Please, Jangan Bilang ini!

Masih dalam upaya saya melepaskan, merelakan dan berdamai dengan kepergian mama, ada beberapa hal yang menurut saya menyakitkan dan mengganggu sekali diri saya pribadi ketika di hari-hari pertama kehilangan mama. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi dan tidak merujuk pada sumber apapun.

Siyalnya, pertanyaan ini seolah dilazimkan dan memasyarakat untuk dibahas dan ditanyakan pada mereka yang tengah berduka. Mulanya saya pribadi tidak terlalu menganggap besar masalah ini, sampai saya mengalami sendiri. Karenanya, penting bagi saya untuk menuliskan ini dan mengingatkan pada semua yang membaca, please ... jangan tanyakan hal-hal berikut kepada yang sedang berduka :

1. Menanyakan kenapa dan bagaimana beliau meninggal
Pertama kali ditanya kenapa dan bagaimana beliau meninggal, saya masih bisa menjawab. Tetapi di hari kedua menghadapi puluhan pertanyaan serupa membuat saya merasa sangat lelah. Saya bahkan berkata pada teman saya " Aku capek ngejelasin gimana mamah meninggal. Rasanya setiap kali ngejelasin tuh semakin sakit rasanya!". Terlebih posisi ketika saya menerima kabar duka tersebu, saya benar-benar dalam posisi sendiri tanpa siapapun yang menemani. Bahkan hingga saat ini, saya masih mudah ketrigger dengan kabar duka. Ini pertanyaan yang terkesan normal dan biasa saja, tapi sungguh ini melelahkan dan menyakitkan serta apa gunanya sih buat yang nanya? emang dia sepeduli itu bagaimana Mama saya meninggal? so, please! stop asking that damn question!

2. Udah, jangan nangis lagi!
Dalam situasi berduka, kita bahakn tidak bisa mengontrol diri kita dan terkadang air mata tiba-tiba keluar, terlebih di awal-awal masa kehilangan. Jangan minta dia berhenti menangis, karena dia sedang mengekspresikan perasaannya. Setiap orang perlu waktu untuk bersedih dan meluapkannya. Bahkan saya pribadi hingga dua bulan kepergian beliau masih mengalami naik turun perasaan. Masih sering tiba-tiba menangis, down dan terpuruk. Tidak setiap waktu, semakin lama semakin jarang. Yang saya butuhkan pada moment itu adalah saya ingin ditemani, tidak ditanya dan tidak dilarang menangis. Toh, saya tidak setiap waktu menangis, tapi ketika saya kembali down, temani saja. Atau tanya pada mereka, apa yang mereka inginkan? apakah mereka ingin ditemani seperti saya atau ingin didengarkan bercerita tentang orang yanng meninggal tersebut atau dihibur hingga dia lupa kesedihannya.

3. Nanti almarhum nggak tenang disana. 
Kata-kata tersebut lazim diucapkan pada keluarga yang sedang menangis dan merasakan kesedihan karena ditinggalkan. Tentu saja dalam hal ini konteks menangis adalah menangis normal, tersedu-sedu. Bukan tangisan yang meraung, meratap dan membabi buta, tentu saja bukan.

Bagi saya pribadi, ketika menangis dan orang malah berkata "Nanti mamah malah ga tenang disananya!" itu semacam penghakiman menyakitkan hanya agar saya berhenti menangis. Tidakkah kamu mengerti bahwa saya menangis karena semua itu rasanya sesak. Dan salah satu cara agar tidak sesak adalah dengan menangis. Bukan ingin membebani orang yang telah berpulang. Yang telah berpulang, telah selesai urusannya, tapi yang ditinggalkan perlu waktu untuk berdamai dan menerima kehilangan tersebut. Izinkan mereka bersedih, izinkan mereka mengambil waktu untuk meluapkan emosi mereka, bukan malah menghakimi dengan mengaitkan dengan yang sudah berpulang.

3. Aku ngerti kok apa yang kamu rasakan!
Kalimat manis yang membuat saya tersenyum suram mendengarnya, terlebih kata-kata tersebut keluar dari mulut mereka yang mengucapkan kata-kata di atas. Sejatinya, tidak ada yang benar-benar memahami kesedihan kamu selain diri kamu sendiri. Kata-kata tersebut baru bisa diterima ketika diucapkan oleh orang yang mengalami hal yang sama dan berjuang susah payah untuk kembali pulih. Karena biasanya, mereka dengan pemahaman dan pengalaman serupa, akan lebih mengerti ketika kamu masih tetap menangis berminggu-minggu setelah kepergiannya. Masih bimbang dan tidak tahu bagaimana harus melangkah serta takut menatap masa depan. Memiliki keinginan untuk menyusul yang telah berpulang. Mereka dengan pengalaman serupa, baru bisa memahami dan bahkan tidak mengatakan hal tersebut. Itu lebih dari cukup untuk membuat saya merasa, saya tidak sendirian.

