Saya Ingin Menikah

Dari waktu ke waktu, alhamdulillah saya semakin stabil. Walau rindu tak pernah usai, walau tetap ada malam-malam merasa sepi dan membutuhkan mamah, tapi setidaknya intensitas saya menangis dan berpikir negatif semakin jarang. Saya semakin terbiasa menjalani hari tanpa mamah. Semoga saya bisa secepatnya menuntaskan hal-hal yang berkaitan dengan mamah.

Sejak mamah pergi dan menjalani hidup sendiri ada banyak momen kesendirian yang membuat saya merasa sepi dan hampa. Di saat seperti itu, saya berpikir saya membutuhkan pendamping. Selayaknya manusia normal, keinginan menikah sudah ada sejak bertahun silam, hanya saja kepergian mamah menguatkan keinginan tersebut. Sendirian hidup di rantau, kehilangan satu-satunya hal yang membuat nyaman, jauh dari yang disebut sanak saudara dan tidak ada tempat bertumpu. Tidak mudah. 



Sekalipun usia saya sudah menginjak kepala tiga, tetapi tidak lantas menjadikan semuanya mudah. Ada banyak malam sendiran yang terasa sepi dan sesak tanpa tempat berbagi. Tentu saja saya memiliki Alloh SWT, tapi bagi yang lemah iman seperti saya, butuh sosok manusia yang membuat saya merasa aman dan nyaman, hal yang manusiawi bukan?

Semasa hidup, mamah saya bukan orang yang rewel menyuruh saya menikah dan saya bersyukur sekali karena hal tersebut. hanya saja mengijak usia 25, setiap lebaran dan ulang tahun mamah selalu menyampaikan doa secara langsung agar saya segera menemukan jodoh saya yang menyayangi saya dan terbaik untuk saya. Pun ketika saya berusia 30, mamah tak lantas mengomeli saya untuk segera menikah, mamah sangat menyadari bahwa jodoh, anak dan kematian adalah hak preogratif Alloh. Dan saya pun tak lantas berdiam diri menanti jodoh.

minta dikenalkan, dating apps, forum taaruf, mencoba hubungan baru, semua saya coba karena saya sadar semua perlu diusahakan. Tapi sekali lagi, Alloh belum berkehendak saya menemukan pria yang dimampukan menjadi sandaran saya, pelindung saya, imam saya. Semoga Alloh segera mempertemukan kami. Bismillahirahmanirrahim.

Selalu ada tanya, mencari yang seperti apa? saya selalu menjawab first thing first, nyambung dulu diajak ngobrol deh! Yang lainnya menyusul. Saya menyadari bahwa saya  cenderung sulit didekati tapi saya mudah akrab dengan siapapun yang memiliki interest atau bahan obrolan yang nyambung dengan saya. Saya betah meladeni bicara berjam-jam untuk membahas banyak hal jika saya cocok dengan orang tersebut, tapi jika tidak. Hanya sebatas sapa ramah saja saya sanggup meladeninya. Apakah sesaklek itu di pertemuan pertama? jelas tidak ada kesempatan yang saya berikan. Hanya ini patokan pertama saya dalam banyak hal.

Karena berdasarkan pengalaman saya yang tidak banyak, sebelum lebih lanjut ke visi dan misi serta hal-hal lain menyangkut pernikahan, keuangan, anak dan seks mendapatkan lawan bicara yang nyambung sepadan dan bisa memahami satu sama lain adalah hal yang menyenangkan. dilanjut dengan menciptakan pola komunikasi yang baik, transparan dan relevan merupakan sebuah awal hubungan yang baik. Sekali lagi, ini dalam pandangan saya. 

Hal lain yang mungkin tidak disadari banyak orang tapi penting adalah pemahaman satu sama lain terkait mental health, pola asuh masa kecil, trauma dan hal-hal di masa lalu yang masih berdampak hingga kini. Ribet? iya. Pantes nggak ada yang mau! Jahat sekali anda! bukankah lebih baik memahami banyak hal di awal daripada menyesal kemudian.

