Perjalanan Melepaskan Part 2

Sejak kepergian mama saya menyadari bahwa beliau tidak akan kembali, tidak akan hadir lagi menemani saya. Membayangkan dan mulai menjalani hidup tanp beliau, terasa sakit dan menakutkan. Semu orang tahu betapa "anak mama"nya saya, semua tahu saya dan mama selalu bersama. Teman, sahabat, murid yang mengenal saya 90% juga mengenal mama saya. Baginya saya adalah pusat dunia dan bagi saya beliaulah pusat dunia saya. Dapat terbayangkan betapa kehilangannya saya. 

Saya tidka menfikan bahwa saya sangat beruntung memiliki banyaaaak sekali teman yang peduli, orang yang memahami dan mau aku repotkan hingga detik ini. Dia yang menemani di hari-hari awal kepergian mama, mereka yang tak putus mendampingi baik dekat atau jauh, mereka yang menyediakan telinga, mereka yang melihat saya menangis berulang kali, mereka yang menemani secara virtual dan membersamai dengan caranya mereka, psikolog yang cocok dengan saya. Saya bersyukur dan berterima kasih atas semuanya. Mereka tidka bisa selalu membersamai saya dan memperlakukan saya sebagaimana mama memperlakukan aku, mereka punya kehidupan sendiri yang dunianya tetap berputar ketika saya merasa dunia saya terhenti. 

Saya sedang membiasakan diri untuk semuanya, saya sedang membiasakan diri untuk apa-apa sendiri, walaupun jika merunut ke belakang, Tuhan telah mempersiapkan saya jauh-jauh hari. Saya sedang membiasakan diri tidak ada lagi yang menjadikan saya pusat dunianya. Saya sedang membiasakan diri untuk tidak menangis ketika hari terasa tidak baik. Saya sedang membiasakan diri untuk tidak ingin dipijat hampir setiap hari sebagaimana yang sering kami berdua lakukan, saling memijat satu sama lain. Saya sedang berusaha menatap, menata dan menjalani hidup dengan keadaan saya yang sekarang. 

Sejujurnya saya meras tidak ingin dan tidak sanggup menjalani semuanya sendirian, saya takut akan banyak hal, saya benci harus mengambil keputusan bahkan untuk diri saya sendiri, walau lagi-lagi kalau saya merenung, saya tahu, Tuhan telah sedikit mempersiapkan saya dalam hal ini. Saya benci ketika orang berkata "Apa keputusan yang kamu ambil?". Saya terlalu lelah untuk itu. 

Saya tidak tahu apakah saya terlalu banyak berdrama atau terlalu banyak memaksa untuk segera baik-baik saja. Tapi rasanya semua seperti tidak nyata, rasanya aku masih sangat lelah untuk menghadapi semuanya. Rasanya ... Sesulit ini ... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjalankan Wasiat Mamah

Catatan Kerinduan

Beginilah ....!