AADC dan Support System yang Gagal



Sepertinya terlalu basi ya, bikin review tentang film yang tayang bertahun-tahun lalu. Tapi nggak apa-apa kok, saya juga ndak niat bikin rangkuman atau review tentang film itu. Saya hanya ingin bercerita tentang sesuatu yang bikin saya iri, ngenes dan baper dari film itu. Persahabatan.


                Apa sih sahabat itu? saya mulai lupa apa artinya sahabat sepertinya, hahaha. Btw, udah pada nonton AADC 2 kan? Anggap udah ya, biar cepet. Soale Sabtu – Minggu kemaren AADC 1 dan 2 sudah tayang ulang untuk yang kesekian kalianya di salah satu TV swasta (18 - 19 April 2020). Ya walupun banyak dipotong-potong nggak jelas. Hahaha. Ada moment dimana Cinta berantem sama Carmen gegara Carmen “ngotot” pengen Rangga ketema sama Cinta tapi Cintanya antara ingin dan nggak ingin sampe akhirnya marah dan mengucapkan hal yang menyakitkan Carmen. Ketika Carmen sudah reda, Cinta minta maaf dan ada kata-katanya yang kurang lebih kayak gini “ ... Gue sama lo tuh ngalamin hal yang sama, cuma bedanya gue jauh lebih beruntung. Lo semua ada buat gue, sementara pas lo yang lagi ngalamin, kita semua lagi pada sibuk sendiri-sendiri “. Memang Carmen menyatakan bahwa yang salah bukan teman-temannya yang lagi sibuk. Tapi dianya yang salah pilih teman. Tapi please, izinkan saya untuk menyalahkan mereka. Lha kok gitu? Karena gini, ada moment dimana saya “jatuh” seperti Carmen. Am i playing as a victim? Katakan saja “YES!”


Setiap manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan manusia lainnya dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam menghadapi kehidupan yang terkadang tidak mudah, setiap manusia butuh sesuatu yang disebut “support system”. Dalam benak saya, support system adalah orang-orang, teman atau kelompok yang akan selalu ada dalam setiap masa dalam hidup kita. Terlebih ketika kita terpuruk. Terlepas salah atau benar, itu pandangan saya yaaa. Tidak selalu keluarga, walaupun kebanyakan sih biasanya dari kalangan keluarga. Tapi sebagai mahluk yang sedang terpuruk, kadang kamu butuh orang-orang yang juga mengerti kamu, di luar lingkungan keluarga. Inget ya, baca ini jangan baper dan pake sudut pandang kamu, tapi pake sudut padang orang yang katakanlah hopeless.

 Support System

Balik lagi ke AADC yuk, inget nggak AADC 1, moment ketika Alya mencoba bunuh diri? Sebelum memutuskan bunuh diri, bukankah Alya mencoba menelpon Cinta untuk sekedar bercerita, tapi Cinta menolak karena mau jalan sama Rangga. Lalu apa yang terjadi? Alya mencoba bunuh diri kan? Karena tidak ada orang yang bisa diajak bercerita. Dan di tengah moment yang sangat buruk dalam hidup kita, fikiran yang ada hanyalah bahwa kita tidak diinginkan, tidak ada yang mengerti kita dan merasa tidak ada jalan keluar, pemikiran bunuh diri kadang memang hinggap dan merasa itu adalah satu-satunya jalan buat mengakhiri semua. Lalu apakah pemikiran bunuh diri itu tiba-tiba muncul dan langsung dilakukan? Saya rasa enggak. Gini, Alya kan masalahnya udah numpuk banget tuh, dari mulai ortunya suka berantem sampe dianya disiksa bapaknya. Emaknya nggak mau ninggalin bapaknya dan semua udah nggak kuat ditanggung Alya. Terus, sebagai usaha terakhir dia telpon Cinta itu kan? Setelah Cinta “menolak” ia tidak berkata apa-apa, tapi langsung aja mencoba bunuh diri.


Sama halnya dengan Carmen, ketika sahabat-sahabatnya, support systemnya sibuk dengan urusannya masing-masing. Dia berlari ke teman-teman lain yang sayangnya “salah” dan memperkenalkannya kepada narkoba. See? Semua menjadi buruk hanya karena satu alasan kan? Bagaimana jika mereka ada di samping Alya dan Carmen ketika itu? saya rasa hal buruk tadi nggak akan terjadi. Karena ada orang-orang yang dia yakini akan peduli dan selalu di sampingnya. Itulah kenapa saya beri judul tulisan ini, support system yang gagal. Persahabatan mereka membuat kita iri, dan ingin rasanya punya sahabat seperti mereka yang selalu ada. Tapi toh memang tidak ada yang sempurna. Ada kalanya mereka “mengabaikan” sahabatnya dengan alasan sibuk.


Apakah hal tersebut bisa dimengerti? Menurut saya ini kembali ke sudut pandang dan tingkat perasaan orang yang sedang down tersebut. Kenapa begitu? Karena dalam situasi terendah di hidupmu, merasa diinginkan dan dibutuhkan adalah hal terpenting yang membuat kita merasa layak untuk hidup. Ketika kamu bangkit dari keterpurukan itu, mereka yang sibuk itu bisa jadi langsung peduli lagi pada kamu yang sedang jatuh. Tapi di tengah situasi terpuruk, ada dua hal yang mungkin kita ambil sebagai sikap. Yang pertama seperti Alya dan Carmen lakukan, memaafkan dan tetap kembali bersama teman-temannya. Yang kedua, merasa kecewa dan tersakiti hingga merasa mereka bukanlah orang-orang seperti yang kamu fikirkan dan harapkan. Terdengar sangat drama queen bukan? Bagi saya tidak. Bayangkan pada situasi kamu tidak bisa berfikir jernih, kamu minta tolong untuk “diselamatkan” dan mereka hanya berkata bahwa mereka sibuk. Cukup parah untuk membuat semakin terpuruk orang yang sedang di titik terendah hidupnya.