Terkait tanggung jawab adalah hal yang sangat bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari, saya berpikir jika dia bertanggung jawab pada Tuhannya, pada keluarganya, pada pekerjannya dan pada dirinya sendiri maka insya Alloh dia akan bertanggung jawab pada saya dan keluarganya kelak. Semoga tak hanya semoga. Apalagi kelakuan manusia sekarang sungguh bikin geleng-geleng kepala dan membuat kita merasa takut, masih adakah orang baik di dunia ini? 

Terkait umur, saya membatasi diri dengan mengharapkan pria sengan usia sekitar 27 - 40 tahun. Duda anak satu nggak masalah, selama urusan sengan mantan istrinya sudah selesai dan mantan dan keluarganya tidak ikut campur dalam kehidupannya. Dan dipastikan dia bertanggung jawab pada anaknya, tidak hanya secara materil tapi juga moril dan meluangkan waktu untuk bersama anknya. Saya sempat bereknalan dengan duda anak satu yang tidak pernah mengunjungi ankanya, hanya memberi nafkah saja. Sungguh, jika dia paham bahwa luka pengabaian itu berdampak panjang, dia sedianya meluangkan waktu untuk tetap terkoneksi dengan anaknya.
  
Apakah salah jika saya ingin menikah karena saya merasa tidak sanggup sendiri? merasa tidak ada tempat berbagi? merasa tidak ada tempat bertanya sebelum mengambil keputusan? terserah orang berkata apa, toh mereka tidak mengerti bagaimana rasanya bingung, hampa dan sekuat hati merapalkan doa agar kesendirian ini segera berlalu. 

Karena tulisan ini dari sudut pandang saya dan saya belum menemukan Mr. Rightnya saya, maka semua sudut pandang dan keinginan ini berdasar pada diri saya. Lantas bagaimana dengan pasangan saya kelak, tentu saya tidak bisa menjelaskannya disini. Karena akan ada banyak komproni, mengalah, menurunkan ego dan mempertahankan pendapat di masa perkenalan dan pernikahan kelak.

Ketakutan akan kegagalan, terlebih orang tua pernah gagal. Ketakutan bertemu dengan lelaki yang tidak baik, ketakutan mendapat lelaki yang pemarah, tukang selingkuh dan banyak lagi ketakutan lainnya agaknya wajar dirasakan semua orang, termasuk saya. Tapi berhusnudzon padaNya menjadi satu-satunya cara saya meyakini bahwa saya akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan saya. 

Tanpa mengurangi rasa hormat dan tidak enak hati, semoga saya segera dipertemukan dengan Mr. Right nya saya. Jika ternyata Mr. Rightnya saya dipertemukan melalui teman pengunjung blog ini, saya tentu bahagia, karena saya tidak tahu melalu jalan mana Alloh mendatangkan dan mendekatkan jodoh saya bukan? feel free to contact me at my instagram account @vitoxvy. Saya tidak menjanjikan apa-apa, marilah kita berteman dan saling mengenal terlebih dahulu. Jikapun tidak berjodoh semoga bisa tetap menjadi teman baik. 

Komentar

  1. Semoga segera dipertemukan dengan jodohnya ya Mbak. Saya merasakan sekali beratnya ditinggal ibu. Dunia rasanya runtuh. Apalagi saat itu juga saya belum menikah. Sempat merasa tidak akan bisa tersenyum lagi, bahagia lagi. Tapi Alhamdulillah ternyata diganti dengan bentuk kebahagiaan yang lain.

    BalasHapus
  2. Semoga segera dipertemukan dengan Mr.Right-nya ya Mbak..dimudahkan dan didekatkan jodohnya. Insya Allah yang terbaik. Semangat, tetap berhusnudzon pada-Nya yakin akan mendapatkan yang terbaik nantinya.

