisa kita
mengingkari kebesaranNya? Tuhan memang memberikan masalah, luka dan kesakitan
tapi ada hal, proses dan orang-orang yang dia kirimkan untuk membantu kita
pulih dan berdiri di atas kaki sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kini, Tuhan mengirimkan kalian untuk memberikanku
pembelajaran mengenai “Manusia sebagai Mahluk Sosial” sebagai manusia yang
pernah dikecewakan dan ditinggalkan manusia lainnya ketika dalam posisi
terendah dalam hidup, sulit untukku mempercayai dan memasukkan orang baru dalam
lingkaran kehidupanku, tapi dengan kuasaNya, Tuhan mempertemukan aku dengan Mas
dan kalian yang selalu peduli dengan orang lain, bersikap ramah pada semua
orang, menjadi bagian dari suatu lingkaran kehidupan yang tak hanya berdiri sendiri
tapi saling terikat dengan mahluk lainnya. Terutama Mas, yang dengan figurmu
sebagai kesayangan sejuta umat, kamu seolah mempertontonkan sebuah film bertema
kemasyarakatan yang sudah bertahun-tahun kutinggalkan. Katakanlah dengan dirimu
sebagai lakon utama dalam film itu, aku memetik banyaaaaak sekalli pembelajaran
yang tak pernah kulihat dari lingkungan terdekatku. Aku merasakan kebahagiaan
yang Mas rasakan ketika membantu orang lain, aku menikmati setiap rekam jejak
yang kau sampaikan padaku sebagai sebuah pesan bahwa kita adalah bagian dari
satu hubungan kemasyarakatan yang semuanya akan berimbas pada kita juga.
Terimakasih Mas, telah menyuguhkan pentas nyata kehidupan yang kerap akali
kuabaikan, jujur saja aku telah lupa bagaimana caranya berteman dan membuka
diri pada seseorang tanpa merasa takut. Entah itu takut dikhianati, dikecewakan
atau bahakan ditinggalkan. Tapi dengan keluwesan Mas dan kalian, aku belajar
untuk melangkah dan menapaki kembali satu fase kehidupan yang telah lama dengan
tanpa sengaja kutinggalkan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kenapa aku menulis bahwa mas dan kalian
adalah pembelajaran paket lengkap? Karena aku tidak hanya dikirim satu penuntun
tapi sekaligus empat, dengan karakter yang berbeda, tetap menjdai dirinya
sendiri dan tidak hanya satu pembelajaran yang kudapat. <o:p></o:p></span><br>
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFYSQJLRg6zPmuxiGmQh3VRcJ2_HKlAn9djf7bfnlEAGzbOi3_2PGopieynB0xwTSXMh4cqoUCahnusefJmOy9OSUqUNnmuvVv029HxnYE1x79ka-RWhYNpXuwzV_4gOjgkWRtB0jkAqNN/s1600/IMG_8893.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFYSQJLRg6zPmuxiGmQh3VRcJ2_HKlAn9djf7bfnlEAGzbOi3_2PGopieynB0xwTSXMh4cqoUCahnusefJmOy9OSUqUNnmuvVv029HxnYE1x79ka-RWhYNpXuwzV_4gOjgkWRtB0jkAqNN/s320/IMG_8893.JPG" width="320"></a></div>
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dari bu boss aku belajar secara langsung
untuk berkata “TIDAK” pada hal-hal tertentu (Walaupun kadang masih susah, hahaha).
