Pengalaman Konsultasi Online dengan Psikolog (Part 2)

Selepas pengalaman yang kurang nyaman kala pertama kali konsultasi dengan psikolog, tidak lantas membuat saya kapok. Berkaca dari pengalaman beberapa teman dan influencer yang saya ikuti bahwa tidak mudah menemukan psikolog yang cocok, maka saya hanya merasa bahwa pencarian saya belum selesai. Seminggu selepas kepergian mamah, saya merasa saya butuh untuk  berkonsultasi dengan psikolog selain karena saya hidup sendiri selepas kepergian mamah, tidak ada sanak saudara yang dekat dan orang yang bisa saya jadikan pegangan, juga karena pikiran dan perasaan saya kala itu ingin segera menyusul mamah. Saya merasa tidak ada gunanya saya hidup tanpa mamah, saya kehilangan dunia saya, saya kehilangan pegangan saya, saya tidak tahu harus apa dan bagaimana. Saya sudah bersikap seperti robot, menjalani hari-hari saya tanpa pemikiran dan harapan apapun, hanya sebatas menjalani dan berharap kematian segera menjemput. Saya sadar ini salah, saya sadar saya butuh pertolongan, saya sadar saya tidak sanggup menghadapi semuanya sendirian. Teman dan sahabat sekalipun ada di saat tertentu, tetap memiliki kehidupan sendiri yang tidak bisa menjadikan saya sebagai fokus utamanya, padahal sedianya ketika mamah ada, sayalah fokus utama dalam hidupnya, begitupun sebaliknya. 





Berbekal tanya pada teman yang mengalami situasi serupa, saya mencoba untuk membuat janji konsultasi dengan psikolog di salah satu flatform media sosial yang bergerak di bidang mental health, cukup mendadak karena saya daftar di siang hari dan menjadwalkan hari itu juga untuk berkonsultasi. Alhamdulillah qadarullah permintaan saya disetujui dan sore itu juga saya berkonsultasi dengan beliau melalui zoom. Konsultasi pertama saya langsung merasa nyaman, beliau menanyakan apa yang membuat saya merasa butuh bantuan psikolog, saya sampaikan keadaan saya dan pikiran-pikiran yang membebani saya. Seorang teman yang psikolog pernah mengatakan bahwa untuk mencapai hasil maksimal kita harus jujur dengan kondisi kita dan itu yang saya lakukan. 


Pertemuan kedua 13 November 2021, saya meminta konsultasi karena saya merasa limbung dan nelangsa banget, perasaan tidak ada gunanya saya hidup menghampiri lagi walaupun keinginan untuk mati tidak lagi sebesar sebelumnya. Pada pertemuan ini, sepertinya saya memasuki mode katarsis (maaf jika salah) dimana saya secara sadar menekan dan memeluk luka saya, “meremasnya” lalu secara sadar juga saya merasa sakit tapi setelahnya saya merasa lega. Dengan beberapa metode dan pertanyaan yang tepat saya dibimbing untuk berhadapan langsung dengan luka saya, luka yang saya tahu tidak akan pernah sembuh tetapi di titik ini saya menyadari bahwa saya akan berdampingan selamanya dengan perasaan ini. Selepas konsultasi selesai saya merasa lelah luar biasa dan tidur cukup nyenyak dan merasa lebih baik keesokan harinya. Pertemuan ini membuat saya menyadari beberapa hal, yang pertama beliau adalah pendengar yang baik, ketika saya berbicara, beliau hanya mendengarkan tanpa sekalipun mengintrupsi, jika kita berbicara bersamaan, beliau pasti mengalah dan mempersilakan saya menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan.


Pertemuan ketiga, seminggu kemudian. Saat itu saya masih berada dalam keadaan kacau, berusaha untuk waras, tegar dan baik-baik saja walau nyatanya tidak. Alhamduliiah aktivitas sehari-hari sudah normal tetapi perasaan masih naik turun. Salah satu hal yang membuat saya sulit bangkit adalah saya melewati hal ini sendirian, sedangkan saya merasa tidak sanggup sendiri, hal tersebut saya kemukakan juga pada beliau. Yang membuat saya semakin nyaman dengan beliau, selain pendengar yang baik, beliau tidak pernah menyuruh dan mendikte saya, beliau membuat saya berpikir dan bangkit dengan dan oleh saya sendiri. Di pertemuan ini saya sangat menyadari bahwa beliau mengarahkan saya untuk semakin mengenal diri saya dan mencari semua jawaban dan kekuatan melalui diri saya, bukan dari pihak lain. Karena sekalipun membersamai, belum tentu mereka mendampingi dan membantu. Hingga pada akhirnya, semua solusi dan kekuatan ada di dalam diri kita, sesuatu yang kerapkali saya atau malah kita semua abaikan. 