    BalasHapus
  3. Semoga dimudahkan ya Mbak.
    Pendapat pendamping hidup yang sesuai harapan.

    BalasHapus
  4. semoga segera ditemukan dengan Mr. Right. doa terbaik untuk mbak Vy, didekatkan jodohnya
    aamiin

    BalasHapus
  5. Ya Allah..pasti ga mudah menuliskan perasaan yang sedang dialami. Dari lubuk hatiku kudoakan yangbterbaik, semoga Allah menguatkan dirimu sambil menunggu dan menjemput takdir Allah. Dulu aku pernah mengalami hal serupa, peebanyak puasa dan ibadsh benar2 bisa membantu mengendalikan perasaan yg bisa dikatakan seperti galau tersebut

    BalasHapus
  6. Ikut berdoa semoga ada kabar baik segera. Sebagai bentuk ikhtiar, tidak ada salahnya kita berharap. Namun tetap kita bersandar semuanya kepada ketentuan Nya ya. Agak tidak kecewa dan percayalah, seseorang yang baik pasangan nya pasti baik pula

    BalasHapus
  7. Bener mba, pasangan adalah partner hidup selamanya. TEntu saja komunikasi adalah faktor utama. Kalau ngga bisa nyambung diajak ngobrol, gimana bisa nyambung diajak ngomong visi misi masa depan bersama. eaaa. semoga dimudahkan ya mba semua urusannya..

    BalasHapus
  8. Semoga segera dipertemukan dengan lelaki impian yaa kak Vy, insyaAllah rencana Allah untuk Kak Vy itu paling indah

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah sudah mulai bangkit sedikit demi sedikit ya, Mba. Bismillah semoga dipertemukan jalannya untuk bertemu jodohnya. Aamiin..

    BalasHapus
  10. Semangat ya mba, semoga Allah mengirim laki-laki terbaik di waktu terbaik untukmu.

    BalasHapus
  11. MasyaAllah terus berproses ya mba. Semoga segera mendapat jodoh yang terbaik menurut Allah

    BalasHapus
  12. Semoga segera dipersatukan dg jodonya. Kalau berbicara soal ‘ingin menikah’, saya jd ingat saat pergi ke Turki utk seminar internasional. Di sana saya bertemu dg mahasiswa yg sedang studi S1 dan dia berbicara soal jodo. Dia bilang begini: “Mbak, jodo itu sudah ada tinggal tunggu waktunya untuk dipersatukan. Ingat? Bagaimana nabi adam dan siti hawa turun ke bumi lalu terpisah selama beberapa waktu? Begitulah jodo kita, maka yg bisa kita lakukan sembari menunggu kapan waktu dipertemukannya sebaiknya kita terus berbuat baik, sambil berdoa untuk segera dipersatukan dg jodo kita. Aaah semoga mba juga dipermudah yaa oleh Allah, hingga bisa segera dipersatukan dg jodo.

    BalasHapus
  13. Jodoh memang tiada yang tahu. Semoga dipertemukan dengan orang yang tepat, Mbak. Kita tak bisa menentukan wah umur sudah cukup, sangu juga dll. Tak menjamin itu semua mendukung pertemuan dengan jodoh kita. Hanya berharap pada Allah jalan terbaik.

    BalasHapus
  14. Semoga segera dipertemukan dengan jodohNya di waktu dan orang yang tepat ya kakakku
    Jangan lupa kabari loh kalau hilal jodoh sudah agak mendekat

    BalasHapus
  15. Jodoh memang rahasia Allah. Dan yakinlah Allah akan mempertemukan ka vy dengan jodohnya pada waktu yang tepat. Semoga segera dipertemukan dengan jodohnya. Smangat ka Vy! 🥰

    BalasHapus
  16. Masya Allah semoga segera didekatkan jodohnya oleh Allah subhanahu wa ta'ala.. Semoga selalu dimudahkan urusannya dunia dan akhirat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjalankan Wasiat Mamah

Catatan Kerinduan

Beginilah ....!