Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Kembali Ke Titik Nol

 Seiring berjalannya waktu, beberapa minggu kemarin saya merasa sudah semakin pulih dan sanggup menapaki hidup baru. Tapi entah kenapa, minggu lalu bahkan sampai saat ini, saya merasa kembali ke titik nol. Titik dimana saya pertama kali kehilangan Mama. Bangun tidur dengan badan terasa remuk, sulit tidur, nangis berkali-kali dalam sehari, merasa tidak berguna dan semacamnya. Hal-hal tersebut sebelumnya sudah berhasil saya atasi. kesulitan tidur saya atasi dengan yoga dan kemarin hal tersebut entah kenapa tidak lagi terlalu berpengaruh. Saya tetap tidur menjelang tengah malam dan terbangun dalam keadaan badan terasa remuk. saya berusaha beraktivitas senormal mungkin, bahkan menambah aktivitas, berusaha keluar dan berjalan-jalan. Tapi entah kenapa kali ini pun tidak berhasil. Beberapa saran dari psikolog saya seperti art therapy, thought mindfullness dan Worry Self Monitoring entah kenapa tidak lagi membantu saya. Padahal sebelumnya saya terbantu dengan metode-metode itu. Saya kembali ba

Menata Langkah

 Aku masih dalam kesedihan. Aku masih belum baik-baik saja. Aku masih bergerak menuju pulih. Tidak berniat untuk selamanya terpuruk. saya merasa menurut saya sendiri, saya sudah mengusahakan banyak hal untuk pulih. Terlepas dari orang merasa saya terlalu lama terkurung dalam kesedihan, terserah! Saya tidak peduli orang berkata demikian tanpa membantu saya untuk pulih. Saya tidak peduli orang mengatakan hal tersebut karena memandang saya lemah. Terserah! Kamu tidak tahu rasanya menjadi saya,  Kamu tidak mengalami yang saya alami Kamu belum pernah mengalami kehilangan Kalaupun kamu kehilangan, kamu punya support system yang mendukung dan menjadi alasan kamu untuk tetap hidup Kamu, tidak ditelan kesendirian selepas kamu kehilangan Dan mungkin, kamu tidak sedekat itu dengan orang tua kamu ketika mereka ada Iya, saja jahat mengata-ngatai kamu semua. Karena kalian tidak menemani, tidak membersamai, tidak membantu tapi meminta saya segera pulih. Rasanya seperti seluruh badan babak belur tapi

It's Been Three Months

 Tiga bulan telah berlalu sejak mama pergi dari kehidupanku. Alhamdulillah, aku semakin terbiasa dan beranjak stabil. Ketakutan masih ada, terutama ketakutan aku sakit. Dan bagaimana jika paru-paruku kambuh dan menjadi lebih parah, astagfirullah al adzim, semoga tidak pernah terjadi ya! Doakan aku sehat selalu. Aku masih takut sendirian. Ada banyak masa, aku tak ingin sendirian, aku ingin ada yang menemani. Dan itu masih sering terjadi. Alhamdulillah, walau tidak selalu, ada banyak waktu selalu ada murid yang menemani, selalu ada teman yang bersedia di telepon dan selalu ada hal-hal yang bisa kukerjakan dalam mematahkan ketakutan akan kesendirian, insya Alloh ... Alloh selalu membersamai.  Masa depan dan bagaimana aku ke depannya adalah misteri, tak hanya buatku. Tapi untuk semua. Karenanya kuharapkan, ku panjatkan doa, semoga sselalu diberkahi dan dilimpahi kebaikan dan kekuatan dalam menjalani semuanya.  Aku masih sering tiba-tiba menangis, entah karena rindu, entah karena sepi, enta

Please, Jangan Bilang ini!

Masih dalam upaya saya melepaskan, merelakan dan berdamai dengan kepergian mama, ada beberapa hal yang menurut saya menyakitkan dan mengganggu sekali diri saya pribadi ketika di hari-hari pertama kehilangan mama. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi dan tidak merujuk pada sumber apapun. Siyalnya, pertanyaan ini seolah dilazimkan dan memasyarakat untuk dibahas dan ditanyakan pada mereka yang tengah berduka. Mulanya saya pribadi tidak terlalu menganggap besar masalah ini, sampai saya mengalami sendiri. Karenanya, penting bagi saya untuk menuliskan ini dan mengingatkan pada semua yang membaca, please ... jangan tanyakan hal-hal berikut kepada yang sedang berduka : 1. Menanyakan kenapa dan bagaimana beliau meninggal Pertama kali ditanya kenapa dan bagaimana beliau meninggal, saya masih bisa menjawab. Tetapi di hari kedua menghadapi puluhan pertanyaan serupa membuat saya merasa sangat lelah. Saya bahkan berkata pada teman saya " Aku capek ngejelasin gimana mamah meninggal.

Apa Yang Harus Saya Lakukan?

 Dalam upaya saya untuk menghadapi "new normal"nya aku selepas kepergian mama. Sampai saat ini aku masih berusaha bertahan hidup saja. Kondisi saya masih naik-turun, kadang stabil, kadang sedih hingga menangis sesegukan, kadang biasa saja. Saya masih berjuang hari demi harinya.  Saya tahu saya nggak bisa seperti ini selamanya, saya harus menentukan langkah ke depan. Saya harus mempunyai rencana hidup jangka pendek dan jangka panjang. Bukan untuk apa-apa, tapi agar ketika pikiran untuk mati melintas, aku punya alasan untuk tetap bertahan. Karena saat ini, qadarulloh saya masih sendiri. Saya belum memiliki pasangan dan anak yang bisa menjadi salah satu penopang dan alasan terbesar untuk hidup. Alasan untuk diri sendiri rasanya saat ini terasa lemah bagi saya pribadi.Saya merasa perlu memiliki alasan lain yang cukup kuat untuk bertahan atau kegiatan lain yang membuat hidup saya lebih berarti. Semoga Alloh mebukakan jalan selebar-lebarnya, aamiin. Menulis blog kembali sembari men