Pertemuan-pertemuan selanjutnya masih saya lakukan dengan intensitas yang semakin jarang, saya tidak selalu baik-baik saja. Seringkali saya tiba-tiba down tapi beberapa metode terapi yang beliau ajarkan cukup membantu saya melewati hari-hari buruk. Ada saat tertentu saya menghubungi beliau ketika baik-baik saja, untuk evaluasi dan membenahi hal-hal yang semerawut dalam diri saya dan rasanya menyenangkan dan melegakan.


Dari pengalaman tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa semua yang sudah diatur olehNya sedemikian apik, hingga saya bertemu dengan beliau di saat terburuk di hidup saya dan membantu saya melewati fase tersebut. Bayangkan jika saya bertemu psikolog yang judgemental atau tidak cocok dengan saya ketika saya terpuruk, rasanya semakin tidak baik hati dan pikiran saya. 


Sependek pengalaman saya dengan psikolog, saya merasa cocok psikolog dengan tipe pendengar yang baik, memiliki dasar dan boundaries yang sama, dalam hal ini islam sebagai fondasi diri. Selain itu, berbagi dengan professional yang tepat membuat saya lebih memahami dan menyayangi diri saya bahkan di saat yang sulit ini. Sekalipun masih ada waktu saya tidak baik-baik saja, tapi saya lebih percaya bahwa semua akan normal pada waktunya. Di tahap ini juga saya menyadari bahwa sedih dan terpuruk itu adalah bagian dari kehidupan, bahwa proses grieving yang lama adalah normal karena setiap orang memiliki cara dan waktu sendiri untuk berduka dan pulih. Sekalipun memiliki pengalaman yang sama tapi luka dan cara orang menghadapi situasi tersebut tentu akan berbeda, karenanya entah orang menganggap saya sulit untuk move-on, saya sadar salah satu alasan kenapa saya sulit untuk move on adalah bonding saya dan mamah sangat kuat, terlebih hidup berdua saja dan saling mengandalkan satu sama lain membuat saya kehilangan banyak hal dalam satu waktu. Saya tidak berharap orang mengerti dan saya tidak peduli pendapat orang karena saya tahu dan sadar bahwa ini bagian dari proses. Tentunya dengan usaha dan keinginan untuk tidak selamanya tenggelam dalam kesedihan. 


Saya juga disadarkan bahwa sekecil apapun pencapaian kita harus belajar mengapresiasi diri. Saya teringat saya berkata bahwa saya bangga pada diri saya sendiri karena bisa nggak nangis selama tiga minggu, biasanya selalu ada waktu dimana saya menangis setiap minggunya. Sesuatu yang bisa jadi sepal bagi orang lain bahkan cenderung lebay, tapi tidak buat saya. Berada di titik normal dengan rentang waktu semakin panjang adalah pencapaian yang luar biasa karena itu membuktikan bahwa saya berproses. Tidak hanya terpuruk dalam kesedihan.


Metode dan terapi yang diajarkan dan dipakai selama konsultasi berlangsung tidak saya sertakan disini karena penanganan setiap orang tentu saja berbeda dan setiap psikolog akan menyesuaikan metode dan jenis terapi yang digunakan. Sedikit yang bisa saya share terlepas dari pengalaman saya bersama psikolog adalah meditasi, hal tersebut membantu sekali meredakan ketegangan dalam banyak waktu (sekalipun jika sudah tidak membantu, saya lantas meminta konsultasi), menyadari dan menikmati setiap nafas yang dikeluarkan, sepele tapi berdampak besar bagi saya pribadi. Luangkan saja waktu tiga sampai lima menit untuk fokus pada pernafasan anda. Semoga mengubah ketegangan dan kecemasan menjadi lebih tenang. Boleh banget dicoba ya!


Pengalaman “menyenangkan” bersama psikolog ini semoga bisa menjadi gambaran bahwa memang tidak mudah menemukan psikolog yang tepat. Tetapi ketika sudah menemukan dan dengan pertanyaan dan metode yang tepat membuat saya semakin mengenali diri. Jadi, walau belum tentu langsung bertemu psikolog yang tepat, tapi jangan ragu untuk tetap mencari dan berproses karena sejatinya usaha kita untuk pulih adalah perjalanan panjang yang jika bertemu orang yang tepat akan memudahkan segalanya.  Dan stigma hanya orang sakit jiwa yang butuh psikolog rasa-rasanya sudah tidak relevan lagi dengan tingkat awareness yang semakin tinggi terkait mental health.