Belajar menikamti kemlaasan diantara keruwetan. Belajar untuk semakin mengenal
betapa bebalnya diriku, hahaha. Belajar untuk menyuarakan apa yang ada dalam
hati dan pikiran jika ada kesempatan. Dia yang membawa dunia baru dalam
hidupku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dari Teh Ika aku belajar untuk selalu
luwes dengan siapapun berhadapan, (susah banget aslina), belajar sabar
menghadapi sesuatu, belajar tersenyum walau ngabatin (ini aling gamapng ditiru
sebenere, hahaha, belajar bertutur halus biar ngenakin semua orang, belajar
untuk melihat contoh nyata sebuah ketidakegoisan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dari teh Mput aku belajar untuk ga telat
makan, biar ndak sakit. Belajar untuk jangan terlalu serius nanggepin omongan
orang, ntar BT deh, wkwkwkwk. Ndak ding, aku belajar untuk melihat sesuatu dari
sudut sunyi bibir, belajar untuk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memuji
orang disekitar jika mereka melakukan kebaikan sekecil apapun. (ini ge susah
sih, da aku mah lebih berbakat byibyir, hahah).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">You know lha yaaa, jika bersama kalian aku
merasa nyaman, jadi mulutku mana bisa berenti nyerocos ga jelas macem keran
bocor tak bersarang. Ini bukti nyata aling tua nggak bikin aku plaing bener
kok. Bisa dilihat kan kenyataannya, aku paling ngaco diantara kelean semuah. Pasti
pada setuhu sama poin ini, wakakkakaa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dari Mas selain yang sudah kujelaskan di
atas, aku belajar bahwa tidak perlu sempurna untuk menjadi kesayangan sejuta
umat, cukup bersikap lapang tanpa pamrih, maka dunia kan menyayangimu. Kamu
mengajarkanku untuk tidak terburu-buru dalam menyikapi sesuatu, “alon- alon
wato kelakon” tho Mas? Kita jauh berbeda dalam banyak hal, aku yang terlalu
banyak bicara dan kamu yang ayem kalem dan irit bicara. Terimakasih telah mau
mengenalku yang aneh ini, terimakasih telah memberi banyak pelajaran dalam masa
perkenalan yang singkat ini. Semoga kita bis atetap berteman, jika kamu tak
keberatan. Jikapun kamu keberatan, aku tetap menghaturkan jutaan terimakasih
karena telah hadir dalam hidupku, sebagai salah satu penuntun jalanku menjadi
pribadi yang lebih baik. Syukur-syukur sih ..... nggg ... ahsyudahlah .... if
you know what i mean, Hehe.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Buat kelean yang meramaikan Lab. THP
sehingga tidak hanya menjadi milikku sajah, hahaha. Terimakasih juga telah sudi
berteman denganku yang, egois, keras kepala, ndablek, rese, bawel, sering
ngobrol mesum, dan gaje, hehehe. Terimakasih telah mengajarkan banyak hal dalam
waktu yang singkat ini, semoga kita tetap bisa berteman selamanya, walaupun
yang satu bentar lagi jadi ibu-ibu, yang atu bentar lagi menyandang gelar Mrs,
yang dua masih menanti jodoh, eh apa aku doang yang jungkir balik pengen kawin?
Hahaha. Pokoke terimakasih buat kalian dan Tuhan yang telah mengirimkan kalian
di hidupku. Berkat kalian, beberapa bulan ini aku lebih banyak bercerita
tentang diriku, hidupku dan masalahku lebih banyak daripada yang sempat
kuceritakan pada beberapa orang selama tujuh tahun terakhir. Karena kalian
pulalah aku tambah gendats, makin bahagia, makin bawel dan makin gaje. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sekali lagi terimakasih telah hadir
dihidupku, menerimaku tanpa syarat walo seringkali bikin gemez kan?hehe. Terimakasih
telah mengajarkanku banyak hal, terimakasih untuk telah ada sebagai bagian dari
kehidupanku yang surem burem ga jelas. Kalian adalah pelangi setelah hujan,
pemberi warna bagi gerimis yang basah, pemberi keindahan lukisan Sang Maha Kuasa
yang beraneka warna namun tetap indah. I LOVE YOU ALL 💖💖💖💖💖💖💖.</span></div>
LiteraVyhttp://www.blogger.com/profile/17047254981104551563noreply@blogger.com0