4. Ikhlasin ya!
Hellloooooo! Memang ikhlas semudah itu? katakanlah kamu kehilangan barang kesayangan, setidaknya berhari-hari kamu masih keingetan kan? Apalagi kamu kehilangan seseorang yang telah membesarkan kamu, bersama dengannya berpuluh tahun dengan bonding yang sangat kuat. dalam hitungan hari kamu minta saya langsung pulih? buat saya itu jahat banget. Rasanya seperti badan babak belur dan bonyok terus orang-orang minta kamu lari? Rasanya kepayahan dan letih sekali. Momet itu juga membuat saya merasa, tidak ada orang yang mengerti saya.

Catatan di atas adalah gambaran perasaan saya di tiga minggu pertama saya kehilangan mama. Saya sadar sesadar-sadarnya bahwa waktu saya dengan mamah telah selesai. Tapi saya butuh proses yang panjang untuk menerima dan memmbuat "new normal" di hidup aku. Pada saat seperti itu, saya pribadi lebih suka ditemani tanpa dihakimi dan "dipaksa" untuk lekas pulih kembali. Saya perlu waktu. Karena seperti sudah saya singgung sebelumnya, saya tak hanya dihadapkan dengan kehilangan, tetapi juga kesendirian selepas kepergian mama. Entah untuk orang lain, tapi setidaknya, jika ingin membantu, tanyakan apa yang dia butuhkan? ditemani? dibiarkan sendirian? dimasakin sarapan? dipijat? atau apa? agar kamu bisa membantu sesuai dengan kebutuhannya. 

Saya masih berproses dan berusaha untuk bangkit. Dan menuliskan pengalaman ini adalah upaya saya untuk itu. Agar kelak, ketika saya sudah berpijak lagi di bumi, sudah beradaptasi dengan normalnya saya yang baru, saya bisa membaca ulang ini sebagai catatan perjalanan saya untuk kembali pulih. Dan semoga catatan ini bermanfaat bagi yang membaca, Terimakasih. 

Komentar

  1. Biarkan waktu yang merawat luka itu teh.. Allah selalu bersama kita❤️

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Semua sudah tertulis: kapan kita lahir, kapan kita mati, jodoh dan rezeki kita, jauh sebelum kita ada di dunia.
    Doa terbaik untuk Mba, semoga semakin kuat dan sabar. Doa terbaik pula untuk ibu mba yang telah dahulu berpulang. Aamiin

    BalasHapus
  4. Karena kadang manusia hanya butuh didengar kan mba? Butuh dimengerti bukan malah dibalas kesedihannya dengan kata-kata yg nggak mengena dihati

    BalasHapus
  5. Semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan pada mbak dan keluarga. Waktu yang akan menyembuhkan

    BalasHapus
  6. Setuju, Mba. Namun, faktanya memang beberapa orang 'bingung' harus berbuat apa ketika mengunjungi seseorang yg sedang kehilangan sebagai bentuk bela sungkawa mereka. Semoga kita semua bisa lebih bijak tanpa harus menghakimi ketika sedang berbela sungkawa dan Mba sekeluarga bisa segera sembuh dari luka kehilangan Ibunda tercinta. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setidaknya, mereka hadir saja sudah lebih dari cukup. Terimakasih mbak

      Hapus
  7. tetep yakin bahwa mba nya setrong. selalu butuh waktu untuk memaknai setiap kejadian ya mba. dan walaupun kejadiannya sama yaitu kematian orang yang kita sayang, tapi pastinya akan berbeda di tiap orang yang mengalaminya. saya tetep yakin mba nya pasti bisa memaknai ini semua dan mengambil hikmah hikmah terbaik

    BalasHapus
  8. Kalau kita tinggalnya deketan, mau tak ajak ngerujak sama liwet aja deh ka vy tapi di pinggir pantai pangandaran

    BalasHapus
  9. My mom has passed away for 6 years, and till now I am still not okay :) So, it's okay to not be okay, mbak :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjalankan Wasiat Mamah

Catatan Kerinduan

Beginilah ....!