Komentar

  1. Semangat Kak, semoga kondisinya saat ini sudah lebih baik ya...Peluuk!
    Saya juga pernah jadi pasien psikolog. Saat bayi pertama saya meninggal dunia (di usia 13 hari). Sempat down dan akhirnya beberapa kali konsultasi. Dengan dukungan suami dan keluarga besar Alhamdulillah lekas pulih

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah akhirnya bertemu psikolog yang cocok dan bisa memahami kondisi ya Mbak.. Tetap semangat Mbak. Semoga selalu dimudahkan jalannya.

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah bisa bertemu psikolog yg cocok ya mbak
    Meski harus konsultasi secara online
    Bismillah diberi kemudahan ya mbak

    BalasHapus
  4. Saya ikut menyadari, besar atau kecil pencapaian kita, atau orang lain, beri penghargaan dengan tulus... Insyaallah selain membahagiakan juga menyemangati untuk terus memanjangkan kebaikan lagi

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah akhirnya menemukan psikolog yang cocok ya kak. Semoga semakin lebih baik ke depannya♥️

    BalasHapus
  6. Semangat terus ya Mbaak. Jangan menyerah dengan takdir Allah, pasti ada hikmahnya. Sulit banget pasti melewati ini sendirian, tapi yakin Allah akan bantu. Dengan usaha Mbak bertemu dan konsultasi sama psikolog juga udah bagus banget. Membuktikan bahwa Mbak masih ingin bertahan. Don't lose hope..

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah ya sudah menemukan psikolog yang cocok serta bisa memahami mbak. Semoga kondisinya semakin membaik yaa mbak.

    BalasHapus
  8. Ya Allah ... Jadi pengalaman berharga banget

    BalasHapus
  9. Semoga makin dikuatkan dan bisa melalui saat-saat terberatnya. Jangan kehilangan harapan.

    BalasHapus
  10. Semangat mba Ivy, kata suamiku juga gitu kalau ngga cocok jangan dipaksa lanjut. Trus saran juga kita juga ngga boleh ketergantungan dengan psikolog.

    BalasHapus
  11. Semoga tidak patah semangat untuk selalu mencari jalan terbaik ya, Mbak.

    BalasHapus
  12. Peluk dari jauh mbaa.. aku juga pernah lagi tertekan akhirnya mencari psikolog online memang tidak ada yang instan ya mba. Tapi baiknya cari psikolog yang memiliki beberapa kesamaan sama kita

    BalasHapus
  13. Semangat terus kak Vyy aku nggatau nih cara mendukung yang tepat gimana, tapi salut banget sama kak Vy yang sudah mau berkonsultasi dengan ahlinya, dengan begitu ada jalan keluarnya :))

    BalasHapus
  14. Turut senang kak Vy sudah bertemu dengan ahlinya meskipun secara online. Tetap semangat ya...

    BalasHapus
  15. Semoga kebahagiaan membersamai kakak. Tidak pa pa terasa luka, disuatu titik nanti kita akan merasa luka tersebut membuat momen yang akan datang akan terasa sangat manis, dan sangat bersyukur 💕

    BalasHapus
  16. ternyata bisa konsultasi online dengan psikolog ya. sya mau nyoba jugalah. sepertinya ada sisa sisa luka masa kecil yg harus dituntaskan

    BalasHapus
  17. Alhamdulillah ketemu sama psikolog yang cocok ya ka vy, ga mudah berbagi dengan orang yang baru dikenal
    Semoga segera bisa memeluk lukanya dan terbiasa beraktivitas tanpa tiba-tiba merasa down lagi ya kak 🥰🥰🥰

    BalasHapus
  18. Alhamdulillah, turut senang dengan pencapaian ini. Sudah menemukan teman yang tepat untuk diajak berbincang, dalam hal ini psikolog yang tepat, yang banyak mendengarkan dan justru mengasah kemampuan diri untuk lebih mengenal ke dalam diri sendiri. Stay strong and health, ya dear...

    BalasHapus
  19. Halo mba, terimakasih atas sharingnya. Pasti berat ya mba :(. Saya pun juga ikut sedih membaca pengalamannya. Semakin bertambahnya usia banyak juga kekhawatiran saya tentang banyak hal, yang membuat saya sering panik sendiri tanpa sebab.
    Mba bisa dishare juga untuk biaya konsultasinya brp? dan untuk media sosialnya yang berhubungan tentang mental health.
    Terimakasih mba

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjalankan Wasiat Mamah

Catatan Kerinduan

Beginilah ....!