Kita bisa menghakimi dengan berkata bahwa orang yang dalam kondisi tersebut lemah iman dan tidak dekat dengan Tuhan. Silakan saja berpedapat apapun. Bisa jadi yang anda tuduhkan adalah benar. Karena kondisi keimanan manusia tidak selalu sama, selain itu ada momen dimana kamu benar-benar jauh dari Tuhan, bahkan jauh pula dari manusia. Dan penghakiman yang diberikan akan membuatnya semakin terpuruk. Karena kepalanya sedang penuh dengan hal-hal negatif.


Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap pada teman yang sedang seperti itu? Entahlah, saya bukan orang yang tepat untuk berbicara tentang solusi, tapi paling tidak, menurut saya jangan pernah lepaskan dan selalu dampingi setiap teman yang sedang ada dalam kondisi terburuk hidupnya. Jangan pernah lupa selalu menyisipkan waktu untuk menyapa dan menanyakan kabar teman-teman kalian. Karena bukan tidak mungkin, yang dia butuhkan hanya sekedar sapaan “hai, apa kabar?”. Kalau kata L-MEN sih, trust me, its work!. Kita kadang tidak tahu ketika seseorang berada dalam masalah, karena bisa jadi dia tidak mau bercerita padamu tentang masalahnya, tapi percayalah, orang yang sedang putus asa selalu memberi “sinyal” bahwa mereka sedang bermasalah dan pasti lebih caper. Tapi tetap bedakan ya, antara yang “crying for help” sama yang alay, lebay dan dikit-dikit ngeluh, dikit-dikit drama. Kamu pasti bisa bedain kan? Ya kalau kamunya peka sih, eeeeaaaa hahhaha.


Balik lagi ke AADC, bukan nggak mungkin dalam hidup pun kita akan dapet temen seperti yang cinta punya, bahkan lebih baik dari mereka. Tapi saran saya, alangkah lebih baiknya jika kita tidak mengandalkan mereka dalam banyak hal. Karena seperti yang saya alami, akan ada momen dimana mereka sibuk dan katakanlah tidak punya waktu untuk dirimu. Sebaik apapun kamu sama mereka. Tetaplah percaya pada kemampuanmu sendiri dan Tuhan akan selalu ada. Seburuk apapun kamu memperlakukan dan melupakanNya. Sahabat, orang yang akan selalu ngerti dan ada buat kamu pun tetap puya kehidupan sendiri yang tidak melibatkan kamu di dalamnya. Kecuali kayak Milli yang akhirnya nikah sama Mamet, itu kan bisa disebut sahabat jadi patner hidup. Eh tapi yang asyik dari AADC tuh, mereka membawa persahabatan mereka bersama pasangan mereka, jadi yah nambah teman gitu. Amannya karena mereka sama-sama cewek ya, akan lebih amazing lagi jika bersahabat beda kelamin dan bisa bikin semua jadi teman tanpa ada cemburu, sukaaaa banget nih sama yang beginian. Soale ada aja tuh pasangan yang “membatasi” hubungan pasangannya dengan masa lalunya, baik itu teman sejenis apalagi beda. Hadeuh... dikira hidup nggak butuh temen apa? Dikira hidup Cuma butuh dianya doang apa? Gemeeezzz eike sama laki model beginian. Sebagai cewek yang udah nikah, bisa mikir dan tau konsekuensi pernikahan, pasti tahulah bahwa hal tersebut ditakutkan memancing perselingkuhan. Tapi toh kalau memang bisa dipercaya dan tidak merugikan semua pihak, apa salahnya coba? Ah, ini tentang prinsip dan sudut pandang. Jangan jadi perdebatan.



AADC yang memang fokus di Rangga dan Cinta tetap menampilkan sisi manusiawi yang disebut persahabatan, dimana hal itu tidak selalu berfungsi dan adakalanya gagal. Tak usah kecewa itu hanya cara Tuhan menunjukkan pada kita siapa orang-orang yang dekat dengan kita. Siapa yang benar-benar peduli dan hanya berkata peduli, dan menunjukkan pada kamu bahwa kamu bisa tumbuh dan menjadi lebih baik dengan melewati semuanya sendirian. Yang paling buruk dari support system yang gagal adalah mereka bukanlah support system yang sesungguhnya dan hilangnya kepercayaan orang yang benar-benar menggangapmu istimewa karena menggangap kamu akan selalu ada di setiap momen di hidupnya.

Tulisan ini ditulis setelah nonton AADC dan momen pasca ngerasa desperate banget sama hidup (Maret 2017). Ketika semua masih terasa belum baik – baik  saja, dan kamu tidak punya teman yang bisa dijadikan sandaran. Tulisan ini akan sangat berbau pembenaran dan drama queen. Tapi saya perlu menulis dan membagikannya, bukan untuk mendramatisir hidup, tapi untuk terapi bagi saya pribadi dan sebagai upaya memberikan sudut pandang dari diri saya yang sedang rapuh.



Komentar

  1. amazing usefull information, hope you guys get more information.

    check this for more information : http://104.161.66.43/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjalankan Wasiat Mamah

Catatan Kerinduan

Beginilah ....!